Minggu, 26 Agustus 2018

Renungan hari ini: PEMBAWA DAMAI

Renungan hari ini: 

PEMBAWA DAMAI



Matius 5:9 (TB) "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah" 

Matthew 5:9 (NET)  “Blessed are the peacemakers, for they will be called the children of God” 

Pembawa damai adalah pekerjaan yang menuntut keahlian dan kemampuan yang baik. Seorang pembawa damai adalah seorang yang melakukan suatu tindakan aktif untuk menuntaskan masalah-masalah yang sedang dihadapi supaya persoalannya selesai. Pembawa damai harus mampu mengambil resiko untuk disalah mengerti, bahkan terkadang usahanya tidak dihargai dan tidak berhasil. Pembawa damai juga harus melakukan tindakan aktif dengan tidak mengorbankan pengajaran Firman Tuhan, tetapi dengan menerapkannya. Orang-orang yang membawa damai adalah orang-orang yang mau menghadapi, mengatasi dan menyelesaikan suatu persoalan secara tuntas sehingga kondisi damai tercipta.

Seorang pembawa damai juga adalah seseorang yang bisa membawa diri dengan baik, dan menciptakan suasana menyenangkan, sehingga tidak menimbulkan kebencian dan permusuhan. Pertanyaan kita sekarang adalah bagaimankah cara kita agar bisa menjadi pembawa damai dalam lingkungan kita?

Pertama, kita harus bisa menjaga sikap, perkataan dan tindakan. Diperlukan sikap yang bijaksana di dalam menghadapai setiap orang dengan pembawaan mereka masing-masing. Demikian pula di dalam menyingkapi suatu keadaan atau permasalahan, kita harus menjaga sikap agar suasana damai sejahtera tetap terpelihara. Kata-kata yang kasar dan fitnah yang sengaja di lontarkan untuk menyakiti seseorang, janganlah dilakukan. Marilah kita saling menjaga. Lidah ini memang sangat sulit untuk dikekang. Kata-kata bisa meluncur keluar begitu saja, apalagi ketika seseorang dalam keadaan emosi. Selanjutnya, emosi yang tidak terkontrol akan melahirkan tindakan yang berakibat buruk. Mintalah agar Roh Kudus senantiasa menguasai seluruh – Kehidupan kita, sehingga yang selalu kita hasilkan melalui kehidupan kita hanyalah buah-buah Roh.

Kedua, harus mampu mengupayakan penyelesaian masalah dan memberikan pengampunan. Roma 12:18 berkata “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” Banyak orang yang sengaja hidup dalam   permusuhan atau ketidakharmonisan, sekalipun mereka tahu bahwa itu dosa. Jika kita merasa aman tinggal terus menerus dalam kondisi sedemikian itu, berhati-hatilah, mungkin hati nurani kita sudah “mati”. Kita sering terjebak dalam kesombongan dan ego yang terlalu besar, sehingga kita merasa berat untuk memberikan pengampunan, apalagi meminta maaf. Sungguh menyedihkan!. Iblis akan mengambil kesempatan itu untuk menjatuhkan kita dalam dosa keegoisan. Upayakanlah penyelesaian dengan semua orang saat ada masalah.

Ketiga,harus mampu memberikan nasihat yang positif kepada sesama. Jadilah pembawa damai antara sesama yang sedang bermusuhan, dengan cara memberikan nasihat positif dan bukan malah memprovokasi. Buang sikap masa bodoh, dimana ada pertikaian dan permusuhan, hadirlah sebagai penengah yang ikut ambil bagian demi lahirnya suasana damai. Ambilah posisi yang netral dan jangan memihak kepada salah satu pihak. Kita wajib saling menasihati dan mendorong dalam melakukan apa yang baik dan benar. Dengan demikian, kehadiran kita akan seperti lilin yang selalu memancarkan cahayanya. Karena itu, jadilah pembawa damai di tengah-tengah keluarga, Gereja dan masyarakat. (rsnh)

Selamat memulai karya dalam Minggu ini

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...