Renungan hari ini:
BERSUKARIA DI DALAM TUHAN
Yesaya 61:10a (TB) "Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku"
Isaiah 61:10a (NET) "I will greatly rejoice in the Lord”
Ada dua hal yang membuat Yesaya bersukaria di dalam TUHAN, yakni: pertama, karena TUHAN mengenakan pakaian keselamatan kepadanyadan kedua, karena TUHAN menyelubungi dirinya dengan jubah kebenaran. Dengan memiliki kedua pakaian dan jubah ini, maka hati Yesaya sangat bersukacita sebab dengan memakai pakaian dan jubah ini, dia pun bisa melayani dengan baik dan mengambil keputusan yang bijaksana.
Apakah makna dari pakaian keselamatan dan jubah kebenaran ini bagi kita sekarang? Pakaian keselamatan yang dari Allah menjadi dasar bagi kita untuk hidup di dalam kebenaran Allah. Allah memang mengaruniakan kehendak bebas dalam diri setiap manusia. Akan tetapi, aneh rasanya jika manusia yang telah diselamatkan-Nya, hidup semau-maunya! Dengan mengenakan pakaian keselamatan Allah, kita harus berjalan dalam kehendak Allah sebab kita telah diselamatankan-Nya. Jubah kebenaran maksudnya adalah agar kita menjadi pelaku kebenaran Allah di dunia ini. Kita harus mampu menegakkan kebenaran Allah di atas segala kebenaran yang ada. Jadi, pakaian keselamatan dan jubah kebenaran membuat umat Allah sungguh-sungguh mau menjadi alat di tangan Allah! Kita harus siap sedia kapan dan dimanapun untuk menjadi alat TUHAN menegakkan kebenaran TUHAN dan memberitakan keselamatan yang dari TUHAN.
Mengapa Tuhan memberikan jubah-Nya bagi kita? Karena pakaian yang kita pakai, tidak dapat membuat kita diterima masuk dalam hadirat-Nya. Sebab pakaian yang harus kita pakai agar bisa masuk dalam hadirat Allah adalah perilaku kita sendiri. Jika kita menyanyikan syair BEAM No. 27:2, "Songon dia pakeanku manopotkon Debata, Rodop toruk ni rohangku i do abit na tama, dung adong na songon i tumbuk au di Tuhanki” (Apakah pakaian yang seharusnya kupakai untuk menghadap TUHAN, sujud dan kerendahan hati, itulah pakaian yang terbaik. Jika itu sudah kupakai maka akupun layak di hadapan TUHAN).
Pemazmur menggambarkan bahwa manusia sering memakai kutuk sebagai bajunya. “Ia memakai kutuk sebagai bajunya — biarlah itu merembes seperti air ke dalam dirinya, dan seperti minyak ke dalam tulang-tulangnya” (Mzm.109:18). Itulah sebabnya Paulus menasihatkan kita agar kita mau menanggalkan pakaian kegelapan yakni perbuatan-perbuatan kegelapan yang melekat dalam dirikita. “Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang!” (Rm. 13:12).
Kita tidak dapat masuk ke hadirat-Nya dengan mengenakan pakaian (baca: perbuatan) kegelapan dan kutuk. Oleh karena itulah, Tuhan memberikan jubah-Nya. Jubah-Nya adalah standar dan syarat yang diperlukan agar kita bisa masuk diterima dalam hadirat-Nya. Jubah seperti apa yang Ia berikan? Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja. Hanya satu tenunan, tidak terlihat macam-macam, tidak terlihat cacat, melambangkan kekudusan hidup. Ditenun dari atas ke bawah, melambangkan ketaatan Tuhan Yesus kepada Bapa-Nya di atas, bahkan IA taat sampai mati di kayu salib.
Jika kita sudah memakai pakaian dan jubah yang dari TUHAN itu, maka kita akan bersukaria di dalam TUHAN, jiwakita bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran-Nya bagi kita. Karena itu, marilah kita juga menghargai hidup baru kita yang mengenakan pakaian keselamatan dan jubah kebenaran, dan tidak lagi mencemarinya dengan dosa yang kita nikmati. (rsnh)
Selamat memulai karya dalam Minggu ini