Renungan hari ini:
“APABILA ORANG FASIK BERTOBAT, MAKA IA PASTI HIDUP”
Yehezkiel 18:21 (TB2) "Tetapi, apabila orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, maka ia pasti hidup, ia tidak akan mati"
Ezekiel 18:21 (NET) “But if the wicked person turns from all the sin he has committed and observes all my statutes and does what is just and right, he will surely live; he will not die"
Nas hari ini menyampaikan pesan yang berasal dari Tuhan kepada umat-Nya melalui nabi Yehezkiel. Latar belakang dari penyataan ini adalah situasi pada saat itu di mana umat Israel sedang menghadapi hukuman dan penindasan karena mereka telah jatuh ke dalam dosa dan menyimpang dari jalan Tuhan. Dalam Kitab Yehezkiel, Tuhan menyampaikan pesan bahwa setiap individu akan bertanggung jawab atas tindakan dan keputusannya sendiri.
Maksud dari ayat ini adalah bahwa jika seseorang yang sebelumnya telah hidup dalam dosa dan kefasikan, mereka memiliki kesempatan untuk bertobat dan mengubah hidup mereka. Tuhan menjanjikan bahwa jika seseorang yang telah berdosa bertobat sepenuhnya, meninggalkan jalan-jalan yang jahat, dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya dengan melakukan keadilan dan kebenaran, maka mereka akan hidup dan tidak mengalami hukuman mati yang setimpal dengan dosa mereka.
Dalam konteks ini, Tuhan ingin menunjukkan bahwa Dia adalah Allah yang adil dan memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk bertobat dan hidup dalam ketaatan. Tuhan tidak senang melihat orang berdosa menderita atau mati, tetapi menginginkan agar mereka berbalik dari jalan-jalan yang salah dan hidup dalam kesetiaan kepada-Nya. Penegasan ini juga menekankan pentingnya tanggung jawab pribadi dalam kehidupan spiritual. Setiap orang akan dinilai berdasarkan perbuatannya sendiri, bukan berdasarkan dosa-dosa leluhur atau generasi sebelumnya. Pesan ini mengajak setiap individu untuk mengambil keputusan yang bijak, bertobat, dan hidup dalam kepatuhan kepada Tuhan agar dapat menikmati kehidupan yang berkelimpahan dan berkenan di hadapan-Nya.
Penulis Yehezkiel menyatakan bahwa jika seorang individu yang sebelumnya hidup dalam kefasikan dan berdosa memutuskan untuk bertobat, meninggalkan perilaku dosa, dan hidup sesuai dengan ketetapan Allah, maka orang tersebut akan hidup dan tidak akan menerima hukuman mati yang setimpal dengan dosa-dosanya. Maksud dari penyataan ini adalah untuk menekankan pentingnya pertobatan dan perubahan hidup yang sungguh-sungguh bagi orang berdosa. Penulis Yehezkiel ingin menyampaikan bahwa tidak ada dosa yang begitu besar sehingga tidak dapat diampuni oleh Tuhan jika seseorang benar-benar bertobat. Dalam konteks yang lebih luas, Kitab Yehezkiel menggambarkan situasi umat Israel pada saat itu, di mana mereka sedang menghadapi hukuman dan penindasan karena dosa-dosa mereka. Tuhan ingin menunjukkan bahwa Dia memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk bertobat dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya.
Penegasan ini juga mengajarkan prinsip-prinsip keadilan individual, di mana setiap orang bertanggung jawab atas tindakan dan keputusannya sendiri di hadapan Tuhan. Tidak ada generasi sebelumnya atau dosa-dosa leluhur yang secara otomatis menentukan nasib seseorang. Tetapi jika seseorang bertobat dan hidup dalam kepatuhan kepada Allah, mereka akan menerima kehidupan yang diberkati dan dijauhkan dari hukuman mati yang seharusnya mereka terima. Dalam esensi, maksud penulis Yehezkiel adalah untuk mengajak orang fasik agar sadar akan kesalahan mereka, bertobat, dan hidup dalam ketaatan kepada Tuhan, sehingga mereka dapat memperoleh hidup yang sejati dan tidak mengalami hukuman mati yang setimpal dengan dosa-dosa mereka.
Pernyataan “Apabila orang fasik bertobat, maka ia pasti hidup” mengandung beberapa hal yang dapat direnungkan, yakni:
Pertama, kesempatan pertobatan. Penulis Yehezkiel menegaskan bahwa Tuhan memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk bertobat dan meninggalkan jalan-jalan dosa. Ini menunjukkan bahwa tidak ada dosa yang begitu besar sehingga tidak dapat diampuni jika seseorang dengan sungguh-sungguh bertobat dan beralih kepada Tuhan.
Kedua, adanya konsekuensi dosa. Meskipun ada kesempatan pertobatan, pernyataan ini juga menunjukkan bahwa dosa memiliki konsekuensi yang serius. Tanpa pertobatan, seseorang akan menghadapi hukuman mati yang setimpal dengan dosanya. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya mengambil tanggung jawab atas tindakan kita sendiri dan mempertimbangkan akibat dari perbuatan dosa.
Ketiga, keadilan dan kebenaran. Untuk hidup yang benar di hadapan Tuhan, penulis Yehezkiel menekankan pentingnya berpegang pada ketetapan Tuhan, melakukan keadilan, dan kebenaran. Pertobatan yang sejati tidak hanya melibatkan pengakuan dosa, tetapi juga mengubah perilaku dan hidup dalam ketaatan kepada kehendak Allah.
Keempat, anugerah hidup. Penulis Yehezkiel mengungkapkan harapan bahwa jika seseorang bertobat dan hidup sesuai dengan kehendak Allah, mereka akan hidup dan tidak mati. Ini mencerminkan anugerah Tuhan yang memberikan hidup yang sejati dan kehidupan yang diberkati bagi mereka yang hidup dalam ketaatan. Karena itu, melalui renungan hari ini kita dapat merenungkan pentingnya pertobatan, tanggung jawab pribadi, dan keadilan individual di hadapan Tuhan. Kita juga diajak untuk menghargai anugerah hidup yang Tuhan berikan kepada kita melalui pertobatan dan hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN