Senin, 10 Februari 2020

Renungan hari ini: JIKA GARAM HAMBAR

Renungan hari ini:

JIKA GARAM HAMBAR



Markus 9:50a (TB) "Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya?"

Mark 9:50a (NET) "Salt is good, but if it loses its saltiness, how can you make it salty again?”

Garam menolong banyak hal. Memberi rasa dalam setiap makanan, memberi pengawetan dan juga bermanfaat bagi kesehatan. Siapa pun pasti tahu kalau rasa garam itu asin. Ga­ram sangat bermanfaat sebagai penyedap rasa masakan, karena masakan tanpa garam maka akan hambar rasanya. 

Garama yang baik memberi manfaat yang baik. Tetapi jika garam itu hambar maka garam itu memberi manfaat yang buruk, yang membawa masalah. Sama halnya dengan kehidupan kita sehari-hari, ketika sejak awal kita sudah komitmen menjadi garam yang “menggarami” orang-orang di seke­liling kita tiba-tiba kita berbalik dan garam yang ada di dalam diri kita hambar, lantas dengan apa lagi kita akan mengasinkannya? 

Tuhan Yesus berkata bahwa kita adalah “garam dan terang dunia”. Menjadi garam dan terang dunia adalah pilihan hidup sebagai Kristen yang sejati. Tuhan Yesus tidak mengatakan bahwa “kamu bisa atau kamu memiliki kemampuan untuk menjadi garam dan terang dunia”. Setiap orang yang telah percaya pada Kristus diselamatkan dan dilahirkan kembali adalah garam dan terang dunia. 

Apa tujuanmu dalam menjalani hidup yang penuh dengan liku-liku ini. Mungkin kita ingin menjadi orang kaya, orang sukses dengan banyak perusahaan atau impian lainnya yang menurut ukuran manusia sah-sah saja. Siapa pun orangnya ketika ditanya akan berkata bahwa ia ingin menjadi orang yang berhasil, memiliki posisi dan jabatan yang tinggi serta kekayaan yang melimpah, mempunyai rumah yang mewah, atau pendidikan yang tinggi.

Semua itu sangat baik dan tidak salah. Tetapi jika itu yang menjadi tujuan hidup yang terutama dari setiap orang percaya, maka hidup seperti itu tidak memiliki arti yang sesungguhnya seperti yang Tuhan Yesus rindukan. Pertanyaannya adalah apakah tujuan utama dari hidup orang Kristen di dunia ini, supaya hidup itu menjadi bermakna dan menjadi berkat bagi banyak orang, yaitu menjadi garam dan terang bagi sesama. 

Menjadi garam dan terang dunia tidak semudah yang kita bayangkan. Yesus menggunakan gambaran garam dan terang dunia dalam waktu yang berbeda untuk menunjukan pada peran dan tujuan dari murid-murid dan pengikut-Nya di dunia. 

Garam, jika kita menggunakannya terlalu banyak, maka akan menjadi hambar. Terlalu sedikit juga akan terasa hambar karena tidak ada rasa. Ukuran yang pas untuk garam sangat ditentukan oleh hati. Garam jika dimanfaatkan dengan benar bisa menjadi pengawet makanan. 

Apakah yang dimaksud dengan menjadi garama dunia?
Pertama, kita harus menjadi pengawet. Orang Kristen dipanggil untuk melayani sebagai pengawet, menghentikan kerusakan moral di dunia yang dipenuhi dengan dosa, menjaga dan memper­tahankan garam tetap asin sebagai pengawet yang meng­hambat kuasa dosa yang menghancurkan kehi­dup­an (Mzm. 14: 3; Rm. 8: 8). Orang Kristen yang hidup dipimpin Roh Kudus dan hidup dalam ketaatan ke­pada Kristus, pasti akan mempengaruhi dunia, ka­rena garam memiliki pengaruh positif pada rasa makanan. 

Kedua, kita harus menjadi duta Kristus. Menjadi garam tidak mudah, selain harus memberi rasa yang pas dengan garam ini pun kita bisa menjadi pembeda bagi yang lain. Di mana ada pertengkaran kita harus menjadi pembawa damai, di mana ada kesedihan, kita membalut luka kebencian dan kita harus menjadi contoh kasih Allah dalam Kristus, membalas kejahatan dengan kebaikan (Luk. 6:35).  Jika garam dimasukkan ke dalam makanan, men­jadikan makanan itu asin dan menjadi berbeda rasanya, Jadi garam mempengaruhi makanan. Jika kita adalah garam dunia, maka kita harus mempengaruhi orang dunia, dan bukan sebaliknya, cara orang dunia yang mempengaruhi kita (Rm. 12:2). Dengan mengatakan bahwa “Kamu adalah garam dunia” menunjukkan bah­wa Tuhan Yesus memberikan pujian serta kebanggaan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya bagaimana peranan orang percaya di dunia ini dapat menjadi garam. 

Ketiga, kita menjadi saksi bagi orang lain. Menjadi garam dunia artinya menjadi kesaksian bagi orang lain, melalui hidup kita banyak jiwa-jiwa yang dimenangkan dan diselamatkan. Seperti Yesus datang ke dunia untuk mencari dan menyelamatkan yang terhilang (Luk. 19:10), demikian juga tugas kita sebagai garam dunia adalah memberikan pengaruh bagi jiwa-jiwa di sekeliling kita. Pandanglah sekitar kita banyak orang-orang anak-anak muda yang terlibat narkoba dan obat terlarang, tinggal bersama tanpa pernikahan, korupsi dimana mana serta perbuatan-perbuatan dosa lainnya. Karena itu, jadilah menjadi garam dunia yang baik. (rsnh)

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...