Sabtu, 12 November 2022

KOTBAH MINGGU XXII SETELAH TRINITATIS Minggu, 13 Nopember 2022 “HARI TUHAN AKAN TIBA” (Maleaki 4:1-6)

 KOTBAH MINGGU XXII SETELAH TRINITATIS

Minggu, 13 Nopember 2022

 

“HARI TUHAN AKAN TIBA”

Kotbah: Maleaki 4:1-6             Bacaan: Lukas 21:7-19



Minggu ini kita akan memasuki Minggu Keduapuluh dua Setelah Trinitatis. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Hari TUHAN akan Tiba”. Hari Tuhan (Yom Yahwe) adalah misteri sekaligus yang sudah digenapi Allah. Hari Tuhan bukan hanya sekedar hayalan semata, sebab dalam Kitab Perjanjian Lama sudah diungkapkan bagaimana kedatangan Hari TUHAN (Am. 5:18-20, Yes. 13:1-6, Yehz. 7:2-13). Cara dan waktu kedatangan Hari Tuhan itu adalah misteri, dan yang tahu hanyalah Tuhan sendiri. Berbagai bentuk kedatangan hari Tuhan dalam kitab Perjajian Lama, antara lain:

a)    Hari Tuhan itu sebagai hari yang penuh ratapan dan pemusnahan (Yes. 13:6, Am. 8:3)

b)   Hari Tuhan itu kebengisan, dengan gemas dan murka yang menyala-nyala untuk membuat bumi menjadi sunyi dan memusnahkan daripadanya orang-orang berdosa (Yes. 13:9, Yehz. 30:3).

c)    Hari Kegelapan (Am. 5:18, 8:9).

 

Pada sebagian umat yang setia melakukan yang baik di mata Allah akan sangat merindukan kedatangan Hari Tuhan. Hari Tuhan menjadi sesuatu hal yang dirindukan oleh umat Yuda, dengan harapan mereka beroleh keselamatan dari penderitaan yang mereka hadapi saat itu. Hari Tuhan menjadi hari yang penuh dengan pengharapan untuk beroleh kemerdekaan dari bangsa Persia yang menjajah mereka. Melalui Maleaki Allah menunjukkan keadilan-Nya, Ayat 1 dikatakan “Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka”. Hari Tuhan itu akan dan pasti datang pada waktu-Nya. Pada hari itu tidak ada yang bisa bersembunyi dari hadapan-Nya. Saat itulah akan memeroleh konsekuensi dari kegegabahan dan kefasikan yang telah diperbuat. Akan dibakar seperti jerami, mulai dari cabang sampai ke akar-akarnya akan dibumi hanguskan. Hari Tuhan itu adalah hari pembalasan akan segala tindakan yang menentang Allah. Hari Tuhan itu akan menjadi kegelapan bagi mereka yang tidak mau hidup setia dalam terang Allah. 

 

Namun sebaliknya bahwa Hari Tuhan itu akan menjadi keselamatan bagi setiap yang takut akan Allah. Pada ayat 2a Firman Allah menyatakan “Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya”. Konsekuensi ini tentunya akan menjadi sukacita bagi yang takut akan Tuhan. Sebab dengan gelapnya penderitaan dan kesusahan yang dialami dalam hidup takut akan Tuhan akan memeroleh cahaya surya kebenaran. Cahaya surya kebenaran itu ialah pancaran sinar kasih Allah yang memberikan energi sumber kehidupan. Dalam metafora ini, dinyatakan bahwa Allah layaknya matahari yang memberikan sinar berenergi, yang menerangi dan memberikan kehidupan. Tidak hanya itu, Allah akan memberikan kesembuhan pada sayap-Nya.

 

Jika kita mendalami perikope ini, maka kita akan menemukan bahwa penulis Maleakhi menjelaskan bahwa ada dua sikap orang percaya terhadap kedatangan hari TUHAN itu, yakni:

 

Pertama, bagi orang yang TIDAK TAKUT akan TUHAN, kedatangan Tuhan merupakan CELAKA BESAR bagi mereka. Bagi mereka Sang Surya Kebenaran tidak mereka butuhkan. Mereka tidak membutuhkan kesembuhan. Itulah makanya mereka ini digambarkan seperti PERAPIAN (ay. 1) Manusia ibarat jerami kering yang terbakar habis sampai ke akar-akarnya. Tanpa sisa sedikit pun! Kondisi seperti akan terjadi bagi orang gegabah dan yang berbuat fasik.

 

Siapa orang yang tidak takut akan TUHAN itu?

 

1.    Orang GEGABAH. Gegabah artinya sembronoORANG YANG GEGABAH adalah orang yang dalam kehidupan ini menjalani hidup dengan sembrono atau tidak berhati-hati. Dalam bahasa Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika, orang yang gegabah disebut dengan orang yang tidak tertib hidupnya. Orang yang menghabiskan waktu hidupnya untuk hal-hal yang tidak berguna. Segala tindakan dan tingkah lakunya tidak dipikir dan dipertimbangkan terlebih dahulu. Dia cenderung asal bertindak dan asal berlaku menurut kehendak hatinya sendiri, tidak memerhatikan dan mempertimbangkan keberadaan Tuhan dan orang lain yang ada di sekitarnya. Kalau lagi marah, ya suka mengumbar kemarahan, bukan berusaha menahan dan meredakannya. Kalau lagi benci ya mengobarkan kebencian dan membiarkannya makin dalam, bukannya mencoba untuk mengatasi kebencian yang tumbuh dalam hidupnya. Kalau lagi sakit hati ya membiarkan sakit hati itu berlarut-larut, tanpa bersedia untuk mengatasi dengan mengampuni. Apa yang ada dalam kehendak hatinya, itulah yang dilakukannya. Sehingga dampak tindakan dan kelakuannya adalah cenderung melukai hati, merusak relasi, dan menghancurkan kehidupan.

 

2.    Orang FASIK. ORANG YANG BERBUAT FASIK adalah orang yang dalam kehidupan ini mengetahui kebenaran, tetapi dia tidak mau melakukan kebenaran itu dalam hidupnya. Dia tahu bahwa firman Tuhan itu baik dan benar, namun dia tidak pernah mau melakukan firman itu dalam kehidupannya. Dia mengerti bahwa beribadah kepada Tuhan itu adalah benar, namun dia lebih memilih mengikuti rasa malasnya daripada datang beribadah kepada Tuhan. Dia tahu bahwa sesuatu itu adalah hal yang berdosa, namun dia memilih untuk tetap melakukannya karena memberi keuntungan dan kenikmatan diri. Orang fasik adalah orang yang secara pengetahuan menguasai dan mengerti tentang berbagai macam kebenaran, namun dalam dirinya tidak ada kesediaan untuk melakukan kebenaran itu dalam hidup. Bagi orang yang gegabah dan berbuat fasik seperti ini, hari kedatangan Tuhan adalah hari yang celaka. Sebab, ibarat seorang pekerja, mereka tergolong sebagai para pekerja yang tidak mau bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Sehingga ketika atasan datang, maka saat itu akan menjadi saat yang menakutkan bagi mereka. 

 

Kedua, bagi orang yang TAKUT akan TUHAN, kedatangan Tuhan merupakan SURYA KEBENARAN dan KESEMBUHAN (ay. 2). Bagi orang yang takut akan TuhanHari Tuhan bukanlah hari yang menakutkan melainkan merupakan hari yang sungguh dinantikan kedatangannya. Sebab pada hari kedatangan itu, berkat Tuhan yang berupa kebenaran dan kesembuhan akan diwujudkan secara sempurna. Kebahagiaan dan sukacita akan dirasakan. Sebagaimana yang tertuang dalam Kitab Malekahi 4:2 yang mengatakan: "Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang."

 

Lambang yang digunakan untuk pemulihan orang-orang benar pada hari TUHAN adalah “SURYA KEBENARAN” bagaikan matahari yang “sayapnya” (cahayanya) memiliki kekuatan memulihkan. Oleh karenanya, bagi orang-orang benar, hari TUHAN adalah hari yang penuh sukacita. Mereka akan bersukacita bagaikan anak lembu yang keluar dari kandang, berjingkrak-jingkrak menikmati kebebasan dan rumput yang luas. Pemulihan dan suka cita ini disediakan bagi mereka yang takut akan nama TUHAN. Mereka adalah orang-orang yang tahu kehendak TUHAN lalu melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka adalah orang-orang yang menaruh hormat kepada TUHAN, baik dalam ibadah maupun dalam prilaku.

 

Siapakah orang yang takut akan Tuhan itu? 

 

1. Orang yang senantiasa menjadikan hidupnya sebagai kesempatan untuk bersaksi tentang nama Tuhan. Bahkan di kala hidupnya penuh dengan penderitaan dan kesukaran (Luk. 21: 13).

 

2.    Orang yang takut akan nama Tuhan adalah orang yang tetap tabah dan bertahan dalam imannya ketika menghadapi berbagai macam bentuk kesukaran yang menjadi tanda-tanda akhir zaman (Luk. 21: 19)Ia tidak akan patah semangat dan meninggalkan imannya sekalipun mengalami berbagai bentuk tekanan dan himpitan kehidupan. Orang-orang yang seperti inilah yang pada hari kedatangan Tuhan akan merasakan kebahagiaan, sebab mereka akan memeroleh hidup dan merasakan keselamatan secara sempurna.

 

Pertanyaan kita selanjutnya adalah apakah tanda hadirnya Surya Kebenaran (baca: Hari TUHAN) itu dalam kehidupan kita?

 

Pertama, jika Surya Kebenaran hadir maka Kejahatan dihancurkan (ay. 1). Bahwa sesungguhnya hari itu datang, menyala seperti perapian, maka semua orang gegabah dan setiap orang yang berbuat fasik menjadi seperti jerami dan akan terbakar oleh hari yang datang itu, firman TUHAN semesta alam, sampai tidak ditinggalkannya akar dan cabang mereka.” Maleakhi menggambarkan hari TUHAN itu seperti perapian.  Perapian adalah tempat pembakaran. Gambaran kedahsyatan api yang berkobar menghanguskan. Perbuatan-perbuatan jahat orang-orang gegabah dan orang fasik akan dihancurkan dan dibakar sampai habis.

 

Kedua, jika Surya Kebenaran hadir maka Sukacita terjadi (ay. 2). Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang.” Dalam terjemahan bahasa Indonesia sehari-hari“Tetapi bagi kamu yang taat kepada-Ku, kuasa-Ku yang menyelamatkan akan terbit laksana matahari, dan sinarnya membawa penyembuhan. Kamu akan bebas dan gembira seperti anak sapi yang baru dikeluarkan dari kandang.” Ayat ini menunjukkan ada 2 hal yang diterima bahwa orang yang taat mendapatkan keselamatan dari Tuhan dan  kesembuhan/pemulihan. Dengan demikian kita akan beroleh sukacita.

 

RENUNGAN

 

Apa yang hendak kita renungkan dalam Minggu Keduapuluh dua setelah Trinitatis ini?

 

Pertama, kita tidak tahu percis kapan hari TUHAN itu terjadi. Sejak jaman Perjanjian Lama, orang sudah menantikan hari TUHAN itu. Pada jaman Yesus, spekulasi datangnya hari TUHAN sudah menjadi isu hangat. Peristiwa-peristiwa alam (gempa bumi), munculnya pengajar-pengajar palsu, peperangan dan pelbagai penderitaan sering dipakai sebagai tanda akan terjadinya hari TUHAN. Sampai sekarang pun, manusia gemar mencari tanda-tanda hari TUHAN itu. Atas semuanya itu, Yesus mengingatkan, Waspadalah supaya kamu jangan disesatkan.” (Luk. 21:8). Sikap waspada adalah lawan dari gegabah (Mal. 4:1). Waspada tidak berarti panik dan mengambil sikap berlebihan; meninggalkan semua tanggungjawab, mengasingkan diri lalu menunggu-nunggu hari itu. Bukan! Bukan seperti itu, Yesus memaknainya bahwa momen ini adalah kesempatan yang baik untuk bersaksi. Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi.” (Luk.21:13). Tentu bersaksi yang dimaksud Yesus bukan sekedar berucap saja, sebab kalau hanya itu yang dilakukan, apa bedanya dengan umat TUHAN pada jaman Amos dan Maleakhi. Bersaksi merupakan kesatuan antara kata dan tingkah laku.

 

Kedua, hari Tuhan itu pasti datang, tidak ada pembatalan. Jadi, jangan ada lagi keraguan akan hal ini, sebab Tuhan pasti datang pada hari-Nya. Kedatangan-Nya ini didahului oleh pengutusan nabi Elia (ay. 5), yang dalam perspektif Israel dipahami sebagai cara Tuhan untuk mempersiapkan hati orang-orang percaya untuk bertobat menjelang hari Tuhan itu (ay. 6).

 

Ketiga, nikmati dan hidupilah kedatangan “Hari TUHAN” itu. Sebagai umat percaya kita harus menghidupi “Hari TUHAN”. Artinya kita harus menghidupi karya penebusan Tuhan Yesus Kristus dan menanggung dosa manusia sehingga kita menyadari akan pentingnya sebuah esensi dari persekutuan dengan Tuhan Yesus dalam hubungan pribadi dengan Allah. Dengan sikap menghidupi “Hari TUHAN” akan melahirkan sikap-sikap yang mencerminkan teladan dan karakter Tuhan Yesus dan memuliakan Allah dalam waktu bersamaan terutama dalam menghadapi segala pergumulan yang di hadapi.

 

Menikmati “Hari TUHAN” merupakan waktu yang tepat bagi setiap orang percaya untuk terus hidup dalam Kristus dan takut akan Tuhan menjadikan setiap orang percaya untuk selalu mengandalkan Tuhan di dalam segala kehidupan baik dalam persembahan, peribadahan dan keteladanan hidup. Memang tidaklah mudah tetapi jika dengan sungguh-sungguh maka, makna “Hari TUHAN” adalah makna sukacita dan makna yang penuh pengandalan kepada Tuhan Yesus Kristus. Karena itu, gunakanlah sebaik-baiknya hari-hari kehidupan kita sebagai orang yang terus menanti kedatangan “Hari TUHAN” sembari bersaksi bagi-Nya. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...