Minggu, 01 Mei 2022

Renungan hari ini: “PERCAYA OLEH KARENA KEBODOHAN PEMBERITAAN INJIL” (1 Korintus 1:21)

 Renungan hari ini:

 

“PERCAYA OLEH KARENA KEBODOHAN PEMBERITAAN INJIL”




 

1 Korintus 1:21 (TB) "Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil"

 

1 Corinthians 1:21 (NET) "For since in the wisdom of God the world by its wisdom did not know God, God was pleased to save those who believe by the foolishness of preaching"

 

Ternyata bisa terjadi keselematan itu diterima seseorang karena kebodohan pemberitaan Injil. Artinya, Injil itu terkadang diberitakan oleh orang-orang yang dianggap bodoh oleh dunia. Injil Kristus datang pertama-tama bukan kepada orang-orang besar, bukan kepada orang-orang terpandang, tetapi kepada orang-orang yang bodoh dan lemah.  Kalau Injil itu pertama-tama diberikan kepada orang yang terhormat, tentu akan lebih mudah bagi dunia ini untuk mempercayainya.  Tetapi apa nyatanya?  Berita kelahiran Yesus pertama kali disampaikan malaikat justru kepada para gembala, bukan para raja.  Berita kebangkitan Yesus justru pertama kali disampaikan kepada seorang wanita, yang tidak diperhitungkan di masyarakat pada waktu itu, bukan kepada prajurit-prajurit atau kaisar Roma.  Demikian juga dengan orang-orang yang dipakai Tuhan untuk menjadi pemberita Injil.  Orang-orang yang dijadikan murid Tuhan Yesus itu bukan pejabat, bukan orang kaya, tetapi nelayan, tidak berpendidikan, kasar, penuh keragu-raguan, sombong, bahkan ada pemungut cukai, pengkhianat bangsa.  Bahkan Paulus, siapa Paulus?  Dalam 1 Timotius 1:13, Paulus sendiri bersaksi, “aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas…” pembunuh orang-orang Kristen!

 

Di sinilah letak kebodohan Injil: Tuhan terutama tidak memakai orang-orang kaya, orang-orang kuat, orang-orang hebat, orang-orang berpengaruh, tetapi Tuhan memakai “yang bodoh bagi dunia, yang lemah bagi dunia, yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, bahkan yang tidak berarti…” (1Kor. 1:27-28).  Tuhan memakai kita, yang mungkin bisa salah ngomong, yang mungkin pengetahuannya belum lengkap, yang mungkin terlalu sibuk membuat tugas, yang mungkin malas melihat ke sekeliling, yang mungkin hanya memikirkan kepentingan diri kita sendiri.  

 

Kadang halangan terbesar dalam menginjili adalah diri kita sendiri.  Kita susah bercerita kepada teman kita, pacar kita, tetangga kita, atau keluarga kita, karena kita yang cerita.  Mungkin akan lebih mudah kalau orang lain yang cerita!  Tetapi itulah Injil Kristus.  Dia datang kepadamu dan kepadaku, orang-orang yang bodoh, dan Dia memakai kita yang bodoh ini untuk menjadi pemberitanya.  Konsekuensinya, ketika menginjil, kita akan sangat sering sekali “dibodoh-bodohin,” orang lain.  Ngapain kamu percaya cerita begitu?  Ngapain sih kamu ngomong Yesus terus?  Bodoh kamu!  Masih siapkah kita terlibat dalam pekabaran kebodohan ini?

 

Kepintaran dan hikmat para orator dan filsuf tidak sanggup membawa seseorang kepada kebenaran dan keselamatan. Satu-satunya yang sanggup membawa seseorang kepada kebenaran hakiki dan keselamatan adalah karya Kristus di kayu salib. Itu sebabnya Sang Rasul menyatakan bahwa bagi orang Kristen, berita salib adalah kekuatan dan hikmat Allah (1Kor 1:18, 24). Tidak hanya itu, Rasul Paulus menyatakan bahwa “Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil” (ay. 21). Berita salib yang dianggap bodoh di mata dunia, merupakan hikmat di mata Allah. Bukan berarti Paulus menolak kontribusi dari filsafat atau ilmu retorika. Rasul Paulus sendiri menggunakan ilmu retorika untuk menyampaikan berita Injil. Yang salah adalah anggapan bahwa filsafat dan ilmu retorika sebagai yang paling hakiki dan utama untuk menggapai kebenaran dan keselamatan – anggapan bahwa filsafat dan retorika adalah game changer.

 

Kesadaran Paulus akan kuasa Allah melalui berita Injil tidak bisa tidak mempengaruhi pelayanan yang ia lakukan. Paulus menyatakan bahwa ia memberitakan Injil bukan dengan kata-kata indah atau kata-kata hikmat yang fasih (1:17; 2:1). Sang Rasul menyatakan bahwa ia melayani dengan takut dan gentar, dan “dengan keyakinan pada kekuatan Roh” (1Kor. 2:3–4).

 

Berbeda dengan Paulus, terkadang rasa malu dengan berita salib tanpa sadar kita bawa dalam pelayanan. Kita menghabiskan lebih banyak waktu dan menaruh iman kita terutama kepada strategi, analisa, teknologi terkini, metode pelayanan, teknik kotbah dan motivasi, musik dan lagu kekinian; demi menjangkau kaum milenial kita berusaha menjadi seperti mereka – semua karena kita tidak yakin berita salib berkuasa.

 

Dianggap bodoh itu tidak enak. Tapi yang lebih bodoh lagi adalah jika kita menghilangkan dan menyarukan berita salib karena takut dianggap bodoh oleh dunia. Kristus tanpa salib bukanlah Kristus yang sesungguhnya. Kekristenan tanpa salib bukan lagi kekristenan. Pernyataan Martin Luther, sang Bapak Reformasi patut ditanam dalam benak kita: the cross alone is our theology. Berita Salib adalah fondasi dari iman Kristen yang tidak bisa ditawar.

 

Injil Kristus memang mempunyai berbagai dimensi kebodohan, tetapi justru di dalam “kebodohan” itulah ada keselamatan, bahkan ada kemuliaan.  Apakah jalan Injil – yang juga adalah “jalan kebodohan” – ini masih terlalu mahal bagi kita?  Apakah pergi ke luar, mencari jiwa, mengobrol dengan orang yang tidak dikenal, membayar lebih untuk sebuah jajanan, membuang waktu yang seharusnya bisa buat tugas, meninggalkan kenyamanan, menjawab berbagai serangan dan pertanyaan, masih terlalu mahal untuk kita lakukan? Karena itu, mari memiliki komitmen dalam dirikita sendiri, bahwa kita dengan segala keterbatasan kita mampu menjadi alat TUHAN untuk memberitakan keselamatan bagi setiap orang. (rsnh)

 

Selamat Idul Fitri bagi Saudara-saudara yang Merayakannya!

Renungan hari ini: “BELAJAR MENGENAL KRISTUS" (Efesus 4:20)

  Renungan hari ini:   “BELAJAR MENGENAL KRISTUS"   Efesus 4:20 (TB2) "Tetapi, bukan dengan demikian kamu belajar mengenal Kristus...