Senin, 26 September 2022

Renungan hari ini: “ALLAH MENJADIKAN NASIB MUJUR DAN MALANG” (Yesaya 45:6-7)

Renungan  hari ini:

 

“ALLAH MENJADIKAN NASIB MUJUR DAN MALANG”


 

Yesaya 45:6-7 (TB) "Supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain di luar Aku. Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, yang menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini"

 

Isaiah 45:6-7 (NET) "I do this so people will recognize from east to west that there is no God but me; I am the Lord, I have no peer. I am the one who forms light and creates darkness; the one who brings about peace and creates calamity. I am the Lord, who accomplishes all these things"

 

Setelah membaca nas hari ini, muncul dalam benak kita pertanyaan, apakah Allah menciptakan kejahatan? Banyak teks dengan terus terang menyatakan bahwa Allah bukan, dan tak mungkin menjadi perancang kejahatan. Misalnya, Ulangan 32:4 menyatakan bahwa "pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil, [Allah] setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia." Demikian pula, Mazmur 5:5 mencatat, "Sebab Engkau bukanlah Allah yang berkenan kepada kefasikan; orang jahat takkan menumpang pada-Mu." Akibatnya, jika kita membaca Alkitab yang ditata secara kanonikal akan nampak bahwa Allah adalah tanpa kejahatan atau segala kepalsuan yang jahat. 

 

Nas hari ini membicarakan tentang kejahatan jasmani. Sebagaimana Ratapan 3:38, teks ini mempertentangkan kemakmuran dengan kemalangan. Jadi yang baik itu adalah kebaikan dan kebahagiaan jasmaniah sementara kemalangan, atau yang biasa disebut kejahatan, merupakan kesengsaraan, kemalangan dan kejahatan alamiah seperti akibat-akibat dari badai atau bencana alam lainnya. 

 

Sekalipun banyak kejahatan jasmaniah sering berasal dari tangan pria dan wanita, pada akhirnya Allahlah yang mengizinkannya. Jadi, menurut cara pengungkapan dalam bahasa Ibrani, mengabaikan penyebab sekunder yang takkan pernah dilakukan oleh pemikiran Barat, apapun yang Allah izinkan pastilah langsung dianggap Dialah penyebabnya, seringkali tanpa memperhatikan bahwa pihak sekunder yang berdosa menjadi penyebab langsung dari penderitaan jasmaniah. 

 

Kejahatan yang disebutkan dalam bagian ini dan bagian-bagian yang serupa (seperti Yer. 18:11; Rat.3:38; dan Am. 3:6) menunjukkan kejahatan alam dan bukan kejahatan moral. Kejahatan alam bisa dilihat dalam letusan gunung berapi, wabah, gempa bumi, kebakaran. Pasti Allahlah yang mengizinkan (dan itu merupakan istilah yang tepat) segala bencana ini datang. Dan bukankah dengan demikian Allah yang mengizinkan bencana-bencana alam adalah jahat secara moral? 

 

Mengajukan pertanyaan tersebut dengan cara demikian berarti menanyakan tentang asal mula kejahatan. Kekristenan memiliki lebih daripada telah menjawab permasalahan tentang hadirnya kejahatan (sebab itu adalah seluruh berita salib) dan masalah akibat dari kejahatan (sebab kebangkitan Kristus memperlihatkan bahwa Allah sanggup mengalahkan bahkan musuh terakhir dan kejahatan terbesar, yaitu kematian Itu sendiri). Namun pertanyaan kekristenan yang paling sulit adalah asal mula kejahatan. Mengapa Allah mengizinkan "hal itu" pada awalnya? 

 

Namun, Agustinus mengajar kita, bahwa kejahatan bukanlah suatu substansi. Ia adalah, seperti dahulu kala, hasil sampingan dari kebebasan kita, dan terutama dosa kita. Akibat-akibat dari dosa itu tak semata-mata menimpa atas dunia manusia. Sayangnya, akibat-akibatnya yang melemahkan menyerang seluruh alam semesta pula. Akan tetapi, ini bukanlah seakan-akan Allah tak bisa berbuat apa-apa atau bahwa Ia juga sama dengan kita dikejutkan oleh kejahatan alam ini. Bencana apapun yang datang pastilah berada di dalam kehendak Allah yang berdaulat, sekalipun Allah bukanlah pendukung atau perancang kejahatan tersebut. Pada masalah inilah kita mulai memasuki realita misteri ilahi saat kita berusaha menyerasikan kedua pernyataan ini. 

 

Sekalipun demikian, apa yang bisa kita yakini adalah kenyataan bahwa Allah tak pernah, dan takkan pernah, menjadi sumber dan perancang kejahatan. Itu jelas-jelas bertentangan dengan seluruh natur dan keberadaan-Nya sebagaimana yang secara terus menerus dinyatakan dalam Kitab Suci.  Karena itu, kejahatan bukanlah rancangan TUHAN, tetapi kenyataan kejahatan merupakan tindakan manusia yang melawan TUHAN. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...