KOTBAH MINGGU XVII SETELAH TRINITATIS
Minggu, 21 September 2024
“MENDEKAT KEPADA ALLAH”
Kotbah: Yakobus 4:1-10 Bacaan: Yeremia 11:18-20
Minggu ini kita memasuki Minggu Ketujuhbelas setelah Trinitatis. Tema yang akan kita renungkan adalah “Mendekat kepada Allah”. Kita akan belajar dari surat Yakobus 4:1-10 tentang bagaimana kita bisa sungguh-sungguh mendekat kepada Allah dan apa yang diperlukan dari kita sebagai umat-Nya.
Makna "Mendekat kepada Allah" dalam konteks kehidupan iman sangat dalam dan mencakup beberapa aspek penting yang berkaitan dengan hubungan kita dengan Tuhan. Berikut adalah penjelasan makna tersebut:
Pertama, meninggalkan kehidupan yang duniawi (ay. 4). Mendekat kepada Allah juga berarti menjauhkan diri dari nilai-nilai dan keinginan duniawi yang sering kali bertentangan dengan kehendak Tuhan. Yakobus 4:4 menyebutkan bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah. Ini berarti kita perlu mengarahkan fokus hidup kita dari hal-hal materi, ambisi egois, dan kesenangan duniawi, kepada hal-hal yang bersifat rohani dan kekal.
Kedua, menjalani hidup dengan kerendahan hati (ay. 6). Yakobus 4:6 mengatakan bahwa Allah menentang orang yang sombong, tetapi mengasihi orang yang rendah hati. Oleh karena itu, mendekat kepada Allah berarti kita harus datang kepada-Nya dengan sikap rendah hati. Kerendahan hati ini melibatkan pengakuan atas keterbatasan kita, penyerahan atas kesombongan pribadi, dan bergantung pada kasih karunia-Nya. Sikap rendah hati membuka jalan bagi Allah untuk bekerja dalam hidup kita dan membawa kita lebih dekat kepada-Nya.
Ketiga, berserah diri dan tunduk pada kehendak Tuhan (ay. 7). Mendekat kepada Allah juga berarti berserah sepenuhnya kepada kehendak-Nya. Dalam Yakobus 4:7, kita diajarkan untuk tunduk kepada Allah dan melawan Iblis. Ketundukan ini melibatkan pengakuan bahwa kita tidak bisa mengandalkan kekuatan atau kebijaksanaan kita sendiri, melainkan kita perlu mengandalkan pimpinan Tuhan dalam setiap langkah hidup. Penyerahan ini mencakup kerelaan untuk menjalani hidup yang sejalan dengan kehendak-Nya, bukan kehendak kita sendiri.
Keempat, membangun hubungan yang lebih intim dengan Allah (ay. 8). "Mendekat kepada Allah" berarti memperkuat hubungan kita dengan Tuhan, layaknya hubungan yang dekat antara seorang anak dengan bapaknya. Ini mencakup komunikasi yang intim melalui doa, pembacaan firman Tuhan, dan merenungkan kehendak-Nya dalam hidup kita. Seperti halnya dalam Yakobus 4:8, "Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu," menunjukkan bahwa Allah selalu terbuka dan siap mendekat ketika kita mengambil langkah untuk mendekati-Nya.
Kelima, melepaskan dosa dan hidup dalam kekudusan (ay. 8). Mendekat kepada Allah mengharuskan kita untuk meninggalkan dosa dan berusaha hidup dalam kekudusan. Yakobus 4:8 mengatakan, “Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! Dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!” Ini berarti bahwa kita perlu membersihkan diri dari dosa-dosa yang menghalangi kita untuk lebih dekat dengan Tuhan. Hidup dalam kekudusan adalah syarat utama untuk mengalami kehadiran Tuhan yang lebih dalam.
Keenam, pertobatan dan perubahan hati (ay. 9). Mendekat kepada Allah juga berkaitan dengan pertobatan yang sejati. Ketika kita menyadari dosa-dosa kita, kita harus datang kepada Allah dengan hati yang penuh penyesalan dan kerinduan untuk diubah oleh-Nya. Dalam Yakobus 4:9, disebutkan pentingnya kesedihan dan penyesalan yang sejati atas dosa-dosa kita. Pertobatan yang sungguh-sungguh akan mengubah hati dan membawa kita lebih dekat pada kehendak Tuhan.
Makna "Mendekat kepada Allah" mencakup membangun hubungan yang lebih intim dengan Tuhan melalui doa, firman, dan ketaatan. Itu melibatkan meninggalkan dosa, hidup dalam kekudusan, berserah kepada kehendak Tuhan, meninggalkan duniawi, dan menjalani hidup dengan kerendahan hati serta pertobatan. Ketika kita sungguh-sungguh mendekat kepada Allah, Dia berjanji akan mendekat kepada kita, memberikan kasih karunia dan mengangkat kita dalam hidup yang berkenan kepada-Nya.
Pertanyaan kita sekarang bagaimanakah cara kita agar kitab isa mendekat kepada Allah? Untuk mendekat kepada Allah berdasarkan Yakobus 4:1-10, ada beberapa langkah penting yang harus kita lakukan:
Pertama, jangan dikuasai oleh nafsu duniawi (ay. 1-3).
Banyak pertengkaran dan konflik yang berasal dari keinginan kita yang tidak terpuaskan. Kita sering menginginkan hal-hal duniawi dan egois, yang menjauhkan kita dari Allah. Untuk mendekat kepada Allah, kita harus melepaskan diri dari keinginan duniawi dan mencari kehendak-Nya.
Kedua, jangan berteman dengan dunia (ay. 4-5).
Ayat ini menegaskan bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah. Kita harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam gaya hidup yang mencintai dunia lebih dari Tuhan. Prioritas hidup kita haruslah Tuhan, bukan keinginan duniawi.
Ketiga, merendahkan hati di hadapan Tuhan (ay. 6).
Allah menentang orang yang sombong tetapi memberikan kasih karunia kepada mereka yang rendah hati. Sikap rendah hati adalah kunci untuk mendekat kepada Allah. Kita harus mengakui kelemahan kita dan berserah kepada Tuhan.
Keempat, tunduk kepada Allah dan melawan Iblis (ay. 7). Mendekat kepada Allah berarti kita harus tunduk kepada-Nya dan menaati perintah-Nya. Selain itu, kita juga harus tegas melawan godaan dan tipu daya Iblis. Ketika kita melawan Iblis dengan iman, ia akan lari dari kita.
Kelima, membersihkan tangan dan menyucikan hati (ay. 8). Yakobus menekankan pentingnya pertobatan. Membersihkan tangan berarti bertobat dari perbuatan dosa, dan menyucikan hati berarti memperbaiki motivasi kita yang mungkin mendua. Dengan pertobatan yang sungguh-sungguh, kita bisa mendekat kepada Allah.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, kita dapat benar-benar mendekat kepada Allah dan mengalami kasih karunia serta kehadiran-Nya yang lebih nyata dalam hidup kita.
RENUNGAN
Apa yang hendak kita renungkan dalam Minggu ketujuh belas setelah Trinitatis ini? Dari tema “Mendekat kepada Allah” berdasarkan Yakobus 4:1-10, ada beberapa hal penting yang perlu kita refleksikan dalam kehidupan sehari-hari:
Pertama, sadarilah dari mana sumber masalah dalam hidup kita. Yakobus 4:1-2 mengajak kita merenungkan bahwa banyak konflik, baik dalam diri sendiri maupun dalam hubungan dengan orang lain, berasal dari keinginan-keinginan duniawi dan hawa nafsu yang tidak terpuaskan. Kita perlu merenungkan: Apa motivasi dari tindakan kita? Apakah kita hidup dengan egois, mengejar keinginan pribadi yang menjauhkan kita dari Tuhan dan orang lain? Apakah kita sering merasa iri atau tidak puas? Ketidakpuasan ini mungkin menjadi tanda bahwa kita lebih mengutamakan hal-hal duniawi daripada kehendak Allah.
Kedua, keintiman dengan Allah berbanding terbalik dengan kecintaan terhadap dunia. Yakobus 4:4 mengingatkan kita bahwa persahabatan dengan dunia berarti permusuhan dengan Allah. Dalam hidup kita, sering kali kita terjebak dalam kompromi, mencintai dunia dan keinginan-keinginannya. Pertanyaan yang harus kita renungkan: Apakah kita lebih sering mendahulukan nilai-nilai dunia daripada nilai-nilai rohani? Di mana kita mencari kebahagiaan dan kepuasan? Apakah dari materi, popularitas, atau hubungan duniawi, ataukah dari hubungan kita dengan Tuhan?
Ketiga, kerendahan hati sebagai kunci untuk mendekat kepada Allah. Dalam Yakobus 4:6, dikatakan bahwa Allah menentang orang yang sombong, tetapi mengasihi orang yang rendah hati. Kita perlu merefleksikan sikap hati kita:Apakah kita cenderung merasa lebih baik dari orang lain? Sering kali kesombongan muncul dari keinginan untuk merasa superior, padahal Tuhan memanggil kita untuk rendah hati. Seberapa sering kita berserah kepada Tuhan dalam kerendahan hati? Apakah kita bergantung pada kekuatan dan kebijaksanaan kita sendiri atau dengan rendah hati datang kepada Tuhan, mengakui bahwa kita membutuhkan-Nya?
Keempat, lawan godaan dan tinggalkan dosa. Yakobus 4:7-8 mengajarkan kita untuk melawan Iblis dan mendekat kepada Allah. Ini membutuhkan pertobatan dan kesadaran akan dosa. Hal yang perlu direnungkan: Seberapa sering kita kompromi dengan dosa-dosa kecil? Kita perlu merenungkan area dalam hidup kita di mana kita belum sungguh-sungguh menyerahkannya kepada Allah. Apakah kita aktif melawan godaan atau justru membiarkan dosa berakar? Melawan Iblis berarti berkomitmen untuk hidup dalam kebenaran, meskipun itu sulit.
Tema "Mendekat kepada Allah" bukan hanya tentang tindakan lahiriah, tetapi perubahan hati dan sikap batin. Mendekat kepada Allah mengharuskan kita untuk melepaskan kecintaan pada dunia, meninggalkan dosa, dan dengan rendah hati berserah kepada Tuhan. Allah menjanjikan kasih karunia dan kedekatan-Nya bagi mereka yang datang dengan hati yang bersih dan rendah hati. Karena itu, kotbah ini menantang kita untuk hidup lebih dekat dengan Tuhan, dengan integritas, kerendahan hati, dan ketaatan yang penuh kepada-Nya. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN