Renungan hari ini:
“JANGAN TAKUT DAN TAWAR HATI”
Yosua 8:1 (TB) Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Yosua: "Janganlah takut dan janganlah tawar hati; bawalah seluruh tentara dan bersiaplah, majulah ke Ai. Ketahuilah, Aku serahkan kepadamu raja negeri Ai, rakyatnya, kotanya dan negerinya"
Joshua 8:1 (NET) The Lord told Joshua, “Don’t be afraid and don’t panic! Take the whole army with you and march against Ai! See, I am handing over to you the king of Ai, along with his people, city, and land"
Pesan TUHAN kepada Yosua ini hendak memberikan jaminan atas tugas yang diembankan TUHAN kepadanya. Yosua tidak gentar dan takut dalam membawa umat Israel menuju tanah terjanji bagi umat Israel. Dalam nas hari ini kita akan merenungkan soal “tawar hati”. Dalam Alkitab Indonesia, kata yang diterjemahkan sebagai “tawar hati” sering juga diterjemahkan sebagai “kecut, patah hati, putus-asa, cemas, ketakutan, gempar…” Aslinya kata itu bermakna “shattered”, atau “hancur”. Kata “hancur” cukup tepat menggambarkan seorang yang sedang “tawar hati”. Hatinya tidak fokus, berserakan, remuk. Dasar yang mendasari perintah ini ialah penyertaan Yahweh. Karena Tuhan sendiri akan menyertai, maka tidak ada alasan untuk menjadi tawar hati apa pun yang harus kita hadapi.
"Tawar hati" adalah ungkapan dalam bahasa Indonesia yang menunjukkan suatu keadaan yang: tidak bersemangat, tidak ada kemauan lagi, hilang keberanian, kecewa, dan putus harapan. Ungkapan lain yang menunjukkan keadaan seperti itu adalah "patah semangat/ patah hati" atau dalam bahasa Inggrisnya adalah "lose heart, discouraged, fainthearted." Kadang pula dalam Alkitab bahasa Indonesia menyamakan antara keadaan "tawar hati" dengan "kecut hati" dengan "sikap hati yang telah merasa jemu/ lelah/ weary."
Sikap tawar hati adalah suatu sikap yang apatis, yaitu tidak ada motivasi dan antusiasme. Bahkan sikap "tawar hati" itu dapat mencapai ke taraf selanjutnya, yaitu frustrasi, yaitu perasaan kecewa atau jamban akibat terhalang dalam pencapaian tujuan. Semuanya menunjukkan keadaan yang sama-sekali tidak bersemangat.
Jika kita mendalami Sabda Allah, maka kita akan menyimpulkan bahwa Sabda Tuhan tidak pernah membuat orang tawar hati. Di Roma 15:4, Paulus berbicara tentang “penghiburan yang diberikan oleh Kitab Suci”. Orang yang khusyuk mendengarkan suara Tuhan melalui Kitab Suci hidupnya jauh lebih teguh dan stabil. Melalui Kitab Suci dia akan sentiasa mendengarkan kata-kata jaminan, “Aku menyertaimu. Jangan…” Dia juga akan dari waktu ke waktu melihat tanda-tanda penyertaan-Nya. Di ayat berikut, Paulus menggambarkan Allah sebagai “sumber kesabaran dan penghiburan”. Pada masa-masa yang susah, jika saudara membiasakan diri menyendengkan telinga ke atas, saudara akan mendengarkan kata-kata menghibur seperti, “percayalah kepada-Ku”. Ada pepatah yang berkata, “Keputusasaan bukan dari Tuhan” (Discouragement is not from God” - Ignatius of Loyola). Ini berarti jika kita mengizinkan rasa tawar hati menguasai hati kita, kita telah mengizinkan sesuatu yang tidak “kosher” (halal) dalam hidup kita.
Sebaliknya, alat Iblis yang paling ampuh terhadap orang Kristen yang serius ialah “tawar hati”. Menjadi “tawar hati” itu sendiri bukan dosa, tetapi gerbang menuju segala macam dosa. Pada umumnya, Iblis akan kesulitan membuat seorang Kristen yang serius berbuat dosa pelanggaran yang terang-terangan. Akan tetapi, dia dengan mudah dapat membuat seorang Kristen menjadi tawar hati. Jadi kita sedang berbicara tentang dua suara, atau dua bisikan: yang mengecilkan hati vs yang membesarkan hati. Saudara akan mendengarkannya ketika saudara mengalami setbacks, kekecewaan atau kemunduran dalam bentuk apa pun. Saudara akan mendengarkan “Apa yang telah kamu lakukan?! Kamu tidak berguna… kamu bukan apa-apa… Allah tidak mungkin mengasihimu setelah apa yang kamu lakukan… lebih baik mati sudah!”
Rasa tawar hati ialah suatu suasana hati, yang sering dibandingkan dengan cuaca. Kita tahu bahwa dalam cuaca dan iklim tertentu, tidak ada dapat bertumbuh. Demikian pula, dalam hati yang lagi suram dan dingin, tidak ada benih sukacita yang dapat bertumbuh. Tidak ada benih kekuatan yang dapat bertumbuh. Orang yang sedang tawar hati seringkali mengalami kesulitan bahkan untuk bangun dari tempat tidur. Khotbah minggu lalu berbicara tentang berbuah banyak. Orang yang lagi tawar hati akan bertambah stres mendengarkan khotbah semacam ini, karena watak dan pandangan hidupnya tidak memungkinkan pertumbuhan apa pun. Itu umpama berusaha tanam padi di Kutub Utara.
Orang yang tawar hati cenderung mengasihini diri sendiri dan terfokus pada diri sendiri. Mereka terbungkus dalam diri sendiri; aku…, aku…, aku… Ini bukanlah siapa kita sebagai pengikut Kristus. Ini bukanlah suasana hati yang pantas bagi anak-anak Allah. Karena itu, kita harus menangani masalah ini dengan serius dengan menghindari diri dari sikap tawar hati. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN