Selasa, 25 April 2023

Renungan hari ini: “AKU MENYEBUT KAMU SAHABAT” (Yohanes 15:15)

 Renungan hari ini:

 

“AKU MENYEBUT KAMU SAHABAT”



 

Yohanes 15:15 (TB2)  "Aku tidak lagi menyebut kamu hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya. Namun, Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku"

 

John 15:15 (NET) "I no longer call you slaves, because the slave does not understand what his master is doing. But I have called you friends, because I have revealed to you everything I heard from my Father"

 

Pernyataan Yesus yang dikutip Yohanes ini menarik untuk kita kupas. Yesus menggantikan sebutannya kepada muri-Nya dari sebutan “hamba” menjadi “sahabat”. Yesus menggantikan sebutan "hamba" menjadi "sahabat" kepada para murid-Nya karena Ia ingin menunjukkan bahwa hubungan antara diri-Nya dan para pengikut-Nya bukan hanya hubungan antara guru dan murid, melainkan hubungan yang lebih erat dan penuh kasih. Dalam hubungan yang erat ini, para murid-Nya tidak hanya menerima ajaran dari Yesus, tetapi juga berbagi kehidupan-Nya dengan mereka.

 

Dalam kebudayaan zaman itu, sebutan "hamba" digunakan untuk menyebut seseorang yang berada di bawah penguasa atau majikan. Sebagai hamba, seseorang harus tunduk dan patuh pada perintah majikannya tanpa ada ruang untuk berinteraksi secara personal. Namun, Yesus ingin menunjukkan bahwa hubungan-Nya dengan para murid-Nya tidak seperti hubungan antara majikan dan hamba, melainkan lebih seperti hubungan antara sahabat yang saling mengenal, saling mempercayai, dan saling mencintai.

 

Dengan menggunakan sebutan "sahabat", Yesus menunjukkan bahwa hubungan-Nya dengan para murid-Nya didasarkan pada kasih, kepercayaan, dan pengetahuan yang mendalam tentang kehendak Allah. Hubungan yang seperti ini memungkinkan para murid-Nya untuk terus belajar dan tumbuh dalam iman mereka, sambil saling mendukung dan memperkuat satu sama lain di dalam persekutuan mereka dengan Yesus dan dengan sesama Kristen. Persahabat dengan Yesus akan menghasilkan iman dan tindakan yang positif dan membangun.

 

Persahabatan yang menghasilkan buah-buah positif adalah persahabatan yang produktif dan konstruktif. Sebaliknya, persahabatan yang tidak membuahkan makna hanya akan menjadi pengisi waktu kosong belaka. Injil Yohanes 15:14 ingin membahasakan nada persahabatan Allah dan manusia sebagai berikut: “Telah kutunjukkan buah terbaik dari persahabatan-Ku – Kupasrahkan nyawa-Ku untukmu. Demikianlah cara-Ku mengasihimu. Teladanilah dan kasihilah sesamamu demikian pula” (bdk. 1 Yoh. 3:16; Ef. 5:1-2). Tentu saja undangan ini bukan untuk membuat para pengikut Yesus takut dan gugup. Undangan ini justru untuk menyemangati dan meyakinkan mereka bahwa jika mereka dapat melihat sejauh mana penderitaan yang harus dirasakan Allah demi keselamatan manusia, maka mereka tidak perlu lagi meragukan kasih-Nya. Di pihak lain, keyakinan menjadi sahabat Allah ini didasarkan pada saat kita bertekad menjadi rekan sekerja-Nya dalam mengasihi sesama. Inilah bentuk keintiman yang disampaikan dalam Injil Yohanes, yaitu persahabatan yang tidak “memperdayakan” (deceiving) tetapi justru “memberdayakan” (empowering). 

 

Yohanes 15:15 menjelaskan apa itu persahabatan yang “memberdayakan” (empowering). Di ayat ini, budak hanyalah piranti sang tuan untuk memenuhi segenap kebutuhannya. Budak bekerja sesuai perintah dan bukan dari keintiman dua orang sahabat. Namun, dalam hubungan persahabatan yang memberdayakan terjadi pembaharuan. Sang budak mungkin akan tetap menjadi budak, sedangkan sang tuan adalah pemiliknya. Namun, Yesus menggarisbawahi keabadian dari persahabatan yang ada di antara mereka, yaitu persahabatan yang memiliki motivasi agung dan berkelanjutan sifatnya. 

 

Pertanyaan kita sekarang adalah apakah makna pernyataan Yesus "Aku menyebut kamu sahabat” bagi kita? Ada beberapa makna dari pernyataan Yesus ini, yakni:

 

Pertama, dengan menyebut para murid-Nya sebagai "sahabat", Yesus menunjukkan bahwa hubungan antara diri-Nya dan para pengikut-Nya bukan hanya hubungan guru dan murid, tetapi juga hubungan yang erat dan penuh kasih. Yesus tidak hanya memberikan ajaran-Nya kepada para murid-Nya, tetapi juga berbagi kehidupan-Nya dengan mereka.

 

Kedua, Yesus menyatakan bahwa para murid-Nya adalah sahabat-Nya karena Ia telah memberitahukan kepada mereka segala sesuatu yang Ia dengar dari Bapa-Nya. Ini menunjukkan bahwa para murid-Nya tidak hanya menerima ajaran dari Yesus, tetapi juga memahami rahasia-rahasia kerajaan Allah yang hanya dapat diterima oleh orang-orang yang dekat dengan Allah.

 

Ketiga, pernyataan ini juga menunjukkan bahwa hubungan antara Yesus dan Bapa-Nya sangatlah intim dan bahwa Yesus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kehendak Bapa-Nya. Dengan memberitahukan segala sesuatu yang Ia dengar dari Bapa-Nya kepada para murid-Nya, Yesus memperlihatkan bahwa Ia adalah utusan Allah yang setia dan bahwa Ia memiliki kuasa untuk mengajarkan kebenaran Allah kepada orang-orang.

 

Memiliki sahabat sangatlah berarti dalam hidup, terlebih jika kita menjalin persahabatan dengan Tuhan. Selama ini mungkin kita hanya mengenal Yesus sebagai Bapa, Raja atau Juruselamat, namun apakah kita sudah mengenal Dia sebagai sahabat? Mungkinkah kita bersahabat dengan Tuhan? Sangat mungkin! Ayat nas menegaskan bahwa Tuhan menyebut anak-anak-Nya sebagai sahabat, sebab Ia ingin selalu dekat dengan kita; Dia ingin berbicara dari hati ke hati dengan kita, ingin bergaul karib dengan kita. Bahkan Ia memberikan nyawa-Nya untuk kita. Tapi kita sering menjauh dari-Nya dan tak pernah punya waktu untuk Dia. Menjadi sahabat Tuhan adalah bila kita melakukan apa yang Tuhan perintahkan! Karena itu, jadilah sahabat yang baik bagi TUHAN dan sesama manusia. (rsnh)

 

Selemat berkarya untuk TUHAN

 

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...