Kamis, 17 Februari 2022

Renungan hari ini: “PERDENGARKANLAH KASIH SETIAMU KEPADAKU TUHAN” (Mazmur 143:8)

 Renungan hari ini:

 

“PERDENGARKANLAH KASIH SETIAMU KEPADAKU TUHAN”




 

Mazmur 143:8 (TB) Perdengarkanlah kasih setia-Mu kepadaku pada waktu pagi, sebab kepada-Mulah aku percaya! Beritahukanlah aku jalan yang harus kutempuh, sebab kepada-Mulah kuangkat jiwaku"

 

Psalms 143:8 (NET) "May I hear about your loyal love in the morning, for I trust in you. Show me the way I should go, because I long for you"

 

Permohonan pemazmur pada nas hari ini menunjukkan bahwa ia sangat merindukan kasih setia TUHAN diperdengarkan kepadanya. Pemazmur meyakini bahwa jika TUHAN memperdengarkan kasih setia-Nya kepadanya, makai a akan tahu menempuh jalan yang hendak dijalaninya. Permohonan ini muncul di kala pemazmur sedang berada dalam masa yang krisis. Pengalaman Daud dalam Mazmur 143 menunjukkan bahwa dalam krisis yang dialaminya, Daud tetap berserah kepada Allah. Daud meneriakkan kegalauan hatinya kepada Tuhan. Dia berteriak meminta kelegaan dari Tuhan. Namun, kelegaan yang akan Tuhan berikan kepada kita belum tentu semerta-merta menghilangkan masalah kita. Mungkin, masalah yang kita hadapi akan tetap ada, tetapi Tuhan menjanjikan kekuatan kepada kita untuk mampu menghadapi masalah itu. Keadaan sulit ini melahirkan rangkaian doa yang indah dan bermakna.

 

Dalam kesulitannya, pemazmur merasa sedemikian berat persoalannya seolah Tuhan menyembunyikan wajah-Nya.Namun, perasaan ini cepat ditepiskan dengan kesadaran penuh bahwa tidak seorang pun yang benar di hadapan Tuhan dan tidak seorang pun yang layak memohon kepada Allah (ay. 2). Di tengah krisis yang dialaminya, pemazmur tidak menghindar dari Allah, tetapi justru ia memerlukan Allah karena musuh-musuhnya sudah dekat mengancam jiwanya (ay. 3-6). Gambaran yang digunakan sangat kelam. Pemazmur menunjukkan bahwa secara psikologis dan spiritual, ia telah hancur (ay. 3). Mirip seperti orang yang telah lama meninggal. Krisisnya makin menjadi-jadi ketika ia mengingat akan pekerjaan Allah dalam sejarah (ay. 5-6). Ia juga mengharapkan hadirnya titik cerah dalam situasi yang dihadapinya. Ia seperti tanah yang tandus, putus asa menantikan Tuhan.

 

Dasar doa yang benar adalah mengakui kebenaran Allah. Oleh karena itu pemazmur melandasi permohonan dan pengharapannya semata-mata pada kesetiaan, keadilan, dan kebaikan Allah (ayat 1b,5). Keyakinan pemazmur dilandaskan atas pengenalannya sendiri akan Allah yang telah hadir dalam sejarah bangsanya. Pemazmur memohon agar ia dilepaskan dari segala tekanan dan kesesakan bukan karena ia baik tetapi semata karena kebaikan Allah.

 

Pemazmur memercayakan seluruh kehidupannya kepada Allah. Percaya berarti pasrah pada kehendak Tuhan. Pemazmur menegaskan bahwa percaya berarti kerelaan menerima dan menempuh kehendak Tuhan. Kerelaan melakukan kehendak Tuhan (ay. 8, 9) adalah buah dari percaya. Pemazmur memahami bahwa kehendak Allah lebih dari segala sesuatu. Ia memang ingin keluar dari krisis, tetapi ia tetap ingin agar Allah sendiri yang menuntunnya melewati hari-hari yang sukar. Mazmur ini ditutup dengan seruan agar dirinya dihidupkan kembali (ay. 11). Penghidupan kembali ini bukanlah sekadar penghidupan fisik, tetapi secara mental, psikologis, dan spiritual. Ia perlu mendapatkan kesegaran dan kekuatan baru untuk hidup. Perhatian utama Daud pada awal Mazmur ini adalah kesulitannya yang ditimbulkan oleh musuh-musuhnya. Namun, menjelang akhir Mazmur ini, sebagian besar perhatiannya adalah untuk menemukan dan mengikuti jalan Tuhan baginya untuk melangkah maju.

 

Jika pemazmur memohon agar TUHAN memperdengarkan kasih setia-Nya kepadanya, maka ada beberapa hal yang harus kita lakukan agar kita mampu mendengar kasih setia TUHAN, yakni:

 

Pertama, kita harus memliki perhatian yang khusus. Kaum Israel adalah penggerutu yang sering melihat ke masa lalu. Mereka menghabiskan banyak waktu untuk mengeluh tentang apa yang tidak mereka miliki dan berharap untuk kembali ke kehidupan sebelumnya (Sepertinya  mereka lupa tekanan dan penindasan karena perbudakan yang mereka alami!). Ketika Musa ingin mendapatkan perhatian mereka, pesan itu sering didahului dengan "Dengarlah, hai Israel!" Dengan kata lain, "Perhatikan, hai orang Israel. Aku akan memberitahumu sesuatu yang penting." 

 

Tuhan sering mengutamakan pesannya kepada kita dengan cara yang sama. Itu bisa melalui kata-kata teman, anggota keluarga, firman Tuhan, atau peristiwa. Atau dia dapat berbicara kepada kita secara langsung melalui Roh Kudus. Tidak masalah bagaimana cara  pesan itu disampaikan, jika kita tidak memperhatikan, kita kehilangan arahan yang penting.

 

Kedua, dengarkan suara yang tepat. Kurangnya fokus secara spiritual adalah pergumulan bagi kita semua. Apa yang terjadi dalam kehidupan fisik kita hampir selalu menguasai  kehidupan spiritual kita, kecuali jika kita secara sadar berupaya mengintegrasikan keduanya. Dunia berteriak meminta perhatian kita sementara roh secara diam-diam memintanya. 

 

Cara terbaik untuk mendengarkan suara Tuhan adalah dengan menghabiskan waktu di dalam firman-Nya.Jangan gunakan alasan bahwa kamu  tidak punya waktu karena kita menyediakan waktu untuk hal-hal yang kita tentukan menjadi prioritas. Jadikan perenungan dan pencernaan firman Tuhan sebagai prioritas utama bagi kehidupan rohanimu sama seperti makanan untuk tubuh jasmani. "Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam" (Yer. 15:16).

 

Ketiga, yakinlah, Tuhan mendengar kita. Terkadang, rasanya Tuhan tidak mendengarkan karena Dia tidak menjawab dalam jangka waktu yang kita tentukan, tetapi firman Tuhan meyakinkan kita bahwa Dia mendengar, "Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya" (1 Yoh. 5:15). Ingat, kitalah yang memiliki masalah pendengaran, bukan Tuhan. Hari ini, singkirkan kebisingan dunia. Lepaskan headphone. Berhenti berbicara. Buka hati, pikiran, dan jiwamu dan dengarkan. 

 

Terakhir, jika kita mendalami ungkapan “perdengarkanlah kasih setia-Mu TUHAN”, maka kita akan menemukan ada empat bentuk makna yakni:

 

Pertama, buatlah aku untuk dapat mendengar.  Makna ini tertuju kepada orang yang memang telah terlatih untuk mendengar nasihat atau ajaran Tuhan. Orang dalam kategori ini memiliki rasa haus yang hebat akan ajaran Tuhan sehingga setiap pagi ia minta agar Tuhan oleh Roh Kudus terus mendorong rasa rindunya akan ajaran atau teguran Tuhan sekalipun. Sebab itu baik baginya.

 

Kedua, buatlah [dengan cara apa pun] supaya aku bisa mendengar. Makna ini tertuju kepada mereka yang ingin sekali mendengar ajaran atau nasihat Tuhan di pagi hari, tetapi halangan dari dalam dirinya hebat. Misalnya ia selalu kalah oleh rasa kantuk sehingga tidak bisa bangun pagi-pagi; orang seperti ini tidak tertib mengatur waktu karena bekerja/bermain di bukan waktu bermain/bekerja [malam hari; sama arti bekerja/bermain dalam kesia-siaan]; atau bangun dan terburu-buru untuk bekerja karena takut terlambat atau rugi. 

 

Ketiga, buatlah agar aku mau mendengar.  Makna ini tertuju kepada orang yang menganggap remeh ajaran atau nasihat Tuhan. Ia suka mengukur segala sesuatu menurut rasio atau menjadikan rasionya sebagai argumentasi menutupi salahnya. Ia berlagak pintar dan sudah tahu segalanya.

 

Keempat, buatlah sehingga aku dapat mendengar. Makna ini tertuju kepada mereka yang ingin mendengar ajaran atau nasihat Tuhan tetapi ditantang oleh situasi di dalam masyarakat atau keluarganya. Ada rasa rindu tetapi tidak ada penuntun baginya.

 

Dengan memahami keempat hal di atas maka kita akam mampu memohon agar TUHAN memberitahukan jalan yang harus kita tempuh. Dengan tetap memahami “kasih setia Tuhan” sebagai ajaran/nasihat, maka yang dimaksud dengan “jalan” di sini tidak menunjuk pada rute atau arah, melainkan lebih kepada “sikap, perilaku” yang harus dimiliki oleh orang percaya.

 

Jika kita sudah bisa memosisikan dirikita secara baik dalam kaitan dengan keempat aspek tadi, kita sudah bisa menilai sendiri bagaimana kita menjadi taat kepada Tuhan dan bagaimana cara agar kita memiliki perilaku hidup yang sesuai dengan nasihat dan ajaran Tuhan itu. Itulah yang hendak disampaikan pemazmur; bahwa orang percaya harus sepenuhnya percaya kepada Tuhan karena Tuhan tidak pernah membawanya ke dalam kecelakaan melainkan damai sejahtera. Maka untuk menempuh jalan lurus, kita harus dapat dan mau mendengar nasihat Tuhan. Karena itu, mulailah kehidupan kita setiap pagi dengan mendengarkan kasih setia TUHAN. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...