Rabu, 25 Maret 2020

Renungan hari ini: “AKULAH TERANG DUNIA”

Renungan hari ini:

“AKULAH TERANG DUNIA”



Yohanes 8:12 (TB) Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup"

John 8:12 (NET) Then Jesus spoke out again, “I am the light of the world. The one who follows me will never walk in darkness, but will have the light of life”

Yesus mengatakan kalimat “Akulah terang dunia” di dekat perbendaharaan, waktu Ia mengajar di dalam Bait Allah. Di hadapan orang banyak — di antaranya terdapat orang-orang Farisi, maka dengan kalimat ini orang-orang Yahudi yang mendengar akan teringat peristiwa penyataan TUHAN Allah kepada Musa tersebut, karena “Akulah” di sini menunjuk kepada Nama TUHAN “ego emi” yang menampakkan diri kepada Musa dan Nama ini diajarkan turun-menurun dalam bangsa Israel dan dikenakan di dalam diri Yesus Kristus. 

“Akulah” menunjuk kepada keberadaan TUHAN sendiri, menunjuk kepada eksistensi TUHAN sendiri untuk selama-lamanya, sebutan turun-menurun bangsa Israel kepada TUHAN, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub — Allah yang hidup, yang bukan ilah atau benda mati yang disembah, namun Allah yang telah menampakkan diri, Allah yang memperkenalkan diri-Nya kepada Abraham, Ishak dan Yakub, kemudian menampakkan diri kepada Musa. 

Selain TUHAN sendiri yang mengatakan “Akulah”, tidak ada nabi, rasul, pendiri agama, tokoh agama yang berani dan boleh mengatakan “Akulah”, karena ini berkaitan dengan atribut TUHAN sendiri. “Akulah terang dunia” adalah deklarasi keilahian Yesus Kristus, bahwa Dialah Allah yang hidup, Allah nenek moyang bangsa Israel, Dialah Allah yang disembah oleh Abraham, Ishak dan Yakub dan yang telah menampakkan diri kepada Musa dalam semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api yang berinkarnasi menjadi daging (manusia). 

Nas hari ini mengatakan, “Akulah terang dunia barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” Penyataan Yesus begitu tegas, Yesus adalah terang itu sendiri, yang bukan diciptakan, karena Yesus adalah terang Allah yang sejati, maka barangsiapa yang mengikut Yesus tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan orang itu akan memiliki terang hidup. Terang sejati Allah dalam Yesus Kristus memberikan terang hidup kepada siapa saja yang datang kepada-Nya. Seorang nabi atau rasul yang adalah manusia biasa, tidak akan dapat memberikan terang dari dirinya untuk diberikan kepada banyak orang agar memiliki terang hidup. 

Tanpa Yesus Kristus, manusia berada di dalam kegelapan maut. Yesus Kristus adalah terang dunia, terang Yesus Kristus bercahaya dalam kegelapan maut dan maut tidak dapat berkuasa karena Yesus Kristus telah mengalahkan maut. Keselamatan dalam Yesus Kristus ini bukan milik bangsa Israel saja, atau milik orang Kristen saja, atau gereja saja, tetapi Yesus Kristus adalah Juru Selamat bagi semua orang berdosa. Karena itu, marilah berjalan bersama Yesus maka kita akan berjalan dalam terang-Nya dan terhindar dari kegelapan. (rsnh)

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan: SOCIAL (PHYSICAL) DISTANCE

Renungan:
SOCIAL (PHYSICAL) DISTANCE
Salah satu istilah yang sering disebut dalam menghadapi Covid 19 adalah Social Distance (Harf. = Masyarakat Jauh). Dalam pengertian yang dimaksud adalah masyarakat hidup "Jarak Jauh" atau "Berjauhan" satu dengan yang lain. Minimal 1 meter jarak kita dengan orang lain. Jarak ini nyaman untuk terhindar dari virus Corona. Kalau ada teman yang bersin maka kita tidak kecipratan virusnya. Istilah ini dikeluarkan resmi oleh badan organisasi kesehatan dunia, Wolrd Health Organization (WHO).
Istilah ini disalah tafsirkan banyak orang di media sosial saat ini dengan membandingkannya pada filosofi Indonesia "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh". Filosofi ini pun diplesetkan baik dalam bentuk meme dan kalimat menjadi "Bersatu kita sakit, becerai (baca: berjauhan) kita hidup". 
Plesetan dan meme yang bertebaran ini perlu dikritisi agar tidak salah tafsir. Maksud WHO dalam istilah Social Distance adalah masyarakat harus menjaga jarak dengan manusia lainnya demi memutus rantai penyebaran virus Corona. WHO bukan hendak meruntuhkan filosofi Indonesia, "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh". Melihat kesalahpahaman itu, maka WHO mengganti istilah "Social Distance" menjadi "Physical Distance" (Fisik yang berjauhan). Istilah baru ini lebih cocok dan pas untuk situasi kita saat ini dalam menghadapi pemutusan rantai penyebaran virus Corona. Saya sangat setuju dengan sikap WHO mengganti istilah lama dengan yang baru sekarang.
Dengan istilah baru "Physical Distance" semakin memberikan kita pemahaman yang jelas bahwa yang terpisah adalah fisik kita bukan semangat kita. Ideologi kesatuan bangsa tidak boleh dipisahkan oleh fisik yang berjauhan. Kendati kita berada di mana-mana namun semangat kesatuan berbangsa dan bertanah air tidak boleh tercerai-berai. Virus Corona 19 bukanlah sebuah sarana pemisah kesatuan bangsa. Karenanya janganlah memberikan meme-meme yang hendak menghancurkan ideologi dan filsafat bangsa yang sudah teruji nilainya. Kalaupun WHO semula menyebut "Social Distance" bukanlah hendak meruntuhkan kesatuan bangsa Indonesia.
Marilah kita bijak berkata-kata di tengah situasi bangsa yang sedang berjuang melawan penyebaran virus Corona 19 di Indonesia ini. Kita terus memberikan dukungan doa bagi para dokter dan perawat yang berjuang menolong korban virus Corona ini di Rumah Sakit agar mereka sembuh. Kiranya Tuhan memberikan hikmat dan kekuatannya bagi para dokter dan perawat untuk menjalankan tugasnya. Mereka terhindar dari suspek virus Corona ini. (rsnh)

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...