Minggu, 13 Agustus 2023

Renungan hari ini: “SETIA DALAM HAL KECIL” (Lukas 16:10)

 Renungan hari ini:

 

“SETIA DALAM HAL KECIL”


 

Lukas 16:10 (T2B)  "Siapa yang setia dalam hal kecil, setia juga dalam hal besar. Siapa yang tidak benar dalam hal kecil, tidak benar juga dalam hal besar"

 

Luke 16:10 (NET) “The one who is faithful in a very little is also faithful in much, and the one who is dishonest in a very little is also dishonest in much"

 

Nas hari ini mengandung pesan moral tentang setia dalam hal kecil. Hal ini mengandung hal integritas, tanggung jawab, dan kesetiaan dalam berbagai hal, baik yang dianggap kecil maupun besar. Jika kita dalami teks ini, maka kita akan menemukan beberapa hal penting, yakni:

 

Pertama, soal integritas dan tanggung jawab. Ayat ini dapat diartikan sebagai panggilan untuk bertindak dengan jujur dan bertanggung jawab dalam segala hal, terlepas dari seberapa kecil atau besar tindakan tersebut. Seseorang yang dapat dipercaya dalam hal-hal kecil juga kemungkinan besar dapat dipercaya dalam hal-hal besar. Integritas dan tanggung jawab adalah karakter yang penting dalam hidup Kristen, dan ayat ini mendorong orang untuk mengamalkannya dalam semua aspek kehidupan mereka.

 

Kedua, soal konsistensi. Pesan dari ayat ini adalah pentingnya konsistensi dalam perilaku seseorang. Jika seseorang hanya berperilaku baik dalam hal-hal besar tetapi mengabaikan hal-hal kecil, ini mungkin mengindikasikan bahwa motivasi mereka tidak murni dan bahwa mereka tidak benar-benar mengutamakan prinsip-prinsip moral dalam semua situasi.

 

Ketiga, soal tes karakter. Ayat ini juga dapat dilihat sebagai sebuah ujian karakter. Bagaimana seseorang bertindak dalam hal-hal yang tampak remeh atau tidak begitu penting bisa mencerminkan sejauh mana sifat dan integritas mereka. Oleh karena itu, setiap tindakan, baik besar maupun kecil, bisa dianggap sebagai indikator karakter.

 

Keempat, soal pengelolaan harta benda. Ayat ini dapat dihubungkan dengan konteks pengelolaan harta benda dalam parabel yang mendahului ayat ini (Lukas 16:1-9). Yesus menceritakan tentang seorang pengelola yang bijaksana dalam mengelola harta tuannya. Ayat 10 kemudian menyampaikan pesan bahwa sikap tanggung jawab dan kejujuran dalam mengelola harta benda, sekecil apa pun, adalah indikasi karakter yang baik.

 

Penting untuk diingat bahwa penafsiran ini dapat bervariasi tergantung pada latar belakang teologis dan konteks pemahaman kitab suci masing-masing individu. Tetapi secara umum, ayat ini mengajarkan nilai kesetiaan, integritas, dan tanggung jawab dalam segala aspek kehidupan, baik yang dianggap kecil maupun besar.

 

Apa yang hendak kita renungkan dari nas hari ini? Pernyataan dalam Lukas 16:10 memiliki beberapa pesan penting yang bisa direnungkan:

 

Pertama, pentingnya integritas universal. Pernyataan ini menekankan bahwa integritas adalah sifat universal yang tidak tergantung pada seberapa besar atau kecilnya tindakan. Seseorang yang memiliki integritas akan menunjukkan perilaku yang jujur dan bertanggung jawab dalam semua aspek kehidupan, baik yang dianggap penting maupun tidak.

 

Kedua, pentingnya konsistensi karakter. Pesan ini mengingatkan kita akan pentingnya konsistensi dalam karakter. Cara seseorang bertindak dalam situasi sehari-hari mencerminkan sifat sejati mereka. Jika ada inkonsistensi antara tindakan dalam hal-hal kecil dan besar, hal ini mungkin mengindikasikan adanya masalah dalam nilai-nilai yang dipegang oleh individu tersebut.

 

Ketiga, pentingnya tes kemuliaan dan integritas. Tindakan-tindakan kecil yang tampaknya tidak begitu berarti juga bisa menjadi tes karakter yang menguji integritas seseorang. Bagaimana kita bersikap terhadap tugas-tugas sederhana dan rutin dapat memberikan pandangan tentang sejauh mana kita menerapkan nilai-nilai kita dalam hidup sehari-hari.

 

Keempat, pentingnya prioritas dalam kehidupan Kristen. Pernyataan ini juga bisa menjadi pengingat akan pentingnya mengutamakan prinsip-prinsip Kristen dalam semua aspek hidup. Tidak ada pembagian antara hal-hal "kecil" dan "besar" dalam pandangan Tuhan. Oleh karena itu, sebagai orang Kristen, kita diharapkan untuk menjalani hidup dengan integritas dan moralitas yang konsisten, terlepas dari seberapa besar atau kecilnya tugas yang dihadapi. Karena itu, renungan ini mengajak kita untuk merenungkan tentang keselarasan antara tindakan dan prinsip-prinsip dalam hidup kita, bagaimana kita bertindak dalam situasi sehari-hari dapat menjadi cermin karakter dan kejujuran kita sebagai individu dan sebagai orang Kristen. (rsnh)

 

Selamat memulai karya dalam Minggu ini

KOTBAH MINGGU X SETELAH TRINITATIS Minggu, 13 Agustus 2023 “MENJADI BERKAT DI DALAM TUHAN” (Kejadian 39:1-5)

 KOTBAH MINGGU X SETELAH TRINITATIS

Minggu, 13 Agustus 2023

 

“MENJADI BERKAT DI DALAM TUHAN”

Kotbah: Kejadian 39:1-5   Bacaan: Matius 8:5-13


 

Minggu ini kita akan memasuki Minggu kesepuluh setelah Trinitatis. Tema yang akan kita gumuli adalah “Menjadi Berkat di dalam TUHAN”. Tema ini diangkat dari Kisah Yusuf yang berhasil di rumah Potifar dapat ditemukan dalam Kitab Kejadian 39:1-5. Ini adalah salah satu bagian penting dalam cerita hidup Yusuf dalam Alkitab. Yusuf adalah salah satu dari dua belas anak Yakub, dan dia sangat dicintai oleh ayahnya. Dia memiliki saudara-saudara yang cemburu padanya, dan hal ini menyebabkan mereka merencanakan untuk menjual Yusuf sebagai budak. Yusuf kemudian dijual kepada seorang Eunuk bernama Potifar, yang merupakan kepala pengawal istana Firaun di Mesir.

 

Yusuf datang ke rumah Potifar sebagai seorang budak, tetapi Alkitab menyatakan bahwa Tuhan memberkati segala sesuatu yang dilakukan oleh Yusuf, dan Potifar menyadari bahwa Yusuf berhasil dalam segala hal yang dia lakukan. Yusuf dipercayai oleh Potifar dan diberi tanggung jawab atas banyak aspek rumah tangga dan properti Potifar. Ketika Yusuf berhasil di rumah Potifar, ini bukan hanya karena keterampilan kerjanya, tetapi juga karena keberkatan Tuhan yang nyata dalam hidupnya. Potifar melihat bahwa keberuntungan dan kesuksesan datang bersama-sama dengan kehadiran Yusuf. Potifar sangat puas dengan pelayanan dan pengelolaan Yusuf sehingga dia menyerahkan banyak tanggung jawab kepada Yusuf, bahkan mengangkatnya sebagai kepala pengawal rumah tangganya.

 

Dalam konteks ini, kisah Yusuf di rumah Potifar menyoroti kesetiaan, kerja keras, dan berkat Tuhan yang memungkinkan Yusuf berhasil di tengah-tengah situasi yang mungkin sulit dan tidak adil. Tetapi kisah ini juga mengandung konflik, karena kesuksesan Yusuf dan penampilannya yang tampan menarik perhatian istri Potifar, yang mencoba mendekati Yusuf secara tidak senonoh. Ketika Yusuf menolaknya dengan tegas karena komitmen moralnya kepada Tuhan, istri Potifar membuat tuduhan palsu terhadap Yusuf yang menyebabkan dia dihukum dan dipenjarakan.

 

Kisah ini akhirnya menjadi bagian penting dari perjalanan Yusuf menuju kedudukan tinggi di Mesir, di mana dia menjadi penasehat Firaun dan berperan dalam menyelamatkan bangsa dari kelaparan besar. Seluruh kisah hidup Yusuf menyoroti tema-tema seperti ujian, kesetiaan, belas kasih Tuhan, dan bagaimana Tuhan dapat mengarahkan hidup seseorang bahkan melalui situasi yang sulit.

 

Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimana cara TUHAN memberkati Yusuf di rumah Potifar? Berikut adalah bagaimana cara TUHAN memberkati Yusuf di rumah Potifar:

 

Pertama, TUHAN menyertai Yusuf (ay. 2). Yusuf hidup dengan integritas dan kebenaran moral. Ketika istri Potifar mendekati Yusuf dengan tawaran yang tidak senonoh, Yusuf menolaknya karena ia ingin tetap setia kepada Tuhan dan prinsip-prinsip moral yang benar. Ini menunjukkan komitmen Yusuf terhadap kebenaran dan kehormatan, yang merupakan bagian dari berkat yang diberikan oleh Tuhan.

 

Kedua, TUHAN memberkati semua yang dilakukannya (ay. 3). Yusuf berhasil dalam semua tugas yang diberikan kepadanya oleh Potifar. Kesuksesan ini tidak hanya berasal dari keterampilan Yusuf sendiri, tetapi juga karena berkat Tuhan yang nyata. Potifar menyadari bahwa Yusuf memiliki kemampuan istimewa dan memberinya tanggung jawab yang lebih besar dalam pengelolaan rumah tangga.

 

Ketiga, keberhasilan Yusuf berasal dari berkat TUHAN. Percaya dan Kepuasan Potifar: Potifar memiliki keyakinan kuat bahwa keberuntungan dan keberhasilan yang dialaminya dalam hal-hal yang dikelola oleh Yusuf berasal dari berkat Tuhan yang ada bersama Yusuf. Potifar sangat puas dengan pelayanan Yusuf, sehingga ia tidak hanya mempercayakan aspek-aspek penting rumah tangganya kepada Yusuf, tetapi juga mengangkatnya sebagai kepala pengawal rumah tangganya.

 

Keempat, TUHAN memberkati Potifar melalui Yusuf. Keberkatan Tuhan ada dalam segala hal yang dimiliki Potifar karena adanya Yusuf. Ini menunjukkan bahwa Tuhan memberkati Potifar melalui kehadiran dan pelayanan Yusuf. Kesuksesan dan berkat yang dimiliki Yusuf di rumah Potifar bukan hanya berdampak positif pada Yusuf sendiri, tetapi juga pada orang yang dia layani dan lingkungan sekitarnya. Jadi, TUHAN memberkati Yusuf di rumah Potifar melalui kesetiaan moralnya, kesuksesan dalam pekerjaan, dan pengaruh positifnya pada lingkungan sekitarnya. Hal ini menunjukkan bagaimana berkat Tuhan dapat mempengaruhi dan mengubah situasi hidup seseorang, bahkan dalam keadaan yang mungkin sulit atau tidak adil.

 

Pertanyaan berikutnya dalah apa yang dilakukan Yusuf sehingga ia mendapatkan berkat TUHAN? Dalam Kejadian 39:1-5, ada beberapa tindakan konkret yang dilakukan oleh Yusuf sehingga ia menjadi berkat di rumah Potifar:

 

Pertama, Yusuf bekerja keras dan memiliki keterampilan. Yusuf bekerja dengan tekun dan kemampuan dalam segala hal yang dia lakukan di rumah Potifar. Ini termasuk tugas-tugas rumah tangga, pengelolaan harta benda, dan tanggung jawab lainnya. Keterampilan dan kerja keras Yusuf membuatnya berhasil dalam tugas-tugas ini, yang pada akhirnya membuatnya dihormati oleh Potifar.

 

Kedua, Yusuf memiliki integritas moral. Ketika istri Potifar mendekati Yusuf dengan niat yang tidak senonoh, Yusuf menolaknya dengan tegas. Tindakan ini mencerminkan integritas moral Yusuf yang kuat dan komitmen pada nilai-nilai kebenaran. Ketika Yusuf berkata, "Bagaimanakah aku ini dapat berbuat demikian kejahatan dan berdosa kepada Allah?" (Kejadian 39:9), ia menunjukkan kesetiaannya pada Tuhan dan moralitas yang teguh.

 

Ketiga, Yusuf setia kepada Tuhan. Ayat 2 menyatakan bahwa "TUHAN ada bersama Yusuf." Ini menunjukkan bahwa kesetiaan Yusuf pada Tuhan adalah aspek penting dari kisahnya. Kesetiaan ini mempengaruhi semua tindakannya dan memberikan landasan moral untuk keberhasilannya di rumah Potifar.

 

Keempat, Yusuf komit pada pekerjaan. Yusuf memahami pentingnya tanggung jawab yang diberikan kepadanya oleh Potifar. Ia tidak hanya menjalankan tugasnya dengan baik, tetapi juga berusaha melaksanakannya dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab. Komitmen seperti ini tentu saja membuatnya dihargai dan dihormati oleh Potifar.

 

Dalam keseluruhan, Yusuf berhasil di rumah Potifar karena kerja keras, keterampilan, integritas moral, kesetiaan pada Tuhan, pengaruh positif pada lingkungan, komitmen pada pekerjaan, dan rasa hormat pada kepemimpinan. Semua tindakan ini menggambarkan karakter yang baik dan prinsip yang kuat yang membentuk inti kepribadian Yusuf.

 

RENUNGAN

 

Apa yang hendak kita renungkan dari perikop Minggu kesepuluh setelah Trinitatis ini? Dari tindakan TUHAN bagi Yusuf sehingga ia menjadi berkat di rumah Potifar dalam Kejadian 39:1-5, ada beberapa pelajaran yang dapat direnungkan, yakni:

 

Pertama, perlunya kesetiaan pada nilai-nilai moral. Yusuf menunjukkan kesetiaan yang kuat pada nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip kebenaran, bahkan ketika menghadapi godaan dan tekanan. Tindakannya menolak tawaran istri Potifar yang tidak senonoh menegaskan pentingnya mempertahankan integritas dan moralitas, bahkan dalam situasi sulit.

 

Kedua, perlunya pengaruh positif kepada orang lain. Kehadiran Yusuf dan pengaruhnya di rumah Potifar tidak hanya mempengaruhi hidupnya sendiri, tetapi juga orang lain di sekitarnya, termasuk Potifar. Ini mengingatkan kita bahwa tindakan dan karakter kita dapat memiliki dampak positif pada lingkungan kita dan membantu menciptakan lingkungan yang lebih baik.

 

Ketiga, perlunya komitmen pada keyakinan iman yang teguh. Yusuf menunjukkan komitmen yang tulus pada keyakinan agamanya. Dia menolak godaan karena ia ingin tetap setia kepada Tuhan dan nilai-nilai agamanya. Ini mengingatkan kita tentang pentingnya memegang teguh keyakinan dan komitmen kita dalam menghadapi cobaan.

 

Dalam keseluruhan cerita Yusuf di rumah Potifar, kita dapat merenungkan betapa pentingnya menghormati nilai-nilai moral, mengandalkan Tuhan dalam semua tindakan kita, dan memegang teguh keyakinan agama kita, bahkan dalam situasi yang sulit. Karena itu, kotbah ini mengajarkan bahwa tindakan baik kita dapat membawa berkat bagi diri kita sendiri dan orang lain di sekitar kita. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “BELAJAR MENGENAL KRISTUS" (Efesus 4:20)

  Renungan hari ini:   “BELAJAR MENGENAL KRISTUS"   Efesus 4:20 (TB2) "Tetapi, bukan dengan demikian kamu belajar mengenal Kristus...