Jumat, 02 Oktober 2020

Renungan hari ini: BUKAN KARENA KORBAN SEMBELIHANMU (Mazmur 50:8)

 Renungan hari ini:

 

BUKAN KARENA KORBAN SEMBELIHANMU




 

Mazmur 50:8 (TB) "Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku?"

 

Psalms 50:8 (NET) "I am not condemning you because of your sacrifices, or because of your burnt sacrifices that you continually offer me”

 

Pemberian korban kepada Allah merupakan kewajiban kita kepada Allah. Tetapi pemberian korban atau Bahasa sekarang persembahan, ucapan sukur atau persembahan bulanan kepada Allah bukan untuk memeroleh keselamatan, melainkan sebagai tanda ungkapan syukur kita kepada Allah. Atau lebih ekstrimnya persembahan kita bukan untuk menghentikan murka Allah kepada kita jika melakukan dosa di hadapan-Nya. Korban atau persembahan bukan suap untuk Allah agar kita terbebas dari hukuman-Nya tat kala kita melanggar hukum-Nya.

 

Itulah yang dijelaskan pemazmur dalam Mazmur 50 ini. Jika kita perhatikan lebih dalam, maka ada dua prinsip penting tentang ibadah yang sejati menurut pemazmur. Prinsip pertama adalah ketulusan hati.Acapkali banyak orang percaya beribadah kepada Tuhan dengan pamer. Mereka ingin dilihat paling rohani di antara yang lain. Sikap seperti inilah yang membuat ibadah kehilangan esensinya. Lebih lanjut, Tuhan tidak membutuhkan apapun yang kita miliki seperti harta, kekuasaan dan segala sesuatu yang bersifat duniawi. Ini dikarenakan segala yang ada di dunia ini adalah milik Tuhan. Tuhan hanya membutuhkan ketulusan hati kita dalam sebuah ibadah karena ketulusan hatilah yang membuat seseorang dapat memaknai arti ibadah sesungguhnya.

 

Prinsip kedua adalah iman yang benar. Yang dimaksud di sini adalah seorang percaya harus beribadah dengan iman yang sungguh-sungguh kepada Tuhan. Artinya mereka harus benar-benar percaya bahwa Tuhan akan menolong dan tidak mengandalkan pertolongan ilah-ilah lain. Dengan demikian, tanpa iman yang benar tak mungkin seorang percaya dapat memiliki konsep ibadah yang sejati.

 

Khususnya bacaan hari ini berbicara mengenai kewajiban kita untuk memberi persembahan. Persembahan yang kita berikan bukanlah “tabungan”, yang kemudian kita harapkan semakin bertambah karena ada “bunganya”. Kalau begini anggapan kita maka kita menyamakan Allah dengan bank. Berarti kita bukan menyembah Allah melainkan menyembah bank. Persembahan juga bukan piutang kepada Tuhan, di mana kita mengharapkan Tuhan mengembalikannya nanti kepada kita (dalam jumlah yang lebih besar lagi?). Kalau begini sikap kita, maka kita tidak bedanya dengan rentenir. Berarti kita bukan menyembah Allah melainkan menyembah pembayar hutang. 

 

Persembahan adalah tanda syukur kita kepada Tuhan. Kita mewujudkan rasa syukur itu dengan membawa persembahan. Dalam Ulangan 16:16-17 dikatakan: Janganlah menghadap hadirat TUHAN dengan tangan hampa, tetapi masing-masing dengan sekedar persembahan, sesuai dengan berkat yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. Persembahan adalah hak Tuhan, dan kita wajib memberikannya. Kita memberikannya menurut apa yang ada pada kita dan berdasarkan apa yang kita mampu. Kita memberi tidak asal memberi. Kita mempersiapkannya dan kalau perlu kita menghitung berapa sesungguhnya yang mampu kita berikan kepada Tuhan dari apa yang kita miliki. Standar yang diberikan Tuhan adalah persepuluhan. Berapapun jumlahnya, yang dilihat oleh Tuhan adalah kerelaan kita untuk memberi dari apa yang kita mampu. 


Yang terpenting dari persembahan itu, bukanlah persembahan itu sendiri, melainkan hati kita. Karena itu, dalam 2 Korintus 9:7 Paulus berkata, “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” Perasaan sukacita selalu ada dan meliputi orang yang hatinya selalu bersyukur. Ia bersyukur terutama karena Allah, melalui Yesus Kristus, telah menyelamatkan dirinya. Lalu dengan rindu ia datang menghadap Allah. Tapi ia datang tidak dengan tangan hampa, melainkan dengan membawa persembahan sebagai tanda kasihnya kepada Tuhan. Ia membawanya dengan hati penuh doa: semoga persembahan ini dikenan Tuhan untuk dipakai demi semakin luasnya penyebaran kasih Tuhan di dunia ini. Kasih yang penuh keselamatan itu harus terus diberitakan kepada manusia. Karena itu, berikanlah persembahan bagi TUHAN dengan setulus hati tanpa ada embel-embelnya. (rsnh)

 

Selamat berakhir pekan dan besok kita beribadah kepada TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...