Sabtu, 03 Maret 2018

KOTBAH MINGGU OKULI Minggu, 04 Maret 2018 “LUPAKANLAH MASA LALU, PANDANGLAH MASA DEPAN”

Minggu, 04 Maret 2018

Kotbah: Yesaya 43:16-21  Bacaan: Filipi 3:13-16


Minggu ini kita memasuki Minggu Okuli (Mataku tetap terarah kepada Tuhan - Mazmur 25:15a). Dalam memasuki dan menjalani minggu ini kita akan dikuatkan dan diarahkan Firman Tuhan dengan tema “Lupakanlah masa lalu, pandanglah masa depan”. Masa lalu memang merupakan suatu bagian dari kehidupan seseorang. Setiap orang memiliki masa lalu entah buruk maupun baik. Masa lalu buruk seringkali menghantui langkah kita untuk melangkah maju demi mencapai kehidupan yang lebih baik. Hal yang harus dilakukan ialah ketika memiliki masa lalu buruk, berusahalah untuk memiliki semangat tinggi meraih kehidupan masa depan yang lebih baik. Jangan sampai masa lalu buruk terulang kembali. Justru hal tersebut bisa menjadi cambukan agar lebih giat dan bersemangat dalam meraih masa depan yang cemerlang.
  
Orang yang hanya menyesali akan apa yang telah terjadi tidak akan mampu bangkit mencapai kehidupan yang lebih baik. Setiap orang memiliki kesempatan untuk berubah lebih baik dari sebelumnya. Mungkin memang tidak mudah saat melalui fase perubahan diri dari buruk menjadi baik. Akan tetapi, demi mendapatkan masa depan yang lebih baik, kamu tak perlu mencemaskan hal tersebut. Melangkahlah dengan hati yang mantap. Tak perlu kamu perhatikan setiap orang yang meremehkanmu karena suatu kesalahan yang telah kamu perbuat di masa lalu.

Hilangkan penyesalan akan masa lalu. Jangan melihat masa lalu dengan penyesalan, jangan pula melihat masa depan dengan ketakutan, tapi lihatlah sekitarmu dengan penuh kesadaran. Rasa penyesalan yang berlebihan akan keadaan masa lalu buruk yang pernah terjadi memberikan dampak negatif pada hidupkita. Sebaiknya, hilangkan perasaan menyesal tersebut sehingga kita bisa berusaha mencapai masa depan yang lebih cemerlang. Tugaskita ialah meraih masa depan dengan penuh kebahagiaan. Tak perlu merasa takut untuk menggapainya karena dengan kegigihan dan perjuangan, kita dapat mencapai apa yang ingin kita dapatkan.

Setiap orang memiliki masa lalu. Tidak ada orang gagal yang tidak punya masa depan dan tidak ada orang sukses yang tidak punya masa lalu. Setiap orang memiliki masa lalu. Dari masa lalui itulah seseorang bisa bangkit meraih masa depan yang sukses. Tanpa adanya keterpurukan pada posisi bawah di masa lalu, seseorang tidak akan mengerti bagaimana rasanya berjuang. Perjuangan dari titik nol sangat indah apabila dinikmati setiap prosesnya. Bahkan, ketika mencapai titik kejayaan, akan ada sesuatu yang sangat istimewa yang bisa kamu dapatkan. Jadikan masa lalu menjadi penyemangat untuk mencapai kehidupan yang lebih istimewa.

Secara garis besar nas kotbah minggu ini menyatakan bahwa kasih Allah terhadap umat-Nya adalah kekal, bahwa akan ada kelepasan umat yang telah lama menderita di pembungan di Babel. Tuhan akan membuka pengampunan kepada umat-Nya yang menjadi menderita akibat dosa mereka. Dalam nas ini dinubuatkan bahwa Tuhan akan membuka kehidupan yang baru kepada umat-Nya dan Tuhan akan dimasyurkan atas perbuatan kasih-Nya.

Bagaimanapun pergolakan politik antar bangsa ketika itu, Tuhan memiliki kedaulatan penuh atas kehidupan ini. Sehingga nubuat ini sekaligus memberikan penghiburan kepada umat-Nya untuk tidak berputus asa dan tetap berpengharapan bahwa Tuhan akan memberikan kelepasan atas umat-Nya. 

Apa yang mau kita renungkan dari kotbah Minggu ini?

Pertama, lupakanlah masa lalu (ay. 16-18). Perjalanan hidup umat TUHAN pasti terisi dengan pengalaman-pengalaman hidup yang menyenangkan dan yang mengerikan; yang manis dan yang pahit. Bersama TUHAN tidak membuat hidup umat-Nya sangat mulus tanpa masalah, tetapi justru sering sebaliknya sangat tertimpa berbagai masalah. Pertanyaannya adalah perlukah itu diingat-ingat dan diperhatikan? Atau lebih baik mematuhi ajakan nabi yang dikatakan di sini? Tentu perlu! Semua catatan pengalaman manusia yang tertulis dalam Alkitab, merupakan usaha mengingat semua perjuangan, kebahagiaan dan derita membawa nikmat yang dialami umat TUHAN (Yesus Kristus).

Jadi bagaimana memaknai seruan nabi di Yes. 43:18? Kata Ibrani zakar (mengingat) mengajak agar membuat sesuatu itu selalu paling menentukan. Kata Ibrani byn (memperhatikan) mengajak agar membuat sesuatu itu sebagai bahan pendidikan. Jangan mengingat bukan berarti melupakan. Jangan memperhatikan bukan berarti membuang. Bercokol-cokol di hal-hal yang lalu, bisa saja membuat umat TUHAN selalu ingin kembali menikmati hal-hal yang lalu itu (seperti orang Israel yang sudah berada di Padang Gurun dipimpin oleh Musa, merindukan kembali menikmati kehidupan di Mesir bersama Firaun).

Lihatlah bahayanya kehidupan sekarang ini, karena ada kelompok radikal atas nama agama membuat pengikutnya harus hidup seperti di zaman rasul mereka atau kembali hidup seperti di zaman primitif; dan kemajuan yang dipelopori ilmu pengetahuan di Amerika/Eropah/ Jepang/Cina tidak boleh dinikmati oleh para pengikutnya (Misalnya: Boko Haram). Mencegah agar tidak terjadi hal sedemikian dalam hidup bangsa Israel, maka nabi menyerukan ayat 18 tersebut.

Dari pengalaman masa lalu, yang sangat perlu dipegang adalah “siapa TUHAN yang bekerja di pengalaman masa lalu tersebut”. Itu perlu untuk masa depan. Hal-hal yang menyenangkan dan yang menyakitkan atau penderitaan, bisa saja sangat mengganggu dalam kehidupan masa kini, kalau sempat hal-hal masa lalu itu yang perlu diulangi di masa kini. Yang terbaik perlu disadari bahwa masa kini selalu merupakan masa membuat yang baru. Kalau bersama TUHAN hal-hal yang  baru itu dialami, itulah hidup yang paling indah.

Kedua, pandanglah masa depan (ay. 18-21). Tuhan hendak melakukan sesuatu yang baru di tengah-tengah kehidupan umat-Nya, supaya jangan lagi mereka mengingat hal-hal yang dahulu. Artinya, bahwa Tuhan akan berbuat atas umat-Nya jauh lebih besar dari apa yang telah di perbuat oleh Tuhan sebelumnya. Peristiwa keluaran dari Mesir tidak seberapa besarnya dibandingkan dengan apa yang akan dilakukan oleh Tuhan.

Tuhan akan membuat sesuatu yang baru, “Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara”. Tuhan mengungkapkan bagaimana kedaulatanNya atas kehidupan ini untuk memberi kehidupan bagi umat-Nya.

Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, sebab Dia dapat berbuat apapun untuk melepaskan umatNya dari pembuangan di Babel. Jika mereka jatuh dalam pembuangan di Babel adalah karena dosa pemberontakan mereka kepada Tuhan, bukan artinya Tuhan melupakan mereka tetapi itu adalah bentuk kasih Tuhan atas umatNya supaya semakin mendewasakan iman mereka kepada Tuhan. Namun yang pasti, bahwa kasih Tuhan atas umat-Nya adalah kekal.

Tuhan telah merancankan sesuatu yang besar atas kita umat-Nya, yaitu keselamatan yang belum pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia (1Kor. 2:9). Keselamatan yang akan membawa kita pada persekutuan yang baru kepada Tuhan, yaitu “umat Allah pembawa kabar baik”. Umat yang akan di bentuk oleh Tuhan itu bukan lagi hanya umat yang menerima tetapi juga umat yang membawa dan memberitakan keselamatan.

Keselamatan yang hendak dilakukan oleh Tuhan kepada umat-Nya tidak hanya sebatas kelepasan dari penderitaan jasmaniah dari pembuangan saja, tetapi jauh lebih besar dari situ bahwa keselamatan itu akan berdampak pada keselamatan bagi seluruh bangsa. Jalan yang akan di buat oleh Tuhan di padang gurun itu bukan hanya untuk umat-Nya, tetapi bangsa-bangsa yang lain juga akan ikut berjalan disitu. Sungai-sungai yang dibuat oleh Tuhan di padang belantara tidak hanya berguna bagi umat Israel tetapi seluruh bangsa akan ikut menikmati air kehidupan yang buat oleh Tuhan.

Itulah bangsa yang dijadikan oleh Tuhan, bangsa yang merasakan dan juga yang memberitakan kemasyuran nama Tuhan. Bangsa yag berjalan di jalan yang di buat oleh Tuhan, bangsa yang menerima air kehidupan dari Tuhan. 

Tuhan memiliki rancangan tersendiri atas kehidupan ini, Ia pasti bertindak walaupun manusia menimbang-nimbang kemustahilan. Nubuat ini adalah pengharapan akan datangNya Mesias untuk memberi kelepasan kepada umatNya. Hal inilah yang dapat kita lihat di dalam Yesus Kristus, bahwa Ia telah menggenapi nubuatan ini. Kehidupan baru itu telah dinyatakan, bukan hanya kelepasan kepada umat Israel tetapi juga kepada seluruh bangsa-bangsa ikut merasakan kasih karunia Tuhan. Anugerah Tuhan yang memanggil seluruh bangsa dari kegelapan dosa penderitaan, kesusahan dan juga kepada berkat penyertaan Tuhan.  

Firman Tuhan saat ini ingin menyatakan kepada kita bahwa kuasa dan kasih-Nya tidak pernah berubah dari dahulu, sekarang sampai selamanya. Dia tetaplah Allah yang sama yang berkuasa penuh atas kehidupan ini. 

Namun, kita tidak akan pernah mengetahui bagaimana Tuhan bekerja dan berbuat sesuatu dalam kehidupan ini tetapi yang pasti bahwa Tuhan punya banyak jalan dan cara menyelelamatkan kita, sebab Dia berdaulat atas kehidupan ini. Tuhan ada dan bekerja dalam kehidupan ini untuk menyatakan keadilan-Nya yang penuh dengan pengampunan dan kasih setia. 

Maka seperti apapun pergumulan hidup yang kita hadapi saat ini, Firman Tuhan ingin memberikan kita peneguhan untuk tetap yakin akan keselamatan Tuhan dalam menjalani hidup ke depan, sebagaimana yang dituliskan oleh Paulus: “Dan pengharapan tidak mengecewakan” (Rm. 5:5). Berhentilah melihat kebelakang atas air mata yang telah tumpah dan keluh kesah kita selama ini, tetapi lihatlah ke depan Tuhan akan menyediakan jalan keselamatan bagi kita. (rsnh)


Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...