Sabtu, 24 Februari 2024

KOTBAH MINGGU REMINISCERE Minggu, 25 Pebruair 2024: “ALLAH MEMPERHITUNGKAN IMAN SEBAGAI KEBENARAN” (Roma 4:18-25)

 KOTBAH MINGGU REMINISCERE

Minggu, 25 Pebruair 2024

 

“ALLAH MEMPERHITUNGKAN IMAN SEBAGAI KEBENARAN”

Kotbah: Roma 4:18-25 Bacaan: Kejadian 17:1-7, 15-16


Dalam Minggu ini kita memasuki Minggu Reminiscere. Reminiscere artinya, “Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu ya Tuhan” (Sai ingot ma angka denggan ni basaM) (Mzm. 25:6). Tema kotbah yang akan kita renungkan “Allah Memperhitungkan Iman sebagai Kebenaran”. Ungkapan "Allah memperhitungkan iman Abraham sebagai kebenaran" merujuk pada prinsip teologis bahwa iman yang teguh dan tulus kepada Allah adalah dasar dari kebenaran dan keselamatan spiritual seseorang.

 

Dalam konteks ayat tersebut, Allah memandang iman Abraham sebagai sesuatu yang layak dipertimbangkan dan dianggap sebagai kebenaran. Ini berarti bahwa kepercayaan Abraham kepada janji-janji Allah, kekuatan-Nya, dan kemampuan-Nya untuk memenuhi janji-Nya, dianggap sebagai wujud yang sejati dan benar dari hubungan yang benar dengan Allah. Makna ini menekankan bahwa kebenaran tidak hanya terkait dengan pemenuhan hukum atau perbuatan-perbuatan tertentu, tetapi juga dengan kondisi hati yang tulus dan percaya kepada Allah. Oleh karenanya, Allah mengakui dan menerima iman Abraham sebagai sesuatu yang benar dan layak dipertimbangkan untuk keselamatan dan kasih-Nya.

 

Dalam konteks teologi Kristen, hal ini juga menunjukkan bahwa keselamatan tidak diperoleh melalui usaha manusia semata, tetapi melalui iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Abraham dianggap sebagai contoh iman yang kuat kepada Allah, dan prinsip yang sama berlaku bagi orang-orang percaya dalam kehidupan Kristen, bahwa iman mereka kepada Kristus adalah dasar dari kebenaran dan keselamatan mereka.

 

Abraham adalah tokoh penting dalam agama Yahudi, Kristen. Dalam Alkitab, khususnya dalam Perjanjian Lama, Abraham dianggap sebagai bapak bangsa Israel dan sebagai contoh iman yang kuat kepada Allah. Dalam perkiop ini ditekankan pentingnya iman dalam menerima kebenaran Allah. Paulus menunjukkan bahwa iman Abraham tidak goyah meskipun dia dan istrinya sudah sangat tua dan tidak mungkin memiliki keturunan. Meskipun demikian, Abraham tetap percaya pada janji Allah bahwa dia akan memiliki keturunan yang banyak. Dalam konteks ini, "Kebenaran" merujuk pada kesetiaan dan kehandalan Allah untuk memenuhi janji-Nya. Meskipun situasinya tidak mungkin secara manusiawi, Abraham tetap percaya pada kekuatan Allah untuk memenuhi janji-Nya. Oleh karenanya, iman Abraham dianggap sebagai kebenaran, karena melalui iman itu dia menerima janji-janji Allah.

 

Perikop ini digunakan oleh Paulus untuk menjelaskan konsep kebenaran melalui iman, yang merupakan salah satu dasar ajaran Kristen. Paulus menekankan bahwa iman yang sungguh-sungguh kepada Allah membawa kebenaran dan keselamatan bagi orang percaya. Dengan demikian, "Allah memperhitungkan iman Abraham sebagai kebenaran" menunjukkan bahwa Allah menganggap iman yang teguh dan percaya kepada-Nya sebagai dasar dari keselamatan dan hubungan yang bena

 

Pertanyaan kita sekarang adalah apakah alasan yang membuat iman Abraham diperhitungkan sebagai kebenaran oleh Allah? Dalam peikop ini terdapat beberapa alasan mengapa Allah memperhitungkan iman Abraham sebagai kebenaran, yakni:

 

Pertama, karena iman Abraham tidak goyah. Meskipun dalam situasi yang tampaknya mustahil, yaitu di usia tua Abraham dan Sarah yang mandul, Abraham tetap percaya pada janji Allah bahwa dia akan memiliki keturunan. Ini menunjukkan bahwa iman Abraham tidak goyah meskipun menghadapi tantangan besar.

 

Kedua, keyakinan Abraham kepada kekuatan Allah. Abraham tidak hanya memercayai janji Allah, tetapi juga memercayai kekuatan Allah untuk memenuhi janji tersebut. Ia percaya bahwa Allah mampu melakukan segala sesuatu yang dijanjikan-Nya, bahkan ketika kondisi fisiknya dan Sarah menunjukkan sebaliknya.

 

Ketiga, karena Abraham memiliki pengharapan terhadap Janji Allah. Abraham tidak ragu-ragu dalam pengharapan terhadap janji Allah. Ia percaya bahwa Allah akan memenuhi janji-Nya pada waktu yang tepat, tanpa memandang kemungkinan-kemungkinan yang terlihat mustahil bagi manusia.

 

Dengan demikian, Allah memperhitungkan iman Abraham sebagai kebenaran karena Abraham menunjukkan iman yang kuat, tidak goyah, dan percaya pada janji-janji Allah bahkan dalam situasi yang tidak mungkin. Ini menegaskan bahwa iman yang sungguh-sungguh kepada Allah adalah dasar dari kebenaran dan keselamatan.

 

RENUNGAN

 

Apa yang hendak kita renungkan dan hayati serta lakukan dalam Minggu Reminiscere ini? Kisah "Allah Memperhitungkan Iman Abraham sebagai Kebenaran" dalam Kitab Roma 4:18-25 memberikan beberapa pelajaran yang perlu direfleksikan:

 

Pertama, kita perlu memperkuat iman. Kisah ini menyoroti kekuatan iman yang sungguh-sungguh kepada Allah. Abraham adalah contoh nyata bagaimana seseorang dapat mempercayai janji-janji Allah dengan tulus, bahkan dalam situasi yang tampaknya mustahil menurut akal manusia. Ini mengajarkan kita bahwa iman yang teguh dan tidak goyah dapat membawa kita melalui berbagai tantangan hidup.

 

Kedua, kita harus memliki keteguhan pada Janji Allah. Abraham tidak hanya percaya pada keberadaan Allah, tetapi juga pada kebenaran dan kekuatan janji-janji-Nya. Dia memercayai bahwa Allah akan memenuhi janji-Nya pada waktu yang tepat, meskipun jalan menuju pemenuhan janji tersebut tidaklah mudah. Hal ini mengajarkan kita untuk tetap teguh dalam pengharapan pada janji-janji Allah, meskipun terjadi hambatan atau penundaan dalam pemenuhan-Nya.

 

Ketiga, kita harus meyakini bahwa Allah bertindak pada waktu-Nya. Kisah ini menunjukkan bahwa Allah bertindak pada waktu-Nya yang sempurna. Meskipun terkadang kita mungkin merasa bahwa janji-janji Allah tertunda atau tidak terwujud, kita perlu percaya bahwa Allah memiliki rencana-Nya sendiri dan tindakan-Nya selalu sesuai dengan waktu-Nya yang sempurna.

 

Keempat, kebenaran melalui iman. Pelajaran utama dari kisah ini adalah bahwa Allah memperhitungkan iman sebagai kebenaran. Kebenaran sejati bukanlah didasarkan pada prestasi atau perbuatan kita, tetapi pada iman yang tulus kepada Allah. Oleh karena itu, kita perlu memperkuat iman kita dan menjadikannya sebagai dasar hidup kita yang sejati. Karena itu, dengan merenungkan kisah "Allah Memperhitungkan Iman Abraham sebagai Kebenaran", kita dapat memperkuat iman kita, meningkatkan keteguhan dalam menghadapi cobaan, dan memperdalam ketergantungan kita pada Allah yang setia dalam memenuhi janji-Nya. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...