Renungan hari ini:
“YANG KUAT MENANGGUNG YANG LEMAH”
Roma 15:1 (TB) "Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri"
Romans 15:1 (NET) "But we who are strong ought to bear with the failings of the weak, and not just please ourselves"
Paulus menggunakan istilah kuat dan lemah. Paulus menggunakan istilah lemah untuk menggambarkan keadaan rohani orang percaya di dalam persekutuan orang percaya. Orang yang kuat menunjukkan pada iman, orang yang telah dewasa di dalam Kristus, orang yang kuat adalah orang yang memahami kebebasan rohani mereka tetapi Paulus mengingatkan supaya orang yang kuat melihat, memperhatikan kehidupan orang yang rohaninya lemah. Hidup dalam ketaatan Firman, orang yang kuat di dalam Tuhan adalah orang yang menjadi teladan dalam hidupnya, sebagai pribadi Kristen hidupnya menjadi contoh, meneliti Firman Tuhan, menyelidiki Firman Tuhan, melakukan Firman Tuhan. Bahkan di dalam hatinya, di dalam hidup orang percaya ada satu kerinduan mengajarkan kebenaran Firman kepada semua orang, menghidupi Firman dalam hidup nyata sehari-hari.
Paulus ingatkan untuk kita tidak membiarkan mereka yang lemah dalam keadaan imannya. Oleh sebab itu mereka yang sudah pada level imannya lebih kuat dalam persekutuan orang percaya wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat imannya.
Yang dimaksud lemah (iman) adalah mereka yang lambat mengalami pertumbuhan dan pembangun manusia spiritualnya (inner man). Setiap orang percaya harus mengalami kemajuan dan meningkat pertumbuhan rohaninya. Ia harus masuk lebih dalam lagi di Sungai air kehidupan. Dari mata kaki, ke paha, ke pinggang, ke dada, dan seterusnya sehingga ia mencapai tingkat pertumbuhan iman yang baik (Gal. 2:20).
Jadi yang membedakan orang yang lemah dan yang kuat adalah dalam proses transformasi. Dikatakan lemah oleh karena jiwa (pikiran, perasaan, ukuran, standard, kesenangan) orang itu cenderung mengikuti kehidupan dagingnya (bios life). Jiwa (psuche life) masih belum mengarah kepada panggilan hidupnya (destiny). Bahkan banyak orang percaya belum menyadari tujuan hidupnya untuk apa ia diselamatkan. Orang percaya semacam itu seperti orang Israel di padang gurun – terus berputar dan tidak pernah sampai ke Tanah Perjanjian.
Apakah ia tidak suka membaca dan mendengar firman; menunda-nunda semua keputusan karena belum memiliki ketetapan hati, tidak ada gembala atau mentor yang mengarahkan hidupnya, dst. Apa pun alasannya berarti ia senang mempertahankan suatu alasan (reasoning) dan itu berakar dari pride seseorang. Persoalan kebanyakan orang adalah kebanggaan (pride). Dan akan sangat berbahaya jika ia terus berjalan dalam kebanggaan. Sikap kebanggaan berpusat pada diri sendiri. Ada yang menganggap tidak membutuhkan orang lain, bahkan pada level tertentu ia merasa tidak membutuhkan Tuhan. Kebanggaan ini menutup pintu sorga baginya dan bisa juga bagi orang lain di sekitarnya.
Bagi orang percaya tetap saja kebanggaan adalah musuh utama. Kebanggaan lebih berbahaya daripada iblis. Sebab iblis telah dikalahkan. Ia lebih suka membawa dirinya menurut jalan-jalannya sendiri, pikirannya sendiri, sukanya sendiri. Hidupnya (gaya hidup, kesenangan) larut oleh jiwanya sendiri yang berasal dan dikendalikan oleh kedagingan. Dia tidak memilih jalan-jalan Tuhan, melenceng dan memilih keluar dari garis destiny (takdirnya). Karena orang itu akan melenceng dari jalan-jalan-Nya, ia tidak akan mencapai garis-akhir sebagaimana yang Tuhan tetapkan. Oleh sebab itu mengenakan pikiran Kristus adalah hal yang mutlak bagi setiap orang percaya. *Mengosongkan diri dan takut akan Tuhan adalah dua hal yang mutlak dimiliki setiap pengikut Yesus Kristus.* Merendahkan diri (humble yourself) di hadapan Tuhan untuk menerima keberadaan-Nya.
Tujuan dari bagian ayat-ayat ini adalah mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya – dengan jalan menanggung kelemahannya. Paulus mengatakan secara ekplisit bahwa itu adalah kewajiban kita untuk menanggung kelemahanan orang lain. Itu sepertinya hal yang hampir mustahil. Berarti bahwa orang yang menanggung kelemahan itu harus mengorbankan sesuatu. Dan ujung-ujungnya kita tau, Yesus Kristus telah mengorbankan diri-Nya demi menanggung kelemahan kita; sehingga ada kesenangan itu, ada sukacita itu, ada damai, ada terang dan terang itu adalah hidup manusia. Dia adalah jalan dan Dia adalah jawaban. Setiap pengikut Kristus wajib mengambil bagian dan di sini “menanggung kelemahan bagi pertumbuhannya” artinya harus ada penyetaraan (equalization) di antara pengikut Kristus. Apakah ada yang mengajar, ada yang berdoa syafaat, ada yang menasihati, ada yang bernubuat, dst. Ini mengenai kualitas orang percaya dan level imankita, yaitu penyerahan diri. Terlebih ini berbicara mengenai kesatuan dalam Kristus secara korporat, sebagai Tubuh Kristus. Karena itu, dukunglah orang yang lemah imannya agar mereka dapat bertumbuh menuju Kristus. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN