Sabtu, 24 Desember 2022

KOTBAH NATAL 1 Minggu, 25 Desember 2022 “FIRMAN TELAH MENJADI MANUSIA” (Yohanes 1:1-14)

  KOTBAH NATAL 1 

Minggu, 25 Desember 2022

 

FIRMAN TELAH MENJADI MANUSIA

Kotbah: Yohanes 1:1-14  Bacaan: Yesaya 9:1-6


 

Selamat Hari Raya Natal bagi kita semua!

Hari ini kita merayakan Hari Lahir Tuhan Yesus di kota Betlehem. Kelahiran Yesus membawa sukacita besar bagi para malaikat, gembala, orang majus dan kita semua pengikut-Nya. Pada ibadah dan perayaan Natal ini kita akan diterangi tema “Firman telah Menjadi Manusia”. Firman (baca: Allah) telah menjadi manusia. Peristiwa Allah menjadi manusia itu disebut juga dengan “inkarnasi”, artinya penjelmaan Allah di dalam diri manusia. Hal ini terlihat dalam peristiwa Natal. Natal arti katanya adalah kelahiran dari bahasa Portugis. Karena kata natal adalah kelahiran sehingga orang bisa salah memahami merayakan natal, kelahiran Kristsus itu, sama dengan merayakan perayaan ulang tahun manusia, yaitu bertambahnya usia kita. Sehingga ada yang menghitung umur Tuhan Yesus, dan mengucapkan “Happy Birthday Tuhan Yesus”. Ini salah pengertian dan menyesatkan. Yesus kekal adanya. Dia sudah ada sebelum penciptaan. Kita merayakan Natal bukan karena umur Yesus bertambah lagi, tapi suatu ungkapan syukur bahwa Allah telah bersedia menjadi manusia, tinggal diantara kita, dekat kita, untuk menyelamatkan kita dari dosa. Kita merayakan Natal bukan untuk pesta pora, makan dan minum, karena Yesus ulang tahun. 

 

Tetapi Natal adalah ungkapan syukur karena Bapa telah mengirimkan Anak-Nya yang Tunggal lahir melalui rahim Perawan Maria, disalibkan mati untuk menebus dosa kita. Karena dosa kitalah Yesus lahir ke dunia ( Mat 1:21), namun justru ada orang-orang Kristen tertentu yang “merayakan Natal” sebagai kesempatan untuk bermabuk-mabukan, pesta pora dll. namun yang paling penting dalam menghayati makna kelahiran Yesus Kristus tidak mereka lakukan; yaitu bertobat dari perbuatan dosa, bahkan lebih parah lagi tidak mau menyembah Yesus sebagai Tuhan Allah,. Orang Kristen tapi tidak mengenal Kristus. Kalau tidak mengenal Kristus bagaimana bisa menyembah Kristus sebagai siapa Dia sejatinyaJadikan momentum perayaan Natal sebagai kesempatan untuk membagikan berita Injil bagi orang lain, saudara-saudara kita yg belum percaya, sekurang-kurangnya orang-orang yang belum percaya itu tahu bahwa Allah telah menjadi manusia melalui Yesus Kristus, lahir ke dunia melalui rahim perawan Maria, disalibkan mati dan bangkit untuk menebus dosa manusia, setiap orang yang percaya kepada Yesus tidak binasa melainkan beroleh hidup yangkekal(Yoh3:16). Mari kita akan mencari tahu dan memahami makna Natal itu sendiri.

 

Sebelum kita menguraikan apa arti Firman itu menjadi manusia, mari kita melihat arti “Firman” itu sendiri. Bahasa Yunani untuk firman adalah λογος logos yang berarti word. Kata itu berarti “perkataan, pikiran, konsep, dan ungkapan.” Pada dasarnya, kata ini mengacu kepada suatu komunikasi yang unik. Yohanes menyatakan bahwa ketika Allah mengkomunikasikan diri-Nya sendiri kepada manusia, Ia melakukan ini dalam tubuh manusia (ay. 14) melalui Logos… Yohanes mengumumkan bahwa dari permulaan Logos itu sudah ada. Ia tidak lain adalah Allah itu sendiri. Bukan hanya membawa Firman itu, namun bersamanya di dalam pribadi-Nya sendiri, hidup dan keberadaan-Nya sendiri. Akhirnya Logos itu adalah Allah yang kekal. Tidak pernah ada waktu di mana Logos itu tidak sepenuhnya Allah.  

 

Ada beberapa hal yang kita pelajari dari tema Natal hari ini, yakni:

 

Pertama, Allah menjadi manusia. Allah ada dari diri-Nya sendiri, artinya Ia memiliki dasar bagi eksistensinya dalam diri-Nya sendiri. Yohanes dalam pimpinan Roh Kudus menuliskan: pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah (Yoh. 1:1). Jadi, Allah menjadi manusia berarti Allah masuk dalam kronologi dan hal menjelaskan mengenai Allah membatasi diri-Nya untuk menjadi sama dengan manusia. Dalam bahasa Yunani menjadi adalah γινομαι, ginomai yang berarti to become (menjadi). Kata ini menjelaskan bahwa Allah menjadikan diri-Nya menjadi manusia. Dalam Filipi 2:6-7 menyatakan bahwa: yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 

 

Allah adalah Allah yang menciptakan segala sesuatu. Allah yang menciptakan kronologi, tetapi Dia sendiri masuk kedalam kronologi dengan menjadi manusia. Allah menjadi manusia  adalah peristiwa yang unik dan satu-satunya di dalam dunia. Steven Tong mengatakan dalam khotbahnya pada dengan topik “Imanuel” bahwa ada empat metode penciptaan, antara lain:

a.  Pertama, Tanpa manusia yakni laki-laki dan perempuan Allah menciptakan Adam manusia pertama.

b.  Kedua, Tanpa perempuan, hanya laki-laki Allah menciptakan manusia dengan tulang rusuk milik laki-laki.

c.  Ketiga, Allah menciptakan manusia melalui manusia, laki-laki dan perempuan itu kita semua.

d.  Dan yang keempat, Allah meminjam rahim perempuan yaitu Maria untuk mengandung dan kemudian melahirkan Tuhan Yesus sebagai juruselamat manusia. 

 

Menjadi manusia, kata manusia dalam teks Yohanes 1:14 diterjemahkan dalam bahasa Yunani dengan σαρξ, sarx yang berarti flesh (daging). Maksud kata ini adalah bahwa pribadi kedua tritunggal mengambil rupa manusia bagi diri-Nya sendiri. Tetapi, Ia tak memiliki kemanusiaan sampai kelahiran, karena Tuhan menjadi mausia. Meskipun demikian, kemanusiaan-Nya adalah tanpa Dosa. Waktu menjadi manusia, kelilahian-Nya tidak ditanggalkan atau berkurang, atau mengkerut, dan Dia tidak berhenti melaksanakan fungsi kelilahian-Nya yang ada pada-Nya sebelumnya. 

 

Dengan demikian, inkarnasi atau menjadi manusia itu bukanlah pengurangan dari keilahian, melainkan penerimaan kemanusiaan. Bukan bahwa Anak Allah menyusup mendiami jasad manusia, seperti Roh dikemudian hari berbuat demikian. Dia bukan membajui diri-Nya dalam tubuh manusia, dengan merampas tempat dari tubuh itu dan mendiaminya. Akhirnya, Allah menjadi manusia berarti Allah dalam kedaulatan-Nya membatasi diri untuk tujuanNya yang mulia.

 

Kedua, menjadi manusia adalah pengorbanan. Menjadi manusia adalah suatu pengorbanan. Pengorbanan sebenarnya bermula tidak dari salib. Salib adalah puncak atau klimaks dari kasih Allah itu. Tetapi permulaannya adalah Allah dalam kedaulatan-Nya rela mengosongkan diri-Nya untuk datang ke dunia dengan cara mengosongkan diri yaitu dengan mengambil rupa sebagai seorang hamba. Dalam inkarnasi sebagai Kristus, Dia lahir di kandang binatang, diasuh oleh Maria dan Yusuf seperti seorang yang tidak tidak bisa berbuat apa-apa dan harus mati di atas kayu salib. Pengorbanan ini dapat di kelompokkan dengan beberapa hal, antara lain:

a.  Meninggalkan kemuliaan. Meninggalkan kemuliaan-Nya berarti, dengan inisitifNya merelakan diasuh atau dipelihara bahka dilindungi oleh manusia yang adalah ciptaanNya sendiri yakni Maria dan Yusuf. Tindakan yang demikian adalah pengorbanan, karena dengan tujuanNya harus turun sampai kepada suatu level yang rendah yakni sama dengan manusia berdosa. Sama seperti orang berdosa dalam pengertian Dia juga mengalami kelelahan, naluri untuk makan tetapi tidak berbuat dosa.

b.  Menjadi rupa seorang hamba atau pengosongan, padahal Dia adalah pencipta. Pernyataan pengosongan diri Kristus atau kenosis (dari kata kerja dalam Flp. 2:7) telah dibicarakan di sepanjang sejarah gereja. Ryrie menyatakan bahwa hal kenosis adalah suatu nasihat untuk merendahkan diri, menuruti teladan Kristus yang telah meninggalkan kemuliaan untuk menderita di kayu salib. Tidak seorangpun memaksan Tuhan Yesus turun ke dalam dunia dan akhirnya mati di kayu salib selaku penanggung dosa. Menjadi rupa seorang hamba nyata dalam pribadi Tuhan Yesus saat membasuh kaki murid-muridnya. Mambasuk kaki orang pada waktu itu adalah tugas seorang budak, tetapi Tuhan Yesus melakukannya. Hal ini tidak pernah terjadi, dan hanya Kristuslah yang melakukannya dan itulah moralitas yang paling tinggi dan juga sekaligus menunjukkan sesuatu yang melampaui rasio manusia, Karena Kristus melakukan sesuatu yang tidak normal atau tidak sesuatu dengan biasanya.

c.  Membatasi dirinya dan menjadi manusia sehingga turut merasakan apa yang dirasakan manusia. Yang tidak terbatas menjadi terbatas. Yang tidak kelihatan menjadi kelihatan, Yang transenden menjadi imanen. Yang jauh menjadi [dekat]. Yang melampaui pencapaian pikiran manusia menjadi dapat [dilihat]… “Firman itu telah menjadi manusia.” Ia menjadi apa yang sebelumnya bukan. Ia tidak kehilangan esensinya sebagai Allah, namun Ia menjadi manusia.

 

Pertanyaan kita sekarang adalah apa alasan Allah menjadi manusia?

 

Pertama, karena inisiatif Allah. Inisiatif Allah, artinya keputusan Allah. Dalam pertimbangan Allah, yang tidak dipengaruh oleh apaun baik itu pribadi maupun keadaan. Keputusan Allah tidak dapat diselami dengan pikrian manusia yang terbatas yang penuh dengan dosa. Segala keputusan Allah dilakukan dengan tujuan untuk mempermuliakan namaNya dan juga untuk kebaikan manusia. Jalan Tuhan tidak sama dengan jala manusia, itulah yang tertulis dalam kitab Yesaya bahwa: Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN (Yes 55:8). Ini tidak berarti Allah menjadi manusia karena manusia telah berdosa, walaupun itulah yang difirmanNya yakni Ia datang untuk orang berdosa bukan orang benar: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa" (Markus 2:17). Yang harus digaris bawahi adalah bahwa semua yang dilakukanlah adalah karena kasih (Yoh. 3:16).

 

Dengan demikian, Allah menjadi manusia adalah inisiatif-Nya, yakni karena kasih-Nya kepada manusia yang begitu besar sehingga Tuhan Yesus menjadi perantara manusia dengan-Nya. Allah tidak dipengaruhi oleh keberadaan manusia yang berdosa, melainkan oleh diriNya sendiri yakni mencari yang berdosa. Manusia menjadi istimewa bukan karena manusia, tetapi karena Tuhan berinisiatif.

 

Kedua, hendak mendamaikan manusia dengan Allah. Mendamaikan manusia dengan Allah sebenarnya secara implisit termuat dalam Kejadian 3:15, yakni keturunan dari perempuan akan meremukkan kepala ular (iblis) dengan tumitnya. Ini adalah janji yang pertama kali tentang penebusan, yakni manusia akan diperdamaikan dengan Allah pada waktunya, bukan dengan binatang melainkan manusia sempurnah; Adam kedua yaitu Anak Allah yang tunggal yang dikenal dalam pribadi Tuhan Yesus Kristus. 

 

Ada empat perikop tentang perdamaikan yang harus dipikirkan secara khusus, yaitu Roma 5:10; 2 Korintus 5:18; Efesus 2:11; Kolose 1:20. Dalam bahasa Yunani dipakaiistilah καταλλασσω, katallasso artinya exchange (penukaran) yakni Yesus Kristus menggantikan tempat manusia untuk dihukum di atas kayu salib. Gagasan pendamaian mencakup arti bahwa dua pihak sekarang telah didamaikan, tadinya berlawanan, dan sekarang perlawanan mereka sudah terhapus. Menurut Allah kitab orang berdosa adalah seteru Allah (Rm. 5:10; Kol. 1:21; Yak. 4:5). Jadi, jalan mengatasi permusuhan ialah menyingkirkan penyebab timbulnya permusuhan itu. dalam keadaan tertentu pihak yang bersalah boleh minta maaf, boleh membayar utangnya, boleh mengembalikan apa yang ia curi: tapi jalan pendamaian senantiasa bersifat menyingkirkan perseteruan manusia dengan Allah. Dengan cara demikian Ia menyingkirkan perseteruan manusia dengan Allah, Ia membuka jalan bagi manusia untuk kembali mendekati Tuhan: inilah pendamaian itu. Kekudusan Allah menuntut adanya tembok pemisah antara  Allah dan manusia. Tetapi karena Allah mau menjadi manusia sehingga manusia mengalami pendamaian dengan Allah dalam penebusan yang dilakukan Allah melalui Tuhan Yesus Kristus.

 

Pertanyaan terakhir adalah apakah dampak Allah menjadi manusia?

 

Pertama, Allah meruntuhkan tembok pemisah antara manusia dengan Allah. Dalam PL para imam adalah perantara antara umat dan Allahnya yang berkuasa. Fungsi utamanya adalah membawakan korban-korban, dengan tugas tambahan mengajarkan hukum Taurat. Tetapi, peristiwa tabut Allah yang terbelah pada saat Yesus Kristus menghembuskan nafas dan menyatakan bahwa sudah selesai sebagai simbol bahwa antara manusia dengan Allah sudah diperdamaikan Akses untuk datang kepada Allah tidak harus melalui manusia, dengan segala korban bakaran tetapi melalui Tuhan Yesus Kristus. Dengan demikian pengorbanan Kristus, siapa saja dapat datang kepada Allah harus melalui imam. Jadi, tidak benar jika seorang menjadikan dirinya seolah-olah allah dan beranggapan bahwa dia benar dan orang yang datang kepadanya itulah yang berkenan di hadapan Allah.

 

Kedua, Allah meruntuhkan tembok pemisah antara manusia dengan manusia. Di dalam Kritus tidak ada lagi diskrimimasi karena semua dihadapan Allah setara adanya. Hal dimungkinkan karena, Allah itu esa, atau satu; baik yang memiliki status social level high (tinggi), middle (menengah) dan level low (rendah) semua memilikin Tuhan yang sama. Itulah yang dikatakan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus, bahwa: Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di surga dan Ia tidak memandang muka (Ef. 6:9). Selaras dengan itu pernyataan yang sama juga dinyatakan kepada Jemaat di Filipi bahwa: Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus (Flp. 2:5). Dengan demikian, maka diskriminasi seharusnya tidak ada karena Kristus telah mendamaikan manusia dengan Allah dan dampak secara langsungnya seharusnya menjadikan  hubungan manusia dan manusia harus harmonis

 

RENUNGAN

 

Apa yang hendak kita renungkan pada Perayaan Natal 1 ini?

 

Pertama, Allah menjadi manusia adalah keajaiban dalam sejarah yang terjadi hanya satu kali oleh pribadi yang ajaib pula yaitu Tuhan Yesus Kristus.  Allah menjadi menjadi manusia adalah kehendak-Nya atau inisiatifnya bukan sebagai pengaruh dari pribadi manapun atau keadaan apapun. Allah menjadi manusia adalah suatu wujud pengorbanan yang nyata dalam pribadi Tuhan Yesus Kristus; dalam karyanya sejak kelahiran sampai kematianNya. Allah menjadi manusia adalah cara Allah melalui Tuhan Yesus untuk meruntuhkan tembok pemisah antara Allah dengan manusia dan manusia dengan manusia

 

Kedua, marilah kita meneladani Allah yang relah menghampakan diri karena kasih-Nya. Marilah dihari natal ini kita memaknai arti natal ini kita sehingga hubungan antara kita dengan Allah semakin harmonis yang terwujud dalam kehidupan pribadi, keluarga dan gereja bahkan bangsa. Marilah kita mengeluarkan uang tidak untuk hal yang sia-sia, melainakn untuk pekerjaan Tuhan yang memproklamasikan bahwa Allah telah memperdamaikan manusia dengan Allah melalui Tuhan Yesus. Marilah kita membangun hubungan yang harmonis antara sesama dengan menghapus segala bentuk bentuk diskriminasi di keluarga, gereja dan bangsa. Karena itu, sambutlah Firman yang telah menjadi Manusia itu di dalam hidup kita, keluarga, dan Gereja kita agar Dia yang memimpin setiap langkah dan kehidupan kita. (rsnh)

 

Selamat Merayakan Hari Natal 25 Desember 2022 bagi kita semua!

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...