Rabu, 19 Mei 2021

Renungan hari ini: “AKU AKAN BERSYUKUR KEPADAMU” (Mazmur 119:7)

 Renungan hari ini:

 

“AKU AKAN BERSYUKUR KEPADAMU”




 

Mazmur 119:7 (TB) "Aku akan bersyukur kepada-Mu dengan hati jujur, apabila aku belajar hukum-hukum-Mu yang adil"

 

Psalms 119:7 (NET) "I will give you sincere thanks, when I learn your just regulations"

 

Bersyukur adalah tindakan orang percaya. Kita bersyukur kepada TUHAN atas segala penyertaan dan perlindungan-Nya bagi kita. Syukur adalah komponen ikhlas yang pertama dan terpenting dalam hidup kita. Namun demikian, banyak orang yang masih keliru dalam menerapkan rasa syukur. Mengucap syukur itu bukan hanya sekedar mengucapkan atau mengakui, bukan sekedar di bibir, tapi mengucap syukur itu harus mencoba memasukkannya ke dalam hati.

 

Rasa syukur adalah kemampuan kita menikmati apa yang sedang kita alami. Intinya adalah rasa nikmat di dalam hati. Bersyukur adalah menikmati perasaan syukur itu. Mengucap syukur tanpa benar-benar menikmati perasaan syukur itu sama artinya dengan tidak jujur dengan diri sendiri, karena mengatakan apa yang tidak dirasakanSesungguhnya ada banyak juga orang yang hanya bisa bersyukur jika yang diperolehnya adalah hal-hal yang dianggap menyenangkan saja. Seyogyanya bersyukur itu kita lakukan setiap kali kita menikmati sesuatu (menyenangkan atau tidak), mengingat segala sesuatu itu datangnya dari Tuhan.

 

Kita ingat apa yang diungkapkan Paulus supaya hatimu penuh melimpah dengan syukur. ’’Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur” (Kol. 2:7). Ungkapan itu justru harus lahir bukan pada saat semua berjalan menyenangkan, tetapi pada saat yang sulit dan pada saat dia mengalami penderitaan. Dengan kata lain, bersyukur itu sama pengertiannya dengan menerima dan merasakan nikmat pada setiap keadaan yang kita alami.              

 

Kecenderungan manusia sulit untuk mensyukuri dan menikmati apa yang ada di tangannya karena selalu mengharapkan yang belum dimiliki. Ketika Tuhan Yesus menyembuhkan sepuluh orang yang sakit kusta, dari sepuluh orang yang sudah mendapatkan dan merasakan kesembuhan, hanya satu orang yang datang untuk bersyukur (Luk17: 11-19).                                      

 

Mengapa mereka tidak mau bersyukur dan berterimakasih atas kesembuhan yang telah diterima? Itu karena yang aktif bekerja adalah pikirannya, bukan hatinya. Akibat dari sulit bersyukur adalah mengeluh, mengeluh dan mengeluh; sama seperti bangsa Israel yang sedang di padang gurun, dicatat dalam Perjanjian Lama, yang selalu mengeluh.

 

Bagaimana cara terbaik untuk kita bersyukur? Cara terbaik untuk bersyukur adalah: dengan mengenali dan menghayati rasa syukur/nikmat sekecil apapun dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Apapun yang sedang terjadi, baik maupun buruk, hayatilah dan nikmati saja. Pastikan apa yang terucap dari mulut kita adalah apa yang kita rasakan di dalam hati, inilah arti sebenarnya kata jujur. Dengan kata lain, bersyukur yang tepat itu kalau kita melakukannya dengan jujur.

 

Bersyukur itu juga memberi pengaruh kepada ketenangan jiwa. Sebab pada hakikatnya, bersyukur adalah mengingat Dia yang Maha memberi dan Dia yang Maha pemurah, Dia yang Maha pengasih, Maha segalanya. Dengan terus mengingat segala kebesaran dan kebaikan Tuhan, kita bisa menemukan ketenangan jiwa seperti tertulis di Mazmur 116:7 ’’Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab Tuhan telah berbuat baik kepadamu.’’

 

Timbul pertanyaan kita, mengapa kita mengucap syukur?

Pertama, karena ucapan syukur adalah sebuah persembahan (Mzm. 116:17). Kita diajarkan untuk memberi bukan? Kita rajin memberikan uang kita, tetapi kita sering lupa untuk memberikan salah satu persembahan penting lainnya yaitu ucapan syukur, perhatikan kata ucapan syukur. Itu artinya ucapan atau kata-kata yang keluar dari mulut dan mengalir dari perbendaharaan hati. Namun demikian dijelaskan bahwa ucapan syukur itu harus keluar dalam bentuk kata-kata verbal. Ucapan syukur tidak cukup di dalam hati, tetapi harus keluar sebagai suatu untaian kata-kata verbal. Bahkan para tuna rungu (bisu) sekalipun dapat merangkai kata-kata yang memang sulit kita mengerti. Tetapi sejatinya, para tuna rungu pun dapat mengucapkan syukur kepada Allah yang sekalipun mengijinkan kekuranang kepadanya.

 

Kedua, karena TUHAN sangat baik (Mzm. 118:1). Kebaikan dari orang yang paling baik sekalipun akan berakhir, namun kebaikan ALLAH kita tak pernah habis untuk selama-lamanya, maka kita harus mengucap syukur kepadaNya. Kebaikan-Nya yang melebihi akal dan logika memaksa setiap mulut harus bersyukur kepadaNya.

 

Ketiga, karena TUHAN menjawab doa kita (Mzm. 118:21). Seringkali kita tidak mendapatkan jawaban doa, bukan karena kita kurang iman atau kurang percaya, tetapi karena kita lupa mengucap syukur. Atau yang paling logis adalah, kita tak mengucap syukur karena jawabanNya bukan sesuatu yang kita inginkan. Memang sangatlah logis, karena Tuhan tidak digerakkan oleh keinginan, tetapi kebutuhan. Bila doa kita didorong oleh keinginan, maka manusia akan jatuh kedalam dosa hawanafsu. Itulah sebabnya Tuhan hanya digerakkan oleh kebutuhan. Sudah menjadi pasti bahwa doa yang lahir dari hati yang sungguh mengharapkan Tuhan menjawab kebutuhan, akan mengalami ucapan syukur karena jawaban doa datang tapat pada waktuNya. Karena itu, marilah mengucap syukur setiap hari kepada TUHAN atas segala kebaikan-Nya bagi kita. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...