Jumat, 06 Agustus 2021

Renungan hari ini: “KASIH ALLAH DINYATAKAN” (1 Yohanes 4:9)

 Renungan hari ini:

 

“KASIH ALLAH DINYATAKAN”




 

1 Yohanes 4:9 (TB) "Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya"

 

1 John 4:9 (NET) "By this the love of God is revealed in us: that God has sent his one and only Son into the world so that we may live through him"

 

Allah telah menyatakan kasih-Nya kepada kita dalam karya Tuhan Yesus Kristus, inkarnasi-Nya ke bumi untuk misi keselamatan telah membuktikannya. Semuanya itu karena Allah adalah KASIH (1 Yoh. 4:8, 16). Dalam Alkitab, tidak dikatakan bahwa Allah adalah iman atau Allah adalah pengharapan, tetapi Allah adalah Kasih atau Allah itu Kasih. Kasih adalah hakikat Allah, sifat dari Allah, “atribut” Allah (1 Yoh. 4:8,16)

 

Kasih yang sejati senantiasa harus dibuktikan. Tidak ada kasih yang tidak bertindak untuk mereka yang dikasihinya. Hal yang sama pun dilakukan Allah. Ia mengasihi umat manusia yang sudah di dalam dosa. Allah membuktikan kasih-Nya dengan mengutus Anak-Nya Yang Tunggal untuk mati di kayu salib, untuk menebus umat manusia yang telah berdosa itu.

 

Semua agama di dunia ini mengajarkan bahwa Allah itu Mahakasih, tetapi mereka tidak dapat memberikan satu contoh kongkrit tentang kasih Allah. Paling mereka mengatakan bahwa Ia memberikan kita hidup dan rejeki. Semua itu hanyalah sesuatu yang abstrak. Lain dengan pengajaran Alkitab. Allah membuktikan kasih-Nya dengan jalan mengutus Anak-Nya untuk mati di kayu salib, justru untuk orang yang mendukakan hati-Nya oleh karena keberdosaan umat tersebut.

 

Ada banyak orang yang mau mati untuk mereka yang dicintainya. Pernah dituturkan ada seorang ibu yang hamil tua. Ia menderita tekanan darah tinggi. Dokter mengatakan bahwa anak itu harus dikorbankan demi keselamatan ibu tersebut. Sang ibu menolak anak itu dikorbankan. Ia rela mati demi anak itu, sebab anak itu adalah satu-satunya harapan bagi keluarga untuk meneruskan keturunan. Sebab suaminya menderita sakit tertentu, sehingga tidak mungkin lagi menurunkan anak. Karena kasihnya kepada suami yang merindukan keturunan, ibu itu mengorbankan hidupnya.

 

Namun tidak demikian dengan Tuhan. Ia justru mau mati untuk orang yang sungguh menjadi musuh-Nya. Di dalam diri Yesus yang mati di kayu salib itu, kita melihat murka Allah atas dosa, sekaligus cinta kasih Allah atas umat manusia. Di Taman Getsemani itu Yesus memohon agar cawan itu dilalukan dari diri-Nya. Tetapi Sang Bapa diam, oleh karena kasih-Nya kepada manusia. Sebab tidak ada jalan lain bagi manusia untuk selamat, jikalau Yesus tidak naik ke kayu salib itu.

   

Kasih Allah mengilhami kasih kita Allah adalah kasih dan telah mengasihi kita terlebih dahulu. Ia menyatakan kasih ini melalui pemberian Anak-Nya, yang diutus sebagai Penebus. Karena Allah begitu mengasihi kita, maka kita juga harus mengasihi Dia, mengasihi satu sama lain. Hanya jika kita mengasihi sesama yang kelihatan, barulah kita dapat mengasihi Allah yang tidak kelihatan. Kasih Allah kepada kita dan kasih kita kepada-Nya dan kasih satu sama lain hendaknya memacu kepercayaan kita tanpa takut, karena kita telah mengalahkan dunia seperti Kristus. Dalam Dia, sebagai Penebus dunia dan sebagai Anak Allah, kita mengikrarkan iman melalui Roh. Orang yang tanpa kasih tidak mengetahui apa-apa mengenai Allah (lih. ay. 8). 

 

Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai komunitas orang percaya yang sudah mengalami kasih Yesus?  

 

Pertama, kita bisa melihat bahwa dikasihi Tuhan tidak berarti pasif, namun suatu hal yang aktif.  Dalam Efesus 4:17-32, Paulus dengan gamblang memaparkan bahwa kita sebagai manusia baru yang sudah mengalami kasih Yesus harus hidup lebih memuliakan Allah daripada waktu kita masih menjadi seteru Allah (manusia lama).  Kita harus menjadikan Tuhan yang utama dalam hidup kita.  Kita mengijinkan seluruh hidup kita dikontrol dan dikuasai oleh kasih Allah, dengan cara menjaga hubungan kita tetap dekat dengan-Nya setiap hari dan hidup taat kepada Firman-Nya dan jangan berbuat dosa lagi (1 Yoh. 3:9).  

 

Kedua, kita belajar untuk memberi kasih. Kasih Allah memampukan kita untuk saling mengasihi satu dengan yang lainnya bahkan belajar mengasihi musuh kita sekalipun (Mat. 5:44).  Hanya jika kita mengasihi sesama yang kelihatan, barulah kita bisa mengasihi Allah yang tidak kelihatan.  Karena jika seseorang mengatakan mengasihi Allah namun tanpa kasih kepada sesama adalah pendusta (1 Yoh. 4:20).

 

Kita harus menyadari bahwa seluruh hidup ini hanyalah karena kasih Allah saja.  Dengan kesadaran bahwa kita dikasihi Allah dan kita tidak bisa hidup tanpa kasih-Nya maka hidup kita akan senantiasa diperbaharui dan dikuasai oleh kasih-Nya.  Dan tiada sukacita yang lebih besar daripada mengetahui bahwa Allah mengasihi kita. Karena itu, marilah merespon kasih Allah itu dengan saling mengasihi sesama manusia. (rsnh)

 

Selamat berakhir pekan dan besok kita beribadah kepada TUHAN

 

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...