Rabu, 13 April 2022

KOTBAH KAMIS PUTIH Kamis, 14 April 2022 “PERINGATAN AKAN PENGORBANAN KRISTUS” (1 Korintus 11:23-34)

 KOTBAH KAMIS PUTIH

Kamis, 14 April 2022

 

“PERINGATAN AKAN PENGORBANAN KRISTUS”

Kotbah: 1 Korintus 11:23-34     Bacaan: Keluaran 12:1-14




 

Hari ini kita akan merayakan Kamis PutihKamis Putih adalah hari pertama dari Tri Hari Suci Paskah. Kamis Putih ini menandai dimulainya Triduum Paskah. Pada hari ini kita merayakan kembali perjamuan Malam Terakhir yang dilakukan Yesus bersama 12 Rasul. Dikatakan sebagai perjamuan terakhir karena pada malam itu Yesus dikhianati oleh murid-Nya, Yudas Iskariot. Malam itu, Yesus menunjukkan kasih-Nya hingga rela kehilangan nyawa bagi seluruh manusia di dunia. Pada malam itu Yesus menyerahkan tubuh dan darah-Nya pada Bapa di Surga dalam wujud roti dan anggur yang diberikan kepada para rasul untuk memberi kekuatan bagi mereka. Yesus juga meminta apa yang Dia lakukan malam itu terus dilakukan oleh para pengikut-Nya.

 

Tema yang akan kita renungkan pada Kamis Putih ini adalah “Peringatan akan Pengorbanan Kristus”. Pengorbanan Yesus Kristus haruslah kita ingat dan hayati dengan betul dan benar agar membawa dampak dalam hidup keberimanan kita. Hal itu ditegaskan Paulus dalam teks kotbah hari ini.

 

Dalam perikop kotbah ini, Paulus mengajarkan tentang Perjamuan Kudus yang benar, baik pelaksanaannya maupun tujuannya. Apa yang seharusnya kita lakukan dalam melaksanakan Perjamuan Kudus dalam rangka mengingat pengorbanan Kristus? Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan agar pelaksanaan dan pemaknaan Perjamuan Kudus bisa kita lakukan dengan baik, yakni:

 

Pertama, hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan Perjamuan Kudus: 

a)    Kita harus menyediakan roti (ay. 23-24)Yesus mengambil roti dan memecah-mecahkannya. Apakah ini merupakan hal yang mengikat bagi kita dan harus kita lakukan? Ya, karena: (1). Hal ini diperintahkan (ay. 24: perbuatlah ini!). (2.) Hal ini mempunyai arti:  roti = simbol tubuh Kristus; pemecahan roti = simbol penghancuran tubuh Kristus. Karenanya, dalam Perjamuan Kudus, tidak boleh digunakan hosti, karena penggunaan hosti itu menghapuskan pemecahan roti! Sebenarnya roti itu bukanlah hosti, seperti yang sekarang dipakai oleh orang-orang Roma Katolik, dan bahkan diikuti oleh orang Protestan, tetapi roti biasa yang dipakai dalam peristiwa-peristiwa seperti itu. Kata “dipecahkan” (broken) merupakan sebagian dari upacara aslinya. Karena itu, pemecahan roti tidak seharusnya dibuang, seperti dalam penggunaan hosti. 

b)    Kita harus mengucap syukur. Ada hal-hal yang perlu dipelajari tentang pengucapan syukur yang Yesus lakukan dalam Perjamuan Kudus yang pertama itu:  (1). “Sesudah itu la mengucap syukur atasnya” (ay. 24). Kata-kata “Dia mengucap syukur” (he had given thanks) itu, bahasa Yunaninya adalah EU-CHARISTESAS (= having given thanks).Dari kata Yunani inilah lalu diturunkan kata Eucharist. Dari pengertian tentang asal usul kata itu, maka jelaslah bahwa adalah salah kalau kata Eucharist itu digunakan untuk menunjuk pada seluruh Perjamuan Kudus! (). Apakah pengucapan syukur yang Yesus lakukan itu mengikat atau tidak? Ya! Alasannya: Kata-kata “perbuatlah ini” dalam ayat 24, menunjuk bukan hanya pada pemecahan roti, tetapi juga pada pengucapan syukurnya. (3). Yesus melakukan pengucapan syukur 2 kali, yakni sebelum roti maupun anggur (ay. 25). Artinya, Yesus memperlakukan cawan sama seperti Ia memperlakukan roti, yaitu: Ia mengucap berkat dan syukur lebih dulu (bnd. Mat. 26:26-27). Kebanyakan gereja menggabungkan kedua pengucapan syukur ini menjadi satu dan dilakukan sebelum makan roti. Tetapi ada juga gereja yang mempertahankan 2 kali pengucapan syukur ini.

c)    “Inilah tubuhKu!” (ay. 24). Yang dimaksud dengan “ini” jelas adalah roti yang sedang Yesus pegang. Dari bagian ini, orang Roma Katolik menemukan doktrin Transubstantiation = perubahan zat (a change of substance). Doktrin ini mengatakan bahwa pada waktu Perjamuan Kudus itu dilakukan, roti dan anggur betul-betul berubah menjadi tubuh dan darah Kristus, tetapi “kenyataannya” (warna, rasa, bau, bentuk) tetap sama. Kalau doktrin ini benar, ini berarti bahwa setiap kali diadakan Perjamuan Kudus, Kristus dikorbankan lagi! (bnd. Ibr. 9:28). Orang Lutheran menganggap bahwa roti dan anggur tetap adalah roti dan anggur, tetapi Yesus hadir secara jasmani di dalam, di atas, di bawah, di samping roti dan anggur itu. "Orang Calvinist/Reformed menganggap: (1). Roti dan anggur hanya merupakan simbol dari tubuh dan darah Kristus. Jadi, pada waktu Yesus berkata “Inilah tubuhKu!” maka artinya sama seperti pada waktu Yesus berkata “Akulah pintu” “Akulah pokok anggur yang benar”. dsb. (2). Dalam Perjamuan Kudus, Kristus hadir secara rohani, bukan secara jasmani. Tubuh jasmani Kristus ada di surga dan tubuh jasmani Kristus itu tidak maha ada!

 

Kedua,  tujuan Perjamuan Kudus. Setiap kita mengikuti Perjamuan Kudus, kita harus ingat akan tujuan dilaksanakannya Perjamuan Kudus itu, yakni:

 

a)    Untuk memperingati kematian Kristus untuk kita (ay. 24,25). Mengingat akan kematian Kristus bagi kita adalah sesuatu yang sangat penting. Hal ini bisa menolong kita: (1) pada saat kita merasa dan menganggap bahwa Allah tidak mengasihi kita (bnd. Rm. 5:8). (2) pada saat kita mengutamakan sesuatu dan seseorang lebih dari Tuhan. (3) pada saat kita segan berkorban, menyangkal diri, memikul salib, dsb. (4) pada saat kita kikir dalam memberi persembahan. (5) pada saat kita mundur / suam, malas melayani, berdoa, belajar Firman Tuhan, dsb.  (6) pada saat kita kurang berjuang dalam mengalahkan dosa (bdk. Ibrani 12:3-4). Tetapi Tuhan tahu bahwa kita cenderung untuk melupakan kasih-Nya, dan karena itu, Tuhan menyuruh kita untuk melakakan Perjamuan Kudus supaya melalui Perjamuan Kudus itu, kita selalu ingat akan kematian Kristus bagi kita! 

b)    Untuk memberitakan kematian Kristus (ay. 26).  Tuhan memerintahkan orang Israel dalam Perjanjian Lama untuk merayakan Paskah (hari keluarnya mereka dari Mesir), supaya kalau ada orang asing/kafir atau anak-anak mereka yang bertanya tentang arti dari Perjamuan Paskah itu, maka mereka bisa menceritakan tentang kebaikan Tuhan yang telah mengeluarkan dan membebaskan mereka dari Mesir (Kel. 12:26-27; 13:8). Dalam Perjanjian Baru, Tuhan menyuruh kita mengadakan Perjamuan Kudus, juga dengan tujuan untuk memberitakan sesuatu, tetapi sesuatu itu bukan pembebasan dari Mesir, melainkan kematian Kristus bagi kita! Pasti akan sering muncul pertanyaan dari orang kafir dan anak-anak tentang Perjamuan Kudus, dan itu merupakan kesempatan bagi kita untuk memberitakan kematian Kristus! Gunakanlah kesempatan itu!

 

Ketiga, kelayakan mengikuti Perjamuan Kudus (ay. 27). Dalam mengikuti dan melaksanakan Perjamuan Kudus kita harus memeriksa apakah dirikita layak atau tidak. Karenanya ada beberapa hal yang harus kita periksa, seperti:

 

a)    Kita harus serius mengkikuti Perjamuan Kudus. Kata “tidak layak” dalam ayat 27 ini tidak menunjuk kepada orang yang ikut Perjamuan Kudus itu, tetapi menunjuk pada cara mengikuti dan melakukan Perjamuan Kudus! Kita bisa mengetahui hal itu, karena kata Yunani yang dipakai, yaitu ANAXIOS, yang artinya tak adanya keseriusan, rasa hormat dan khidmat, membuat roti dan anggur sebagai bahan untuk bergurau, memberikannya kepada anak-anak yang untuk mainan atau sekedar untuk menenangkan anak yang rewel dsb. 

b)    Laksanakan sesuai perintah TUHAN. Ketidaklayakan pelaksanaan Perjamuan Kudus itu juga dilihat dari pelaksanaannya yang salam, seperti dengan menggunakan hosti, menahan cawan hanya untuk hamba Tuhan, atau dengan menyembah roti dan anggur itu! Kalau kita sering melakukan hal-hal ini, baca sekali lagi ayat 27 ini! Itu menunjukkan kita berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan! 

c)    Menguji diri sendiri (ay. 28). Yang harus diuji adalah: (a) Imannya, yaitu apakah ia betul-betul percaya kepada Yesus (bdk. 2Korintus 13:5). (b) Kehidupannya, yaitu apakah ia secara sadar dan sengaja memegangi dosa tertentu atau tidak! Kalau ya, maka orang itu tidak berhak ikut Perjamuan Kudus! Mengapa demikian? Ingatlah bahwa Perjamuan Kudus juga merupakan persekutuan antara pengikut Perjamuan Kudus itu dengan Tuhan (1Kor. 10:16). Sedangkan dosa yang dipertahankan jelas menghalangi dan merusak persekutuan itu (bnd. Yes. 59:1-2)! 

 

RENUNGAN

Dalam rangka merayakan Kamis Putih ini kita diajarkan untuk mengerti dan memahami serta menghayati ati dan makna Perjamuan Kudus. Karena itu, rayakan dan nikmati serta terimalah Tubuh dan Darah Kristus melalui Perjamuan Kudus dengan hati yang tulus dan iklas untuk menguatkan iman kita memercayainya sebagai Tuhan dan Penebus dosa-dosa kita. (rsnh)

 

Selamat Merayakan Ibadah Kamis Putih

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...