Selasa, 05 Januari 2021

Renungan hari ini: “INILAH ANAK-KU YANG KUKASIHI” (Matius 3:17)

 Renungan hari ini:

 

“INILAH ANAK-KU YANG KUKASIHI”




 

Matius 3:17 (TB) Lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan" 

 

Matthew 3:17 (NET) And a voice from heaven said, “This is my one dear Son; in him I take great delight”

 

Pendekatan Matius berbeda dengan Markus dan Lukas soal pernyataan “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi” ini. Matius mencatatat pernyataan ini bukan sapaan ilahi kepada Yesus sebagaimana tercatat dalam Markus dan Lukas, melainkan sebuah pernyataan tentang dia. Matius kiranya bermaksud membuat yang dialami Yesus secara batin tadi akhirnya juga menjadi pengalaman semua yang hadir di situ, termasuk siapa saja yang menjadi pembaca Injilnya. Jadi ada pewartaan mengenai siapa Yesus itu kepada orang banyak. Dia itu orang yang amat dekat ("anak-Ku yang terkasih") dengan Yang Ilahi dan mendapat perkenan dari-Nya untuk melakukan tindakan-tindakan di antara manusia atas nama-Nya.

 

Matius juga mendekatkan pengalaman batin Yesus kepada semua orang. Orang banyak dapat ikut serta di dalam pengalaman yang paling batin sekalipun. Bagaimana? Tentu saja bila ikut memperoleh Roh seperti Yesus sendiri. Dikatakan dalam Matius 3:17 (juga dalam Mrk. 1:10; Luk. 3:22), "Roh Allah seperti burung merpati turun ke atasnya." Roh yang bisa tampil sebagai api yang membakar itu kini tampil sebagai yang lemah lembut. Tetapi daya-Nya tetap sama. Dan kekuatan yang turun ke atas Yesus dalam ujud yang lembut itu akan menjadi juga baptisan bagi orang banyak. Yohanes Pembaptis sendiri telah pernah mengatakan hal ini ketika menegaskan bahwa dia yang akan datang itu akan membaptis dengan Roh dan api (lih. Mat. 3:11; Mrk. 1:8; Luk. 3:16; Yoh. 1:33).

 

"Inilah Anak-Ku yang Kukasihi" adalah sebuah pernyataan yang kongkrit tentang sebuah pribadi dan peribadi itu adalah "Anak-Ku". Ada suatu kebanggaan tersendiri yang diakui oleh si pembuat pernyataan tentang pribadi yang diakui-Nya sebagai "Anak-Ku". Pernyataan ini tidak berhenti sampai di sini, tapi dilanjutkan dengan sebuah pernyataan lainnya, yaitu "kepada-Nyalah Aku berkenan". Kepada siapakah si pembuat pernyataan menyatakan perkenaan-Nya? Perkenaan itu diberikan kepada anak-Nya. Apakah landasan perkenaan itu? Perkenaan itu diberikan atas landasan pilihan dan bukan prestasi, karena pernyataan itu dibuat dihadapan publik sebelum Tuhan Yesus memulai pelayanan-Nya.

 

Bagaimana dengan kita sekalian selaku orang tua, bukankah pernyataan kita terhadap anak-anak kita dihadapan publik muncul berdasarkan prestasi yang diperoleh mereka? Apakah kebanggaan kita terhadap anak-anak kita konstan dengan pengertian bahwa kebanggaan kita terhadap mereka bukan tergantung dari prestasi yang diperoleh mereka? Jika kebanggaan hanya berdasarkan prestasi, maka dengan berkurangnya prestasi, maka kebanggaan kita terhadap merekapun akan sirna. Sedangkan Bapa Surgawi telah memberikan sebuah contoh yang sangat baik, di mana Bapa Surgawi telah terlebih dahulu membuat pernyataan "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan" sebelum Tuhan Yesus memulai pelayanan-Nya, dengan demikian pernyataan Bapa Surgawi bukan berdasarkan prestasi yang dicapai oleh anak-Nya. Karena itu, pernyataan anak yang Kukasihi merupakan pernyataan kekal tanpa syarat, kitapun hendaknya demikian kepada anak-anakkita. Kita mengasihi mereka tanpa syarat. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...