Sabtu, 26 Desember 2020

KOTBAH SETELAH NATAL Minggu, 27 Desember 2020 “PUJIAN HANYA BAGI TUHAN” (Mazmur 148:1-14)

 KOTBAH SETELAH NATAL

Minggu, 27 Desember 2020

 

“PUJIAN HANYA BAGI TUHAN”

Kotbah: Mazmur 148:1-14 Bacaan: Yesaya 61:10-62:3


 

Minggu ini kita memasuki Minggu Setelah Natal. Tema yang akan kita bahas adalah “Pujian hanya bagi TUHAN”.Pujian adalah ungkapan hati penuh sukacita dan ucapan syukur kepada Tuhan karena kasih setia-Nya, kebaikan-Nya, anugerah-Nya, pertolongan-Nya, kemenangan-Nya dan perbuatan-Nya yang ajaib

 

Mazmur 148 ini ditulis sesaat setelah kepulangan bangssa Israel dari pembuangan di Babel. Di dalam kesibukan mereka sehubungan dengan pembangunan kembali Yerusalem dan Bait Allah serta berbagai segi kehidupan, mereka lupa memuliakan Tuhan. Waktu mereka hanya dipakai untuk merestorasi dan membenahi tanah leluhur mereka sampai mereka lalai bahwa kewajiban mereka adalah meninggikan Allah yang telah membawa mereka keluar dari pembuangan. Inilah yang melatarbelakangi penulisan Mazmur pasal 148 yang mengingatkan mereka kembali bahwa semua yang mereka alami hanya oleh karena Tuhan dan jangan sekali-kali abai untuk memuji-Nya.

 

Jika kita mendalami Mazmur ini, maka kita akan menemukan dua bagian ajakan untuk memuji Allah, yakni: 

 

Pertama, ajakan memuji Tuhan untuk segala yang ada di langit hingga sorga (ay. 1-6). Bagian ini adalah undangan kepada seluruh ciptaan Allah yang ada di langit bahkan di atas langit, di sorga, untuk meninggikan Tuhan. Malaikat-malaikat, bala tentara, adalah ciptaan Tuhan yang ada di surga. Benda-benda penerang dan segala yang ada di langit memiliki panggilan dan sama yakni kewajiban untuk memuji dan memuliakan Allah. Semua unsur ciptaan Tuhan yang ada di semesta bagian ini tidak luput dari ketentuan memuji Allah. Segala ciptaan yang ada di bagian ini, berdasarkan eksistensinya berada di atas manusia. Walaupun presensi mereka di tempat tinggi, pemazmur menyatakan bahwa Tuhan masih tetap tertinggi dari mereka. “Pujilah Tuhan di sorga, pujilah Dia di tempat tinggi!” (ay. 1) adalah ajakan kepada semua penghuni sorga sekalipun mereka bersama-sama dengan Allah, namun pada hakikatnya mereka hanyalah ciptaan sehingga patut memuliakan-Nya.

 

Matahari, bulan, dan bintang, adalah ciptaan Allah yang berda di langit.  Bagi seluruh umat manusia, benda-benda angkasa ini sangatlah vital dalam kehidupan. Tanpa matahari siklus musim akan berubah sehingga akan merusak seluruh sistem tata surya kita. Ketiadaan sinar matahari akan menghambat begitu banyak proses pertumbuhan unsur-unsur kehidupan di bumi. Matahari menjadi satuan paling dasar untuk menentukan waktu di bumi. Tanpa gravitasi bulan, bumi akan terganggu. Bulan telah memengaruhi budaya, bahasa, ilmu pengetahuan, dan seni. Bintang-bintang yang tersusun dalam berbagai jenis konstelasi atau rasi mampu memberi tanda kepada manusia akan eksistensi ciptaan lain di luar bumi. Karena sangat besar pengaruh mereka kepada bumi, manusia sering menganggap benda-benda angkasa ini sebagai yang tertinggi dan lupa akan Allah yang menciptakan mereka semua. Namun Mazmur 148 bagian pertama mengingatkan kembali bahwa sekalipun mereka berada di atas dan sangat vital bagi manusia, mereka juga wajib memuliakan Tuhan. Hal ini juga menjadi peringatan bagi manusia bahwa tidak ada satu unsurpun yang ada di atas langit yang berkuasa selain Allah. Bahwa di langit dan di atas langit adalah juga wilayah otoritas Tuhan, sehinnga kepujian hanyalah untukNya.

 

Kedua, ajakan memuji TUHAN untuk segala yang ada di bumi (ay. 7-14). Pemazmur menguraikan secara detil segala ciptaan di bumi untuk memuliakan Tuhan dimulai dari ular naga dan samudera raya. Mereka adalah simbol bagian kuasa yang mengacaukan dan merusak bumi. Mereka juga mewakili kehidupan di bawah bumi. Selain itu, naga juga dilambangkan sebagai ciptaan Tuhan yang memberontak pada-Nya. Namun pada kenyataannya, mereka juga memiliki kewajiban yang sama dengan makhluk lainnya yakni meninggikan Tuhan. Ciptaan Allah yang lain yang menjadi penopang bagi kehidupan manusiapun tidak lepas dari tuntutan memuji Tuhan. Sekalipun bagi manusia mereka sangat penting, namun pemazmur mengingatkan kepada manusia bahwa mereka hanyalah ciptaan. Seberapapun pentingya mereka yang menopang kehidupan kita tidak pernah layak untuk menggantikan tempat Allah sebagai pribadi yang pantas menerima pujian kita. Hanya Allah sendiri yang layak untuk ditinggikan.

 

Ciptaan terakhir yang disebut dalam ajakan pemazmur adalah manusia (ay. 11-12). Pemazmur memulainya dengan menyebut “raja-raja di bumi dan segala bangsa, pembesar-pembesar dan semua pemerintah dunia”. Ini adalah gambaran pemazmur bagi kita yang mewakili semua golongan manusia di buka bumi. Dengan tidak memandang latar belakang, kedudukan, usia, status sosial, gender, dan pencapaian kita, pemazmur mengingatkan kesadaran kita sebagai manusia bahwa tidak ada yang membedakan kita di hadapan Allah. Kita memiliki tugas dan kewajiban yang sama sebagai ciptaan untuk memuji Tuhan. Segala yang mewakili keberadaan kita sebagai manusia bukanlah ukuran untuk meninggikan diri dan manusia lainnya. Keberadaan kita adalah bukti bahwa Allah benar-benar ada. Dia adalah pencipta yang ajaib sehingga segenap ciptaan-Nya wajib menyatakan syukur dan terima kasih lewat puji-pijian kepada-Nya.

 

Timbul pertanyaan kita sekarang mengapa seluruh alam semesta wajib memuji dan menyembah Allah? Ada beberapa alasan mengapa seluruh alam semesta wajib memuji dan menyembah Allah, yakni:

 

Pertama, karena Allah adalah pencipta (ay. 5). Melalui Firman-Nya, Ia menjadikan semua, termasuk kita manusia. Adalah pantas bagi sebuah ciptaan untuk bersyukur kepada penciptanya. Tidak sampai di situ, jika ciptaan itu masih ada, ia harus bergantung kepada Sang Pencipta itu. Hal yang bertolak belakang dengan kenyataan hidup  kita bahwa kita masih sering mengabaikan Allah. Manusia masih suka bergantung kepada ciptaan lain yang sifatnya hanya sementara seakan-akan Allah tidak pernah ada. Kita sering mengganti posisi Allah dengan ciptaan lainnya sehingga kita lalai memuliakan Tuhan. Kita boleh menerima segala ciptaan yang baik yang Tuhan berikan bagi kita di alam semesta. Namun bukan berarti mereka dapat menggantikan Allah dalam kehidupan kita. Hanya Allah saja tempat kita menggantungkan harapan hidup, bukan ciptaanNya.

 

Kedua, karena kita telah mengalami kasih dan penebusan Allah (ay.13-14). Manusia, sebagai bagian dari alam, telah dikhususkan Tuhan. Ia telah menjadikan kita sebagai biji mata-Nya. Artinya, manusia telah mengalami tindakan kasih Allah secara nyata dalam hidupnya. Segala yang dilakukan Allah adalah hanya untuk kebaikan manusia semata. Karya penciptaan hingga penebusan Allah kepada manusia adalah bukti nyata dan alasan bagi kita untuk memuji-Nya. Penebusan yang dilakukan-Nya mengorbankan tubuh dan darah-Nya sendiri hanya  untuk keselamatan manusia. Jika kita telah mengalami kasih Allah yang demikian maka tidak ada alasan bagi kita dan segenap ciptaan untuk berdiam diri. Setiap saat dalam hidup harus kita pakai sebagai kesempatan untuk memuliakan Allah sebagai wujud ungkapan syukur kita kepada-Nya. Kita memuji-Nya di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Tidak ada yang dapat menggantikan-Nya sebagai pribadi yang layak disembah. Dengan demikian maka kita sebenarnya mengaku bahwa Allah adalah pencipta dan tempat kita bergantung sehingga muncul kesadaran akan tanggungjawab untuk memelihara alam semesta dan segala ciptaan-Nya. Jika kita sudah mengakui bahwa segala sesuatu di dalam alam raya dijadikan-Nya, maka dengan sendirinya kita akan memiliki bagian untuk melestarikan lingkungan serta mengajanya senantiasa. Dengan terjaganya setiap ciptaan maka aka nada keseimbangan ekosistem yang di dalamnya termasuk kita manusia. Keseimbangan alam semesta inilah yang mempengaruhi kehidupan kita di bumi selanjutnya.

 

Segenap alam semesta dan isinya adalah buah karya tangan Allah yang maha kuasa. Segala yang ada di sorga, di atas langit, di langit, di bumi dan di bawah bumi begitu ajaib dijadikan-Nya. Semuanya diciptakan-Nya untuk memuliakan-Nya. Oleh karena itu, tidak boleh ada satupun ciptaan-Nya yang berdiam diri. Seluruhnya harus memuliakan nama-Nya dengan kapasitas masing-masing dan cara yang Allah kehendaki.

 

RENUNGAN

Pada minggu setelah Natal ini, marilah kita dan segenap alam semesta memuji Allah, bukan hanya dengan mulut kita, namun dengan segala aspek dan dimensi kehidupan kita khususnya lewat alam sekitar. Kita bisa memuji-Nya lewat memelihara alam semesta. Menjaga kebersihan lingkungan sekitar dan tidak membuang sampah di sembarang tempat juga merupakan hal kecil bentuk pujian kepada Allah. Karena itu, pujilah TUHAN dengan segala tindakan yang menjaga alam ciptaan TUHAN. (rsnh)

 

Selamat Beribadah dan Menikmati Lawatan TUHAN!

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...