Senin, 19 Juli 2021

Renungan hari ini: “ANAK ADALAH AHLI WARIS” (Roma 8:17)

 Renungan hari ini:

 

“ANAK ADALAH AHLI WARIS”




 

Roma 8:17 (TB) "Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia."

 

Romans 8:17 (NET) "And if children, then heirs (namely, heirs of God and also fellow heirs with Christ) – if indeed we suffer with him so we may also be glorified with him"

 

Dalam bacaan nas bacaan hari ini, Paulus dengan tegas berkata bahwa setiap kita yang adalah anak-anak Tuhan adalah ahli waris. Seorang ahli waris berhak untuk menerima segala janji-janji Allah, juga kemuliaan bersama Tuhan nantinya. Hak ini membuat status kita sebagai orang percaya menjadi sangat istimewa dan berharga. 

 

Pertanyaannya adalah apakah semua orang Kristen disebut sebagai anak-anak Allah? Jelas dalam Alkitab dinyatakan bahwa semua orang itu ciptaan Allah (Kol. 1:16), namun hanya mereka yang sudah terlahir kembali yang disebut anak-anak Allah (Yoh. 1:12; Yoh. 11:52; Rm. 8:16; 1 Yoh. 3:1-10). Dalam Alkitab, mereka yang terhilang tidak pernah disebut sebagai anak-anak Allah. Efesus 2:3 memberitahu bahwa sebelum seseorang diselamatkan “pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai.”  Roma 9:8 menyatakan bahwa “Bukan anak-anak menurut daging adalah anak-anak Allah.” Bukannya dilahirkan sebagai anak-anak Allah, kita malah dilahirkan dalam dosa, yang memisahkan kita dari Allah dan membuat kita berpihak dengan Iblis, yang adalah musuh Allah (Yak. 4:4; 1 Yoh. 3:8). 

 

Kita menjadi anak-anak Allah ketika kita diselamatkan karena kita diangkat menjadi keluarga Allah melalui hubungan dengan Yesus Kristus (Gal. 4:5-6; Ef. 1:5). Ini dapat dilihat dengan jelas dalam ayat-ayat seperti Roma 8:14-17, “Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah.  Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” Mereka yang diselamatkan itu “anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus” (Gal. 3:26) karena Allah telah “menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya” (Ef. 1:5).

 

Sesungguhnya hak ini sangatlah besar dan berharga, sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mengucap syukur dan fokus kepada kehendak Allah. Tetapi kita juga harus mengerti bahwa ada ciri atau syarat yang harus dipenuhi sebagai ahli waris.

 

Pertama, hidup kita harus dipimpin oleh Roh Allah (ay. 14). Satu- satunya cara membuktikan bahwa kita adalah anak Tuhan adalah dengan menunjukkan buah Roh melalui hidup kita. Tuhan memberikan Roh kudus sebagai materai dan jaminan kita sebagai anak Allah (2 Kor. 1:21-22).  Tanpa Roh Kudus, kita bukanlah anak Tuhan, sebab anak Tuhan hidup dalam Roh. Mereka yang hidup dalam Roh, tidak lagi hidup menurut daging. Mereka yang hidup dalam roh tidak lagi memikirkan hal-hal yang dari daging (ay. 5), seper ti percabulan, kecemaran, hawa nafsu, perseteruan, perselisihan dan lain-lain (Gal. 5:19-21). Ketika kita dipimpin oleh Roh Allah, yang menjadi fokus hidup kita adalah Kristus, bukan lagi diri sendiri (Gal. 2:20). Ibarat sinar mercusuar yang membimbing kapal laut, sehingga terhindar dari karang-karang yang dapat menyebabkan karam, demikianlah Roh Kudus memimpin kita ke dalam hidup dan menghindarkan dari maut.

 

Kedua, hidup kita harus menjadi kesaksian yang memuliakan Tuhan (ay. 16). Sebagaimana kita disebut anak-anak Allah, sikap dan perkataan kita juga harus mencerminkan Bapa kita di surga. Akhir-akhir ini, banyak sekali orang kristen yang mengaku anak Tuhan, tetapi hidupnya menjadi batu sandungan. Bahkan di kalangan pelayan Tuhan, hidup mereka juga tidak memuliakan Tuhan, melainkan mereka membangun kerajaannya sendiri, bukan kerajaan Allah. Seringkali inilah yang akhirnya mencemarkan nama Tuhan. Sebagai anak, seharusnya kita memuliakan Allah. Seorang ahli waris kerajaan sorga sepantasnya hidup sebagaimana anak raja. Hidup mulia bukan sembrono. 

 

Setiap perkataan dan tindakan haruslah yang dapat dipertanggungjawabkan (Ibr. 4:13). Jadi dibalik status ahli waris yang sangat istimewa dan luar biasa, juga ada kewajiban dan syarat yang harus dipenuhi. Karena itu, hidup sebagai ahli waris kerajaan sorga tidak lagi sembrono dan sesuka hati, melainkan harus sempurna seperti Bapa di surga adalah sempurna. (rsnh)

 

Selamat Merayakan Idul Adha bagi yang merayakannya

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...