Minggu, 24 Nopember 2019
Kotbah: Habakuk 3:1-6 Bacaan: Matius 47-50
Kini kita tiba pada Minggu “Ujung Tahun Gerejawi” (Ujung Taon Parhuriaon) dan sekaligus “Parningotan di angka naung monding” (Mengenang Orang yang Sudah Meninggal). Sebagai minggu akhir penutup kalender gerejawi, tentu kita masing-masing perlu merenung ulang (flasback) perjalanan kehidupan selama satu tahun kalender gerejawi ini. Kita boleh mengevaluasi kinerja pelayanan dan keuangan Gereja selama setahun. Kita boleh melihat capaian yang telah kita lakukan dan program yang tidak bisa kita selesaikan. Kita juga belajar dari kegagalan dan meningkatkan keberhasilan kita menuju pelayanan yang lebih baik tentunya ke tahun Baru Pelayanan Gerejawi yang akan datang.
Minggu ini juga kita akan mengenang keluarga, sahabat, warga jemaatkita yang telah mendahului kita dari dunia ini. Minggu “Parningotan di angka naung monding” ini bukan dalam maksud untuk mendoakan arwah-arwah yang telah meninggal tetapi untuk menyadarkan orang yang hidup, bahwa suatu saat nanti kita pun akan mati seperti mereka. Karena itu, sebelum kita mati, marilah kita mempergunakan hidup yang sementara ini menjadi masa-masa persiapan menuju kematian. Kelak ketika kita mati kita mati di dalam TUHAN.
Minggu ini kita akan membahas tema “Allah yang Agung akan Menghakimi Bangsa-bangsa”. Penghakiman Allah bisa berlangsung selama kita masih berada di dunia ini. Allah menghakimi dengan cara-Nya sendiri, semisal: melalui peristiwa alam, gempa bumi, angin kencang, kecelakaan, berbagai penyakit, dan lain sebagainya. Kemudian pada akhirnya kita akan dihakimi Allah pada masa penghakiman terakhir setelah kematian untuk menentukan apakah kita ke surga atau ke neraka.
Dalam perikop kotbah Minggu ini kita akan belajar melihat bagaimana Allah yang Agung menghakimi bangsa-bangsa. Nabi Habakuk[1] sendiri mengalami sendiri bagaimana Allah yang Agung itu menghakimi umat Israel. Pertanyaan kita sekarang adalah penghakiman apakah yang disaksikan Habakuk yang dilakukan Allah yang Agung itu bagi umat-Nya kala itu?
Pertama, Israel jatuh ke tangan Nebukadnesar. Habakuk yang melihat peralihan dari Raja Yosia yang sangat salehkepada raja Yoahas yang sangat jahat. Dan celakanya lagi Habakuklah yang menerima berita yang sangat menyedihkan dari Surga yaitu nubuatan Yerusalem yang segera hancur ketangan Babel yaitu bangsa yang sangat keji dan lebih jahat dari umat Tuhan sendiri (Hab. 1:13). Dan benar dalam waktu pendek lebih 10 tahun semenjak Yosia mati, Yerusalem akhirnya hancur ke tangan Nebukadnezar.
Saudara melalui contoh-contoh seperti ini baru kita menyadari betapa sulitnya iman Habakuk, bangsanya, negaranya yang sangat Ia cintai dan mungkin juga keluarganya bahkan dirinya sendiri akan ditawan atau mati ketangan bangsa bar-bar. Oleh sebab itu Nabi di tengah-tengah ketidak mengertiannya akhirnya berserah di dalam iman, sesungguhnya orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang benar itu akan hidup oleh percayanya (2:4). Dan ini adalah pelajaran yang sangat baik buat semua orang percaya yang sering kali juga tidak mengerti akan apa yang Tuhan mau atau lakukan dalam kehidupannya. Sering kali kemauan Tuhan cocok dengan rasio kita namun ada kalanya kelihatan begitu aneh dan sulit dimengerti, kalau saudara mengalami masalah seperti ini, imanlah jawabannya. Melalui iman kita menyadari bahwa Tuhan yang maha kuasa dan tidak bersalah harus kita percayai.
Kedua, TUHAN akan murka kepada umat Israel (ay. 2e). Ketidaksetiaan orang Israel memuji Allah yang Agung membuat Allah murka kepada umat Israel. Murka yang akan didatangkan Allah itu sangatlah ngeri, itu sebabnya Habakuk berseru kepada Tuhan dan memohon belas kasihan TUHAN agar dalam murka-Nya, TUHAN ingat akan kasih sayang-Nya bagi umat Israel. Habakuk memohon kalau bisa Allah mengampuni umatnya. Ya Tuhan jangan hancurkan sama sekali umatmu, ringankanlah penghukuman, jangan sama sekali engkau binasakan ya Tuhan. Seperti doa Abraham yang memohon pengampunan Sodom dan Gomora karena demi keselamatan keponakannya yaitu Lot atau Musa yang sering menahan kemarahan Allah terhadap umat Israel.
Permohonan Nabi akhirnya dikabulkan Tuhan pada saat Israel di tengah pembuangan Babel maka Allah membangkitkan 3 orang saleh yaitu Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang membuat Nebukadnezar memuji Tuhan. Doa Habakuk yang mengatakan hidupkanlah itu dalam lintasan tahun dikabulkan, itulah sebabnya bangsa Israel tidak akan pernah musnah.
Ketiga, Allah memberikan Hukum Taurat bagi umat-Nya (ay. 3). Dalam ayat 3 dinyatakan bahwa Allah datang dari negeri Teman dan yang maha kudus dari pegunungan Paran. Teman mengartikan tanah sebelah selatan. Jadi Allah digambarkan datang dari sebelah selatan Yudea di kitab Keluaran. Pegunungan Paran dekat dengan perbatasan Sinai yang berarti semuanya mengartikan Allah turun dari gunung Sinai untuk memberikan Taurat melalui perantaraan Musa. Hukum Taurat ini menggambarkan bahwa jika umat Israel tidak melakukan perintah Hukum Taurat, maka TUHAN akan murka kepada Israel. Itulah sebabnya umat Israel sangat menghormati dan tunduk kepada isi Hukum Taurat agar hidup mereka aman dan sentosa.
Keempat, Allah mendatangkan penyakit sampar (ay. 5). Habakuk melihat kedahsyatan murka Allah dalam menghancurkan musuh-musuhnya seperti 10 tulah yang membunuh ternak dan anak sulung juga orang Kanaan.
Kelima, Allah akan membuat bumi bergoyang (ay. 6). Ketika Allah berdiri maka bumi dibuatnya bergoyang, hancur gunung yang ada sejak purbakala. Kehadiran Allah di muka bumi selalu dibarengi dengan bergoncangnya alam. Dalam Mazmur 114:4 mengatakan waktu Tuhan membawa umatnya keluar dari Mesir maka gunung-gunung melompat seperti domba jantan, dan bukit-bukit seperti anak domba. Dan tidak hanya alam, seluruh penduduk bumi juga berada dibawah controlnya.
Di tengah murka Allah yang menghakimi umat Israel, Habakuk tetap bertahan dan terus mencoba untuk memuliakan Allah. Habakuk bertahan dari segala kesulitan karena membutuhkan kekuatan Allah. Hal ini menjadi pelajaran penting bagi kita. Di dalam segala situasi, baik senang apalagi kalau sulit mintalah selalu kekuatan dari Tuhan untuk bertahan menghadapi badai hidup. Habakuk menyakini apa yang tersirat di dalam Mazmur 27:7, Tuhan adalah kekuatanku dan perisaiku, kepadanya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepadanya. Pemazmur mengatakan hatinya bersukacita seperti Habakuk bersukacita karena kekuatan tangan Allah yang menyertainya.
Strategi Habakuk dalam melihat penghakman Allah yang Agung itu adalah Habakuk mengerti bahwa Allah Israellah penyelamat sejati. Allah akan menyelamatkan jiwa kita di dunia ini mapun di dalam akhirat. Jikalau Tuhan yang kita sembah hanya memberikan kekuatan atau menyelamatkan selama di dunia saja maka cilakalah kita semua. Setan bisa mengukir sejarah besar, di zaman Habakuk sendiri, Nabi boleh melihat kedahsyatan Babel dalam menghancurkan semua lawan-lawannya. Setan pun sanggup memberikan kesuksesan, kekayaan, kekuatan dan kesehatan. Namun Nabi tidak tertipu dengan ilah-ilah Babel yang katanya dipercaya memberikan kekuatan dan kemenangan didalam berperang. Habakuk mengerti ilah-ilah kafir adalah imajinasi karya manusia pendosa dan Babel menjadi perkasa pun semuanya atas seijin Tuhan. Habakuk tahu siapakah Allah sesungguhnya dan kepadanya saja manusia harus menyembah (Mat. 4:10).
Rahasia terbesar dari orang Kristen untuk bertahan di dalam segala macam kesulitan dan penderitaan adalah karena orang percaya mengerti Allah yang dia sembah akan memberikan keselamatan dari siksaaan neraka. Tidak ada cara-cara apapun yang sanggup mengganti sukacita orang Kristen selain dari pengertian jaminan keselamatan kekal. Itulah sebabnya Habakuk menyanyi sekalipun pohon ara tidak berbunga, hasil pohon Zaitun mengecewakan namun aku tetap beria-ria dalam Tuhan.
Atau dengan kata lain kalau tubuh kita harus hancur, harus binasa karena setan biarlah semuanya itu binasa tapi tidak dengan roh kita. Dan rahasia keselamatan ini tidak ada di dalam agama apapun, filsafat ataupun hikmat manusia yang tertinggi melainkan hanya didalam Yesus anak Allah yang hidup yang diutus Allah menjadi Raja penyelamat. Yesus Kristus adalah spesialis penyelamat jiwa manusia dan hanya Tuhan Yesus yang memberikan jaminan keselamatan kekal, tidak ada yang lain. Kalimat ini sungguh membuat kita begitu damai dan bersukacita. Sekalipun kita telah lama menjadi Kristen namun mendengar jaminan keselamatan membuat kita tidak pernah bosan, terpujilah Tuhan kita Yesus Kristus dari selamanya sampai selamanya. Karena itu, dalam masa Minggu Akhir Tahun Gerejawi ini sekaligus Minggu mengenang orang yang meninggal, maka kita harus menyakini bahwa sekalipun TUHAN menghakimi kita, namun tujuan penghakiman itu adalah demi penyelamatan jiwa kita. Saat kita mati, kita harus yakin kita akan masuk ke surga bersama Allah dalam kemuliaan-Nya. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!
[1] Habakuk berarti “pergumulan” atau “pelukan”. Dalam dua pasal pertama dari kitab ini kita menyaksikan Habakuk bergumul dengan Tuhan. Dalam pasal tiga sepertinya Habakuk mengalami pelukan Tuhan dan bersukacita dalam-Nya. Kitab ini membangkitkan iman dalam Tuhan yang sanggup menjawab pertanyaan, membela umat-Nya dan membalas musuh-Nya.