Sabtu, 15 Februari 2020

KOTBAH MINGGU SEXAGESIMA Minggu, 16 Pebruari 2020 “MEMELIHARA PERINTAH ALLAH DENGAN BENAR”

Minggu, 16 Pebruari 2020

“MEMELIHARA PERINTAH ALLAH DENGAN BENAR”
Kotbah: Markus 7:1-8   Bacaan: Ulangan 30:15-20



Minggu ini kita memasuki Minggu Sexagesima. Minggu Sexagesima adalah enampuluh hari sebelum Paskah/Kebangkitan Yesus Kristus (60 ari dijolo ni ari Hangongot ni Tuhan Jesus Kristus). Dalam minggu ini kita akan membahas tema “Mememelihara Perintah Allah dengan Benar”. Tema ini menarik untuk kita renungkan. Mengapa? Sebab orang percaya saat ini masih lebih dominan memilih perintah adat daripada perintah Firman TUHAN. Hal ini dibuktikan dari kehidupan kita sehari-hari yang masih lebih mengedepankan kehidupan adat-istiadat dibandingkan kehidupan kerohanian kita.  

Warga jemaat tahan duduk di pesta adat satu harian, padahal di gereja yang hanya dua jam saja tidak betah duduk untuk mendengarkan Firman TUHAN. Bahkan lebih parahnya lagi, kita lebih marah jika kita disebut orang yang tidak beradat dibanding orang yang tidak beragama atau beriman. Indikasi dan tolok ukur ini membuktikan bahwa kita lebih  memelihara perintah adat dibandingkan perintah TUHAN. Hal lain yang kita saksikan setiap hari adalah warga jemaat kita lebih suka menghafalkan “umpasa/umpama” Batak daripada menghafalkan “Ayat-ayat Alkitab” dalam hidunya. Peribahasa dan umpasa Batak bisa saja dihafalkan seseorang lebih dari sepuluh (10) syair, tetapi ayat-ayat Kitab Suci hanya dihafalkan sebanyak satu ayat saja seperti Kejadian 1:1, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”. Ini membuktikan bahwa kita lebih condong memelihara adat daripada memelihara perintah TUHAN.

Kita harus akui bahwa seringkali perbedaan adat-istiadat menimbulkan konflik dan pertentangan bahkan tidak sedikit terjadi pertumpahan darah sebab yang seorang mengklaim adat istiadatnya yang paling benar dan memaksa orang lain berlaku seperti kebiasaan adat istiadatnya. 

Misalnya: masyarakat Yahudi biasanya mencuci tangan sebelum makan dan ketika melihat murid-murid Yesus tidak berlaku seperti mereka maka Yesus ditegur oleh orang Farisi dan ahli taurat. 

Persoalannya sekarang adalah manakah yang lebih kita utamakan? Apakah kita lebih mengutamakan adat-istiadat kita atau lebih mengutamakan perintah Allah? Karena itu kita harus lebih dahulu memahami dengan baik dan benar tentang tradisi manusia dan perintah Allah. Apa bedanya? 

Dalam teks yang kita baca, Tuhan Yesus menyatakan perbedaan antara tradisi manusia dan perintah Allah. 

Pertama, jelas dikatakan bahwa tradisi adalah adat-istiadat nenek moyang. Berbagai perintah manusia yang diteruskan turun-temurun. Sedangkan perintah Tuhan berasal dari Tuhan itu sendiri. 

Kedua, tradisi menjadi sarana umat beragama untuk beribadah kepada Tuhan, tetapi orang yang sudah menunaikan tradisi tidak berarti sudah beribadah kepada Tuhan. Sedangkan menunaikan perintah Allah adalah ungkapan sikap hati orang yang beribadah kepada Allah. Orang yang beribadah kepada Allah akan menunaikan perintah Allah. 

Dari penjelasan ini, apakah kita bisa memutuskan manakah yang harus lebih ditaati: perintah Allah atau tradisi manusia? Saya yakin kita tidak memilih jawaban yang salah. Persoalannya, manakah yang lebih menekan kita? Perintah Allah atau tradisi manusia? Kita mulai bimbang, bukan? Mungkin kita menjawab perintah Allah. Apa benar? Bukankah tradisi manusia lebih menekan karena ada sanksi sosial jika kita tidak taat? Minimal ada perasaan malu menghantui kita saat tidak menunaikan tradisi di lingkungan terdekat. Sedangkan jika tidak taat perintah Allah, kita hanya dicap berdosa, itu pun kebanyakan hanya diketahui antara kita dengan Tuhan.

Tuhan Yesus mengkritik orang Farisi dan ahli Taurat yang lebih mementingkan tradisi manusia daripada perintah Allah. Alih-alih menunjukkan kedekatan kepada Tuhan, perilaku demikian justru membuka borok kemunafikan mereka. Mereka lebih mementingkan citra diri di hadapan manusia daripada di hadapan Allah.

Pertanyaan kita selanjuntnya adalah bagaimanakah sikap kita terhadap adat-istiadat yang kita jumpai setiap hari?

Orang Kristen adalah orang yang telah dimerdekakan Kristus,a yang tidak boleh terikat dan diikat oleh berbagai tradisi dan upacara adat. Dalam kemerdekaannya itu, orang Kristen diberi kebebasan untuk menilai dan bertindak, mana yang baik dan buruk, mana yang berguna dan mana yang sia-sia.b Atas dasar kemerdekaan Kristen itulah, orang Kristen dan gereja harus bersikap benar terhadap upacara adat. 

Ada beberapa sikap yang harus kita lakukan dalam menyikapi hubungan kita dengan adat-istiadat kita masing-masing, yakni:

Pertama, mengerti bahwa upacara adat sebagai salah satu buah kebudayaan. Upacara adat merupakan hasil olah akal dan budi manusia dalam rangka menjalin hubungan dengan sesama, alam, dan kekuatan di atas manusia. Orang Kristen dan gereja mengerti upacara adat, dalam arti mengerti hasil kerja akal dan budi yang menampilkan keindahan, kekhasan, kerumitan, keteraturan, dan sebagainya. 

Kedua, menerima upacara adat dengan sikap kritis berdasarkan terang Firman Tuhan. Dengan sikap kritis itu, orang Kristen dan gereja bisa menerima seutuhnya, memperbaiki, mengubah, bahkan menolak sepenuhnya jika memang bertentangan dengan Firman Tuhan.

Ketiga, memperbarui dan menerangi upacara adat. Orang Kristen adalah manusia baru yang terus-menerus diperbarui, dan juga berfungsi sebagai penerang kehidupan. Berangkat dari dasar itulah, tugas orang Kristen terhadap upacara adat adalah memperbarui dan menerangi. Dalam proses itu, orang Kristen harus berani mengubah dan membentuk kembali segala upacara adat menjadi berkenan kepada Tuhan dan berguna untuk membangun kehidupan manusia. 

Dalam kehidupan kita, apakah ada tradisi sosial atau keagamaan yang menghalangi kita untuk hidup sebagai orang Kristen yang tulus di hadapan Allah? Tradisi yang dimaksud bisa berarti lebih luas daripada sekadar kebiasaan atau keyakinan masyarakat, tetapi termasuk keyakinan atau kebiasaan pribadi yang menjauhkan kita dari ketaatan pada perintah Allah.

Mari meninjau kembali kehidupan kekristenan kita. Sudahkah kita mengutamakan Tuhan Yesus sebagai Sang Gembala, pemimpin kehidupan kita? Saat kita mengutamakan Yesus, Dia akan menambahkan segalanya, termasuk damai sejahtera dan sukacita.

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...