Selasa, 07 Maret 2023

Renungan hari ini: “YESUS MAKIN BESAR, TETAPI YOHANES MAKIN KECIL” (Yohanes 3:30)

 Renungan hari ini:

 

“YESUS MAKIN BESAR, TETAPI YOHANES MAKIN KECIL”


 

Yohanes 3:30 (TB) "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil" 

 

John 3:30 (NET) "He must become more important while I become less important”

 

Nas hari ini mengisahkan kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Yesus. Pada saat itu Yohanes sudah cukup terkenal karena pewartaan, cara hidupnya dan pembaptisan yang dilakukannya. Sejumlah orang menggabungkan diri dan menjadi pengikutnya. Suatu ketika, Yohanes ditanyai mengenai pembaptisannya dan pembaptisan yang dilakukan oleh para murid Yesus. Yohanes menyadari bahwa dirinya adalah utusan untuk mempersiapkan kedatangan Sang Mesias. Ia memberikan kesaksian yang tepat dan benar tentang Yesus, Sang Mesias itu. Katanya, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil”. Yohanes sadar saatnya tiba untuk Yesus melanjutkan pelayanannya dan kini saatnya Yesus untuk tampil. Yohanes sungguh menunjukkan kerendahan hatinya, sekalipun sesungguhnya ia adalah seorang nabi terbesar dari para pendahulunya, karena ia adalah nabi terakhir dalam nubuat Perjanjian Lama dan ia adalah nabi pertama dalam sejarah Perjanjian Baru. Dan Yesus pun memberi kesaksian tentang Yohanes, bahwa ia adalah manusia yang terbesar di antara yang pernah dilahirkan perempuan di dunia ini (lih. Mat. 11:7-15). 

 

Pertanyaannya adalah apa rahasia yang dimiliki Yohanes Pembaptis sehingga sukses dalam menjalankan tujuan utamanya ini, yaitu membuat Yesus semakin besar dan ia semakin kecil? Minimal ada dua hal, yakni:

 

Pertama, karena kerendahan hati. Bila kita melihat latar belakang kehidupan Yohanes pembabtis, maka kita akan menemukan bahwa sebenarnya ada begitu banyak hal yang ia miliki yang dapat ia banggakan, seperti:

1)    Garis keturunan. Yohanes Pembaptis lahir dari sepasang suami istri keturunan Harun. Satu keturunan yang mempunyai posisi terhormat di masyarakat. Karena kita tahu bahwa hanya keturunan Harun saja yang boleh melayani di rumah Tuhan. Dengan demikian maka ayahnya juga adalah seorang imam, di mana hal ini berarti secara otomatis Yohanes Pembaptis berhak atas jabatan imam yang terhormat itu beserta dengan segala hak istimewa yang imam dapatkan. Sementara Tuhan Yesus, sekalipun Dia berasal dari keturunan Daud, namun Ia hanyalah seorang yang lahir dari keluarga sederhana, keluarga tukang kayu (bukan pengusaha kayu, apalagi penguasa kayu). Dia berasal dari keluarga miskin, bahkan kelahirannya pun dengan cara yang sangat hina bila dibandingkan dengan kelahiran Yohanes Pembaptis. Walaupun Alkitab tidak menceritakan Yohanes Pembaptis lahir di mana, tetapi saya yakin sebagai anak seorang imam, dia pasti lahir di tempat yang sangat layak.

2)    Kahliannya berkotbah. Pada waktu itu Yohanes pembaptis tidak berkotbah di sinagoge (tempat ibadah orang Yahudi). Yohanes pembaptis juga tidak berkotbah di tempat-tempat umum lainnya yang dapat membuka kesempatan bagi banyak orang untuk datang mendengar dia. Yohanes Pembaptis berkotbah di padang gurun. Tidak ada orang yang mau ke padang gurun, apalagi tinggal di sana. Ini menunjukkan betapa sepi dan sunyinya tempat itu, gersang dan daerah ini berada di sekitar sungai Yordan. Namun yang menakjubkan adalah justru banyak orang yang mau datang dari Yudea dan Yerusalem untuk mendengar khotbahnya (Mrk. 1:15). Tidak seperti para pengkotbah zaman ini, yang menjadi daya tariknya bukan kotbahnya tetapi tempatnya, yaitu di mall-mall, gedung-gedung bertingkat dan di gereja-gereja besar.

 

Kedua, jiwa pengorbanan. Apa yang dikorbankan oleh Yohanes pembaptis untuk membesarkan Yesus? Jawabannya adalah dia mengorbankan segala-galanya. Menjadi semakin kecil untuk membuat orang lain semakin besar adalah merupakan satu pengorbanan yang sangat besar. Pelayanan Yohanes Pembaptis adalah segala-galanya yang ia miliki. Melayani Tuhan bukanlah perkerjaan sampingan atau part time bagi Yohanes Pembaptis. Juga bukan untuk mengisi waktu luang. Namun, seluruh karirnya ada dalam pelayanannya. Dia sudah menyerahkan dan mengabdikan seluruh hidupnya untuk melayani.

 

Maka sangat wajar sebenarnya kalau Yohanes Pembaptis mengejar kebesaran lewat pelayanannya. Minimal ia ingin menjadi imam besar dan terkenal. Atau kalau dalam konteks sekarang, mungkin sangat wajar jika dia ingin menjadi seorang pendeta besar, pengkhotbah besar, atau hamba Tuhan yang memiliki banyak pengikutnya. Namun semua keinginan itu telah dimatikan oleh Yohanes Pembaptis dan sebaliknya justru ia rela menjadi semakin kecil asalkan Tuhan Yesus menjadi semakin besar. Ini adalah sebuah pengorbanan besar.

 

Oleh karena jiwa pengorbanan ini, Yohanes Pembaptis tidak pernah sekalipun dalam pelayanannya mencuri kemulian Tuhan untuk dirinya sendiri. Bahkan pada satu kesempatan ketika orang-orang bertanya tentang siapakah dia dan mereka menyamakan dia dengan nabi Elia bahkan Mesias, dia berkata, “Bukan, aku bukan Elia, aku bukan Mesias …” (Yoh. 1:20-23).

 

Maka kalau kita lihat pusat pemberiataannya bukanlah dirinya sendiri, tetapi Yesus Kristus. Berbeda dengan para pengkotbah zaman ini yang acap kali lebih banyak memberitakan tentang dirinya daripada Tuhan Yesus. Yohanes Pembaptis seringkali dalam pemberitaanya berkata, “sesudah aku …” Oleh karena itu, ketika murid-muridnya datang kepadanya memberitakan bahwa banyak orang yang mengikut Yesus, ia tidak merasa tersaingi tetapi justru pada saat itulah ia merasakan kesuksesan, yaitu sukses membawa banyak orang datang kepada Kristus. Sehingga ia berkata, “… Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh” (ay. 29). Karena itu, sebagai pengikut Yesus kita harus menyadari bahwa kita harus mempopulerkan nama Yesus daripada dirikita sendiri. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...