Sabtu, 18 September 2021

KOTBAH MINGGU XVI SETELAH TRINITATIS Minggu, 19 September 2021 “HIDUP DALAM DIDIKAN TUHAN” (Pengkotbah 10:10-15)

 KOTBAH MINGGU XVI SETELAH TRINITATIS

Minggu, 19 September 2021

 

“HIDUP DALAM DIDIKAN TUHAN”

Kotbah: Pengkotbah 10:10-15   Bacaan: Lukas 2:41-52




 

Minggu ini kita memasuki Minggu Keenambelas setelah Trinitatis. Tema yang akan kita renungkan adalah “Hidup dalam Didikan TUHAN”. Hidup dalam didikan Tuhan tentu merupakan suatu pengalaman hidup yang indah dan menyenangkan. Itulah sebabnya ada istilah yang mengatakan bahwa: "Pengalaman adalah guru terbaik". Artinya bahwa setiap kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam hidup kita memberi kita pelajaran yang sangat berharga. Hidup dalam didikan Tuhan pastinya menjadikan kita pribadi yang selalu bersyukur. Selain itu, hidup dalam didikan Tuhan membuat kita menjadi pribadi yang kuat karena ada pengalaman di masa lalu tentang pertolongan Tuhan. Dengan demikian, maka kita dapat berkata bahwa Tuhan mengalihkan yang paling susah menjadi kebajikan di jalan hidup kita.

 

Dalam perikope kotbah Minggu ini kita akan belajar beberapa hal mengenai bagaimanakah cara hidup dalam didikan TUHAN.

 

Pertama, kita harus mampu kerja cerdas, bukan sekedar kerja keras (ay. 10). "Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga, tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat." Maksudnya adalah kita harus mampu mempertajam kemampuan kita untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Salomo tidak hanya dikenal sebagai raja yang kaya, tapi ia penuh dengan hikmat. Inti dari kerja cerdas adalah bagaimana kita bisa menjadi jauh lebih produktif dalam waktu yang singkat. Ada banyak orang yang terjebak dalam pusaran kerja yang terlalu keras sehingga tidak bisa berhenti menyentuh pekerjaan sebab punya banyak pikiran tentang berbagai tugas yang harus dikerjakan. Kerja cerdas membantu menyeimbangkan hasil pekerjaan kita, memicu diri kita untuk terus memperbesar kapasitas kita sebagai individu.

 

Jika kita tidak berpikir apa yang akan kita alami dan mempertajam pendekatan kita, berpikir dengan seksama bagaiamana kita melakukan sesuatu, kita hanya akan membuang banyak usaha dan menemukan diri kita lelah dalam proses. Tapi orang bijak, mengerti kebutuhan akan ketajaman dan kejelasan, akan mengasah pikirannya sebelum mencoba melakukan sesuatu dan berhasil.

 

Kedua, hindari kehancuran dengan melakukan pencegahan (ay. 11). Jangan mencari nasihat atau pertolongan untuk memperbaiki situasi setelah itu terjadi. Sediakanlah payung sebelum hujan datang. Cari nasihat pada orang yang bisa mengamankan situasi, seorang yang bisa menenangkan ular yang ada dalam kita semua, sebelum kita masuk ke dalam masalah. Itulah maksudnya berhikmat. Betapa praktisnya hal ini! 

 

Ketiga, jagalah mulut kita (ay. 12-14). Ada banyak orang yang kerjanya banyak ngomong. Mulutnya hanya menggosipi orang, membicarakan hal-hal yang tak berguna. Ada pepatah yang mengatakan “Tong kosong nyaring bunyinya”.Maksudnya orang yang banyak bicara menununjukkan bahwa dirinya adalah orang tidak punya pengetahuan yang banyak. Menurut Salomo, orang yang banyak bicara itu adalah orang bodoh. Sebenarnya ada alasan orang yang banyak bicara, yakni:

 

a. Menutupi ketidaktahuannya. Mereka yang memilih banyak bicara, mungkin hanya menutupi ketidaktahuannya. menjadi sok tahu padahal sebenarnya tidak tahu. memberi komentar walau hal tersebut tidaklah diharapkan. kadang, dunia ini memang lucu bila kita pikirkan secara merenung.

b.  Merasa ingin berharga. Orang yang banyak bicara mungkin ingin diakui keberadannya saja. mereka yang tadinya tidak dianggap ada, sekarang terlihat karena benyak bicara yang keluar dari mulutnya. walau kadang. apa yang mereka katakan tidak sejalan apa yang sedang dibahas, namun itu sudah cukup membuatnya merasa berharga dimata orang lain.

 

Keempat, bekerjalah sesuai aturan yang ada (ay. 15). Sangat bodoh jika kita lelah dengan pekerjaan. Apakah kita menyadari bahwa ketika kita terlalu banyak bekerja, kita sedang memainkan peran sebagai Tuhan? Kita berusaha meyakinkan diri bahwa segalanya bergantung pada dirikita dan segalanya akan hancur jika kita tidak bisa membuat dunia berputar. Itu tidak benar! Kita bukan pengatur alam semesta. Alam semesta tidak akan hancur jika kita tidak mengurusnya. Tuhan yang mengendalikannya. Seringkali kita melakukan ini pada dirikita karena berusaha untuk menyenangkan semua orang. Namun, hari ini kita belajar bahwa kita tidak bisa menyenangkan semua orang. 

 

Ketika kita hidup untuk ekspektasi orang lain, kita menumpuk banyak “keharusan” di pundak kita. Kita mungkin berpikir “Saya harus bekerja lebih giat,” “Saya harus aktif seperti orang lain,” “Saya harus menjadi sukarelawan untuk proyek ini.” Tanpa sadar, hal ini memaksa kita melakukan hal-hal itu. Bekerja berlebihan adalah pilihankita, kita memilih untuk bekerja ekstra atau tidak. Kita juga memilih konsekuensi yang datang dengan pilihan itu sendiri.

 

Ketika kita menyangkal kemanusiaankita dan mencoba melakukan semuanya, kita telah merampok kemuliaan Tuhan. Alkitab mengatakan ini dalam 2 Korintus 4: 7 "Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami." Paulus mengingatkan kita bahwa kita adalah manusia. Manusia lemah dan rapuh. Pot tanah liat mudah pecah. Jika kamu menjatuhkannya, ia akan pecah. Pot tanah liat harus ditangani dengan tepat dan hati-hati. Jika tidak, mereka akan hancur.

 

Tetapi kabar baiknya adalah, melalui kelemahan kita, kekuatan dan kemuliaan Tuhan bersinar. Kemanusiaan kita bukanlah sesuatu yang harus disembunyikan. Sebaliknya, kita dapat merasakan kuasa Tuhan bekerja melalui keterbatasan kita.

 

RENUNGAN

Apa yang bisa kita renungkan dalam Minggu keenam belas Trinitatis ini?

 

Marilah kita berjuang untuk hidup dalam didikan TUHAN. Hindarilah menganggap enteng didikan TUHAN dengan sikap yang tidak benar seperti: mengeraskan hati, mengeluh, mengkritik, ceroboh, dan putus asa karena didikan itu.

 

Orang yang tidak "menganggap enteng" didikan Tuhan, akan membuat hidup kita lebih Bahagia. Kita semakin punya waktu untuk memuji TUHAN, mensyukuri apa adanya hidup kita, bekerja dengan sukacita tanpa melelahkan jiwa dan raga. Hidup dengan sederhana dan terus memuliakan TUHAN.

 

Hidup di dalam didikan TUHAN pasti membuat kita semakin menjaga perkataan kita. Kita tidak perlu banyak bicara, tetapi perlu banyak bertindak nyata menolong orang yang lemah, memberikan dukungan pada pengembangan Kerajaan TUHAN di dunia ini. Perkataan kita menjadi berkat bagi kita dan sesama, dan memuliakan TUHAN. Karena itu, hiduplah dalam didikan TUHAN sepanjang masa. (rsnh)

 

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...