Selasa, 30 Maret 2021

Renungan hari ini: “DIAM TAK MENJAWAB APA-APA” (Markus 14:61)

 Renungan hari ini:

 

“DIAM TAK MENJAWAB APA-APA”




 

Markus 14:61 (TB) Tetapi Ia tetap diam dan tidak menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya kepada-Nya sekali lagi, katanya: "Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?"

 

Mark 14:61 (NET) But he was silent and did not answer. Again the high priest questioned him, “Are you the Christ, the Son of the Blessed One?”

 

Setelah Tuhan Yesus ditangkap di Taman Getsemani, Ia dibawa ke hadapan Mahkamah Agama (Sanhedrin) yang dikepalai oleh Imam Besar (Kayafas). 

 

Pertanyaan Imam Besar kepada Yesus merupakan sebuah jebakan bagi Yesus. Jika Yesus menjawab bahwa Ia seorang “Mesias” maka Ia akan dituduh seorang penghujat. Itulah sebabnya Yesus “Diam tak menjawab apa-apa”. Menurut kisah Markus 14:53-59, pada mulanya ada usaha-usaha untuk menuduh Tuhan Yesus karena kata-kataNya terhadap Bait Allah di Yerusalem. Karena Pelanggaran terhadap kesucian Bait Allah baik perkataan maupun perbuatan bisa dikenai hukuman mati. Dan pelanggaran ini merupakan satu-satunya pelanggaran yang diizinkan pemerintah Roma untuk diperiksa oleh Mahkamah Agama sampai pelaksanaan hukumannya. Kita bisa melihat contohnya dalam kasus kematian Stafanus dalam kitab Kisah Para rasul. Bahwa Stefanus dituntut dengan berhasil di depan Mahkamah Agama atas tuduhan yang sama (penghujatan), dan kasus tersebut tidak perlu diteruskan kepada Pilatus. Maka hukuman mati boleh langsung dilaksanakan dibawah kuasa Mahkamah Agama. 

 

Namun, dalam kasus Tuhan Yesus ini, Ia tidak bisa dituntut atas tuduhan (penghujatan) karena saksi-saksi yang diperiksa memberikan kesaksian yang saling bertentangan. 

 

Kemudian Imam Agung, rupanya atas keinginan sendiri meminta agar Tuhan Yesus mengatakan kepada sidang kalau Ia adalah Mesias, Anak Allah. Dalam ayat ini menggunakan istilah “Yang Terpuji” sebagai pengganti nama Allah (bnd. dengan Mat. 26:63-64).

 

Matius 26:63 menuliskan "Demi Allah yang hidup". Sebuah rumusan yang memberi tahu Yesus bahwa jawaban-Nya akan dianggap sebagai sumpah. Mesias, Anak Allah. Sekalipun beberapa menafsir mempersoalkan makna sepenuhnya dari "Anak Allah, tampaknya jelas bahwa Kayafas (Imam Besar) mempergunakannya untuk pengertian keilahian yang khas. Sebab pengakuan mendatangkan tuduhan menghujat. Inilah sebab sesungguhnya dari hukuman yang dijatuhkan kepada Kristus (Yoh. 19:7) dan sebelumnya telah merupakan dasar persekongkolan menentang Dia (Yoh. 5:18 ). Laporan mengenai peristiwa lainnya yang mendukung tuduhan ini pastilah sudah sampai ke telingan Imam Besar (Yoh. 1:34, 39; 9:35-37; 11:27; Mat. 14:33; 8:29 dan lain-lain). 

 

Kemudian dalam Matius 26:64, Tuhan Yesus menjawab "Engkau telah mengatakannya". Markus 14:62 menulis "Akulah Dia", sedangkan Lukas menulis "Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah" (Luk. 22:70). Meski ketiga Injil Sinoptis ini mencatat dengan kalimat yang bervariasi, ketiganya menulis maksud yang sama, bahwa Tuhan Yesus dalam persidangan itu harus menjawab pertanyaan Imam Besar, dan jawabannya tidak bisa lain selain "Ya". Suatu pengakuan yang tidak dapat disangkal lagi bahwa diri-Nya adalah Mesias yang ilahi. Kemudian Tuhan Yesus menggunakan istilah-Nya sendiri dengan mengatakan:  "Kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit." 

 

Markus 14:63 mencatat: Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Untuk apa kita perlu saksi lagi? Jawaban Tuhan Yesus itu dianggap sebagai penghujatan. "Menghujat Allah" adalah tuduhan penghinaan religius yang terbesar. Tradisi Yahudi menguraikan cukup rinci bagaimana menindak orang yang dituduh demikian, dan hukumannya adalah hukuman mati! Kalau begitu, apa arti jawaban yang diberikan Tuhan Yesus itu? dan mengapa perkataan itu dinyatakan sebagai penghujatan oleh Imam Besar? 

 

Secara singkat, artinya begini: Sementara itu Anak Manusia, Yesus sendiri, berdiri di dahapan hakim-hakim-Nya, tanpa teman, dihinakan. Suatu hari nanti mereka akan melihat Dia dibenarkan oleh Allah. Ia mengatakan ini dengan bahasa lambang, tetapi sumber dari bahasa lambang ini Alkitabiah. Tentang Anak Manusia yang datang di tengah awan-awan di langit telah disebutkan sebelum ini. Bahasa ini diambil dari Daniel 7:13-14 di mana manusia yang dibawa di hadapan Allah (“Yang Lanjut usianya”) untuk menerima dari Dia kekuasaan kekal atas dunia “seorang seperti anak manusia” ialah bentuk tubuh manusia, akan menggantikan bentuk-bentuk seperti binatang yang sebelumnya berturut-turut menguasai dunia. 

 

Orang yang perkataan-Nya dilecehkan oleh hakim-hakim-Nya itu, akan diakui sebagi Tuhan yang Mahakuasa di hati setiap manusia di seluruh dunia. Lebih-lebih bagi pernyatan-Nya akan diakui oleh Allah: "Anak Manusia akan duduk di sebelah kanan yang Mahakuasa", kata-kata ini diambil dari Mazmur 110:1, yang memuat sebuah ramalan ilahi (nubuat) yang tidak diragukan lagi ditujukan kepada penguasa dari garis Daud (Mzm. 110:1). 

 

Hamba Tuhan dalam Perjanjian Lama, yang dihina dan ditolak manusia, dielu-elukan Allah, yang taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah “sangat meninggikan” Dia dan mengaruniakan kepada-Nya “nama di atas segala nama”, supaya segala lidah mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan (Flp. 2:6-11). Maka, apa yang dikemukakan Tuhan Yesus dalam jawaban-Nya kepada Imam Besar adalah pergantian peran yang sama seperti ini. 

 

Mengapa Jawaban Tuhan Yesus dituduh sebagai penghujatan? Bukan karena Tuhan Yesus setuju bahwa Ia adalah Mesias. Itu secara politis berbahaya dan bisa dianggap menghasut oleh pemerintah Roma (dan memang itulah yang terjadi, maka ia dipindahkan kepada pengadilan Roma yang dipimpin oleh Pilatus, ternyata Pilatus tidak menemukan kesalahanNya dan ia melaksanakan penghukuman mati kepada Tuhan Yesus atas permintaan orang banyak). 

 

Namun khusus dalam pernyataan Tuhan Yesus kepada Imam Besar bahwa Ia adalah Anak Allah, di situlah dianggap letak penghujatan-Nya. Sejarah akan membuktikan apakah kejadian itu benar-benar sebuah penghujatan atau penyataan sejujurnya bahwa Ia adalah Allah yang inkarnasi, Mesias yang sudah dinubuatkan dalam banyak kitab di Perjanjian Lama. Karena itu, jawaban diam Yesus menghindari hujatan yang dirancangkan kepada-Nya. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...