Senin, 17 Mei 2021

Renungan hari ini: “JANGANLAH KAMI BODOH” (Efesus 5:17)

 Renungan hari ini:

 

“JANGANLAH KAMI BODOH”




 

Efesus 5:17 (TB) "Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan"

 

Ephesians 5:17 (NET) "For this reason do not be foolish, but be wise by understanding what the Lord’s will is"

 

Salah satu penyakit manusia adalah kebodohan. Biasanya orang bodoh selalu bertindak dan berlagak sok pintar. Sebenarnya dirinya tidak tahu persis apa yang seharusnya, tetapi dirinya bertindak seolah-olah dia maha tahu semuanya. Menghadapi orang bodoh itulah paling berat di dunia ini (Ams. 27:3). Bagi Paulus persoalan bodoh ini penting dibahas. Itu sebabnya ia menyebutkan supaya kita tidak menjadi bodoh, tetapi kita harus mengerti kehendak Tuhan. Perhatikanlah. Lawan dari kebodohan di hadapan Tuhan bukanlah kepandaian dalam berpikir, berprestasi serta penuh gelar di bidang akademis atau memiliki pengetahuan yang luas mengenai berbagai macam hal di dunia ini. Bahkan lawan dari bodoh, di pemandangan Tuhan, bukanlah menjadi jenius. Lawan bodoh menurut Paulus adalah mengerti kehendak TUHAN.

 

Seseorang tak lagi bodoh di mata Tuhan ketika ia memahami kehendak Allah. Dengan demikian tidak semua orang pandai itu pandai menurut Allah. Tidak semua orang berpengetahuan itu berhikmat di pemandangan Tuhan. Orang yang diakui secara luas sebagai orang bijak dan memiliki pengetahuan yang mumpuni di bumi belum tentu berpengertian menurut ukuran Kristus.

 

Untuk tidak menjadi bodoh selama hidup kita di dunia, kita memerlukan satu hal mendasar yang harus ada di hati kita yaitu: kita mengetahui kehendak ALLAH bagi hidup kita. Itulah sebabnya dikatakan oleh Salomo bahwa "permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian" (Ams. 9:10) dan "takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan" (Amsal 1:7). Tanpa pengenalan akan Tuhan, manusia tetaplah makhluk-makhluk yang berada dalam kebodohan dan tinggal di sana sampai pada kebinasaannya -sekalipun mereka merasa pandai dan bijak. Hanya dengan mengenal Dia yang menyatakan diri melalui kehadiran Yesus Kristus maka manusia menemukan hikmat yang sejati, juga jati dirinya di mana kemudian  hidupnya berada di jalur yang benar sesuai tujuan penciptaan-Nya.

 

Yang dikehendaki TUHAN dari kita adalah kita mengerti kehendak-Nya.  “Mengerti” yang dimaksud berasal dari kata Yunani yang artinya "menyusun atau mengumpulkan bersama-sama" yang juga berarti "menata atau menyusun bersama-sama dalam pikiran". Dari sini kita dapat memperkirakan seperti bagaimana sesungguhnya seseorang akhirnya beroleh pengertian itu:

1)    ia harus memiliki bukan hanya satu melainkan beberapa atau banyak data untuk disusun; 

2)    berusaha untuk memahami merupakan suatu proses yang terkadang cukup panjang; jarang terjadi secara spontan atau tiba-tiba meskipun tampak seperti itu; 

3)    ia harus merangkaikan satu persatu dengan mempertimbangkan semuanya secara tepat dan benar sehingga susunan yang terbentuk benar dan jelas; 

4)    apa yang terbentuk atau disatukan dalam pikiran itu sebaiknya dicocokkan kembali dengan cara dikomunikasikan dengan yang lain supaya tercapai suatu pengertian yang lebih akurat atau lebih tajam

 

Menggunakan poin-poin pengertian di atas dalam hubungannya dengan memahami kehendak Tuhan maka jelas bahwa sekalipun mengetahui kehendak Tuhan itu dimungkinkan tetapi prosesnya bukan seperti membalikkan telapak tangan begitu saja. Memahami pribadi orang yang telah hidup bersama-sama dengan kita berpuluh tahun lamanya terasa sukar, lebih-lebih memahami jalan-jalan Tuhan yang tak terselami dan penuh misteri itu. Itu sebabnya kita senantiasa memerlukan pertolongan Roh Kudus, roh hikmat dan wahyu itu untuk menolong kita mengenal Tuhan dengan benar dan memimpin kita kepada seluruh kebenaran sejati (Ef. 1 :17; Yoh. 16:13).

 

Sungguh berbahaya ketika dengan gampangnya (tanpa menguji dan menyelidiki diri dengan seksama) seseorang mengklaim menerima petunjuk dari Tuhan, menerima pesan khusus dan pribadi dari Tuhan lalu mengaku sebagai seseorang yang menyampaikan kehendak Tuhan di mana ia kemudian dianggap mengerti akan kehendak Tuhan. Kenyataannya, untuk menangkap apa yang menjadi kehendak Tuhan seringkali memerlukan perenungan yang mendalam, dengan menyelidiki dan mencocokkan apa yang kita terima dengan ajaran dan prinsip firman Tuhan yang benar, juga dengan menghubungkan dengan tepat pada situasi dan keadaan kita sekarang lalu mengujinya kembali dalam doa serta melakukan diskusi dengan rekan-rekan di dalam Tuhan yang juga tulus mencari kehendak Tuhan. Membayangkan ini sepertinya proses yang dilalui tampak terlalu lama namun dengan berjalannya waktu, kita akan semakin terlatih untuk bergerak secara roh seiring makin pekanya kita akan kehadiran dan gerakan Tuhan di hati dan roh kita maupun kedalaman pengenalan kita akan jalan-jalan Tuhan (Ibr. 5:14). Karena itu hindarilah kebodohan tetapi teruslah belajar mengerti kehendak TUHAN setiap hari. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...