Minggu, 22 Maret 2020
Kotbah: Mazmur 69:30-36 Bacaan: 1Petrus 4:12-19
Minggu ini kita memasuki Minggu Letare (bersukacitalah senantiasa bersama-sama Yerusalem – Yes. 60:10a). Dalam memasuki dan menjalani minggu ini kita akan dikuatkan dan diarahkan Firman Tuhan dengan tema “Sukacita dalam TUHAN”. Kita bersukacita karena menerima kasih karunia Allah yang sangat luar biasa. “Kasih karunia” (grace) adalah pemberian, diberikan kepada mereka yang tidak layak menerimanya.
Gambaran Alkitab tentang sukacita sangat berbeda dengan gambaran populer tentang bahagia. Banyak orang mengaitkan kebahagiaan dengan kesenangan dan kenyamanan yang bersumber dari situasi hidup yang baik.Tidak heran, kebahagiaan dipandang sebagai antonim dari kesusahan.
Tidak demikian dengan konsep Alkitab tentang sukacita. Sukacita bukan lawan dari kesusahan hidup. Orang Kristen tetap dapat bersukacita di tengah berbagai ujian hidup yang menyusahkan (Yak. 1:2-3 “kebahagiaan” = lit. “sukacita”; “pencobaan” = lit. “ujian”). Kita bahkan bermegah di dalam penderitaan (Rm. 5:3). 1 Petrus 1:6 memberikan nasihat: “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan” (lit. “bergembiralah” = lit. “bersukacitalah”). Paulus malah mengucapkan sebuah paradoks yang indah: “sebagai orang yang berdukacita, namun senantiasa bersukacita” (2 Kor. 6:10). Inilah keunikan sukacita Kristiani!
Jika memang sukacita Kristiani begitu luar biasa seperti itu, mengapa ada banyak orang yang mengaku Kristen dan rajin beribadah tetapi hidupnya terbelenggu oleh kesedihan, kekecewaan, dan kepahitan? Apa yang salah dengan situasi ini? Bagaimana menikmati sukacita yang sejati?
Dalam Mazmur 69 ini sering dipandang sebagai Mazmur tentang Mesias karena di bagian Mazmur ini berisi tentang seruan Daud minta tolong sejajar dengan penderitaan Mesias/Kristus. Mereka yang membenci Daud serupa dengan mereka yang membenci Kristus, seperti dinyatakan pada ayat 5, "Orang-orang yang membenci aku tanpa alasan lebih banyak dari pada rambut di kepalaku." Cinta Daud dalam ayat 10 "sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku," dikaitkan oleh para murid dengan Kristus untuk menjelaskan pembersihan Kristus di Bait Allah (bnd. Yoh. 2:17). Dalam Mazmur 69:22 Daud mengatakan "Bahkan, mereka memberi aku makan racun, dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam." Ini dihubungkan dengan cuka (anggur asam) yang diberikan kepada Kristus di kayu salib (bnd. Mat. 28:48, Mrk. 15:36, Luk. 23:36).
Mazmur ini ditutup dengan puji-pujian pada ayat 30-37, langit dan bumi diajak memuji Tuhan untuk kelepasan yang pasti, hal ini menyiratkan permohonan terhadap kelepasan dari kesengsaraan itu pasti akan dikabulkan.
Mazmur 69, walaupun bukan nubuat langsung, tetapi bagian-bagian ini dapat ditafsirkan secara khas dengan Kristus.
Dari Mazmur 69 ini ada beberapa pelajaran yang hendak kita renungkan bersama, yakni:
Pertama, TUHANlah tempat perlindungan kita (ay. 30). Ketika kita mengalami ketertindasan dan kesakitan, maka hanya TUHANlah tempat perlindungan kita. Perlindungan manusia terbatas adanya, tetapi perlindungan TUHAN tak terbatas adanya. Di tengah badai Covid 19 yang mewabah saat ini kita harus meyakini bahwa TUHANlah yang menjadi tempat perlindungan kita. Penyebaran virus Corona yang tidak bisa terdeteksi dengan kasat mata manusia, pastilah TUHAN tahu cara mengatasinya dan cara itu akan ditransformasikan-Nya bagi setiap orang yang berseru kepadanya.
Kedua, TUHAN mendengarkan seruan orang-orang miskin dan Ia tidak memandang hina orang yang dalam tawanan (ay. 34). Pemazmur hendak menyatakan bahwa TUHAN membesarkan hati orang kecil dan menderita tetapi tetap percaya dan berharap pada Allah karena ia yakin Tuhan akan membebaskan orang kecil yang tertindas yang mohon pertolongan Allah (ay. 33-34). Gambaran orang miskin ini adalah gambaran orang yang lemah dan tertindas yang terbatas kemampuannya dalam mengatasi setiap pergumulan hidupnya. Bagi orang yang berserah kepada TUHAN, maka TUHAN akan menolong mereka.
Pandemi virus Corona yang mendunia ini membuat seluruh dunia berseru kepada TUHAN. Virus Corona menunjukkan pada kita bahwa kita adalah manusia yang sangat lemah. Hanya molekul kecil virus Corona bisa membuat dunia ketakutan. Di mana-mana tempat suci keagamaan sepi, tempat wisata sepi, hotel-hotel sepi, mall-mall sepi bahkan banyak kota sudah “lock down”. Manusia memiliki keterbatasan di hadapan ALLAH. Manusia sendiri sulit menghadapi molekul kecil ini. Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak boleh menyepelekan orang-orang kecil di tengah-tengah kita. Sebab ALLAH bisa melakukan kehendak-Nya melalui orang-orang kecil atau benda-benda dan makluk-makhluk kecil untuk menegur dan menghajar kita agar kembali kepada-Nya.
Ketiga, memuji-muji Nama ALLAH di tengah masa-masa sulit (ay. 31-32). Hal yang menarik dari pengalaman pemazmur adalah di kala ia mengalami ketertindasan dan kesakitan, pemazmur berusaha untuk terus memuji-muji nama ALLAH. Keyakinan pemazmur ialah bahwa dengan memuji-muji TUHAN maka itu bagi pemandangan ALLAH lebih baik daripada sapi jantan dan lembu jantan. Artinya, pujian yang kita nyanyikan untuk TUHAN lebih berharga daripada sapi dan lembu jantan di hadapan TUHAN. Pemazmur yakin bahwa pujian jauh lebih baik daripada korban bakaran (ay. 32).
Pemazmur juga mengajak seluruh alam semesta dalam lagu pujiannya kepada Allah (ay. 35), karena Allah adalah penyelamat (ay.36). Allah akan membangun kembali kota-kota Yehuda, lambang pemulihan. Itu akan menjadi warisan agung dan abadi bagi keturunan mereka untuk selamanya. Yang berdiam di sana adalah orang yang mencintai namaNya (ay. 37).
Dengan memuji-memuji TUHAN jiwa kita akan terasa tenang dan aman. Kita bisa merasakan kenyamanan dalam menghadapi virus Corona ini jika TUHAN bersama dengan kita. Keberadaan TUHAN di samping kita ditentukan pujian dan syukur kita kepada-Nya. Saat kita memuji dan menyembah-Nya di setiap rumah kita maka kita pun akan merasakan ketenangan. Ibadah di rumah-rumah adalah juga bagian dari ibadah bersama di Gereja. Jika ibadah di rumah kita menjadi ibadah yang baik dan berkualitas, maka ibadah di Gereja merupakan sebuah perayaan iman bersama dengan seluruh umat percaya lainnya. Walau kita beribadah di rumah itu tidak menghilangkan kualitas ibadah kita. TUHAN berfirman, “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Mat. 18:20). Ibadah di rumah akan merekatkan iman keluarga kepada TUHAN. Persekutuan keluarga semakin diperkuat. Iman keluarga yang kuat akan membuat Gereja semakin kuat. Jadi, marilah menikmati persekutuan dengan TUHAN di dalam ibadah keluarga kita masing-masing. (rsnh)
Selamat beribadah di rumah kita masing-masing dan menikmati lawatan TUHAN