Renungan hari ini:
“TUHAN ADALAH PERISAIKU”
Mazmur 3:4 (TB) "Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku"
Psalms 3:3 (NET) "But you, Lord, are a shield that protects me; you are my glory and the one who restores me"
“Perisai” adalah sebuah alat yang digunakan untuk melindungi diri dari serangan musuh pada masa peperangan; untuk menahan berbagai macam senjata tajam seperti tombak, anak panah atau pedang.Perisai dikenakan pada tangan dan didampingkan dengan senjata lain seperti pedang, tombak atau gada. Perisai biasanya dibuat dari bahan-bahan logam atau dari bahan-bahan non logam yang dianggap kuat dan tidak mudah hancur. Intinya adalah perisai itu adalah alat untuk melindungi diri dari musuh yang mengancam hidup kita.
Daud dalam bacaan Mazmur 3 ini sedang menghadapi musuh yang paling berat dalam hidupnya. Musuh itu Goliat yang perkasa dari Falestin atau Raja Saul melainkan anaknya sendiri, Absalom yang melakukan pemberontakan. Pemberontakan Absalom ditandai dengan berpalingnya rakyat dari Daud kepada Absalom, Daud merasa kehilangan dukungan suara rakyatnya (2 Sam. 5:13). Raja Daud terkejut melihat suatu pemberontakan mendadak dan umum. Tidak hanya orang banyak, tetapi melibatkan konselor/penasehat pribadinya juga, dan banyak dari para pemimpin utamanya. Daud merasa bahwa kejadian ini bagaikan musuh dalam selimut yang tidak terduga.
Pada situasi inilah Daud berdoa kepada TUHAN dengan keyakinan iman bahwa Tuhan perisai yang melindungi dan yang memulihkan segala sesuatu (mengangkat kepalanya) karena kemuliaan-Nya memiliki kapasitas melakukan semuanya. Daud berdoa di tempat kudus Tuhan, yang mengharuskan hidup dalam kekudusan, kebenaran, kesalehan, kejujuran. Daud tidak lagi mengandalkan perisai buatan manusia, melainkan Daud pasrah penuh kepada TUHAN agar TUHAN yang menjadi perisai bagi hidupnya.
Pemazmur menyatakan Tuhan adalah perisai yang melindungi. Sebuah nyanyian pengakuan percaya pemazmur kepada Tuhan, Sang Penyelamat di tengah segala penderitaan yang dialami karena musuh-musuhnya. Dengan hati teguh, pemazmur percaya dan berani menghadapi berbagai ancaman dan serangan terhadapnya karena yang menjadi perisainya bukan benda yang dapat hancur, tetapi Tuhan yang Mahakuasa. Tidak ada lagi ketakutan, yang ada hanyalah keberanian karena Tuhan melindunginya. Demikianlah iman pemazmur kepada Tuhan. Pengakuan Raja Daud secara jelas mengatakan bahwa Tuhan adalah perisai yang melindunginya. Raja Daud menyadari bahwa tanpa Tuhan, Ia tidak mampu melawan pemberontakan Absalom itu.
Sebagai seorang ayah yang mengasihi Abasalom, hati Daud pedih mengetahui kenyataan bahwa Absalom, putranya, sedang berusaha membunuhnya untuk mengambil alih takhta. Pula ia gentar melihat betapa banyak lawan yang bangkit menyerang (ay. 2). Sungguh, situasi ini dapat membuat Daud kewalahan! Hal ini dapat menjadi titik akhir ia menyerah. Namun ada alasan mengapa Daud tetap bertahan, mengapa ia mampu mengatasi setiap halangan untuk keluar menjadi pemenang. Berkatalah Daud: “Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku” (ay. 4a). Daud meyakini Tuhan adalah tempat perlindungannya. Tangan perlindungan Tuhan ibarat perisai yang menghadang setiap senjata yang dilontarkan musuh. Saat Daud ada dalam kesesakan, ia tinggal berseru kepada Tuhan (ay. 5). Tidak heran sekalipun situasi masih mencekam, Daud dapat membaringkan diri, lalu tidur dengan tenang (ay. 6).
Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimana Daud bisa memiliki keyakinan seperti ini?
Pertama, Daud sungguh-sungguh menyadari bahwa hidup ini memang penuh dengan pergumulan (ay. 1-3). Dan karena pergumulan adalah bagian dari hidup, ia mau menerima keadaannya dan bersedia menghadapi realita yang ada. Bila engkau bergumul, bersyukurlah karena itu tandanya engkau masih hidup. Terkadang Tuhan membuka “keran” pergumulan dalam hidup kita supaya kita lebih dewasa dan mampu untuk selalu mengucap syukur.
Kedua, Daud menyadari bahwa Allah adalah sumber perlindungannya, yang selalu membesarkan hatinya dan memberinya kekuatan (ay. 4-5). Itulah yang membuatnya mampu bertahan dan tetap menikmati hidup walau seolah tak lagi ada harapan; sehingga dalam ketertekanannya ia mampu mengatakan betapa tenteram tidurnya dan tak sedikit pun ia gentar mengadapi musuhnya (ay. 6-7).
Ketiga, Daud menaruh dirinya pada Allah, bukan pada senjatanya. Ia sungguh menyadari bahwa pertolongan hanya ada pada Tuhan. Walaupun “di atas kertas” Daud pasti mampu mengatasi pemberontakan anaknya, ia tak pernah takabur; dan tetap berseru meminta pertolongan Tuhan. Daud yang begitu perkasa dan piawai dalam berperang tidak mengandalkan usaha dan upayanya sendiri. Ia tetap memerlukan Tuhan dan memohon pertolongan-Nya (ay. 8-9). Karena itu, seberat apapun pergumulan yang kita hadapi saat ini, berdoalah kepada TUHAN sembari memohon agar TUHANlah yang menjadi perisai hidupkita untuk melawan semua musuh kita di dunia ini. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN