Selasa, 10 Mei 2022

Renungan hari ini: “DISERAHKAN KEPADA MAUT KARENA YESUS” (2 Korintus 4:11)

 Renungan hari ini:

 

“DISERAHKAN KEPADA MAUT KARENA YESUS”



2 Korintus 4:11 (TB) "Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini"

 

2 Corinthians 4:11 (NET) "For we who are alive are constantly being handed over to death for Jesus’ sake, so that the life of Jesus may also be made visible in our mortal body"

 

Untuk mengerti dan memahami frasa “terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus”, ada baiknya kita membaca ayat 10 sebelum teks ini. "Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami" (2 Kor. 4:10). Yang dimaksud rasul Paulus dengan membawa kematian Yesus ini menunjuk kepada ketaatan dan kesediaan yang tulus dalam diri Kristus untuk menerima segala penderitaan yang harus ditanggung-Nya demi menyelesaikan tugas yang Bapa percayakan kepada-Nya.  Sekalipun tidak memiliki kenyamanan di bumi, seperti dikatakan:  "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya"  (Mat. 8:20), tak menghalangi Kristus untuk tetap taat sepenuhnya kepada kehendak Bapa!

 

“Terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus” maksudnya adalah kita membawa kematian Yesus ke dalam tubuhkita. Apakah yang dimaksudkan oleh Paulus ketika dia menulis tentang “membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami”, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami? Apakah ini sekadar retorika filsafat? Apakah ini bukannya diskusi hangat namun tidak jelas arahnya tentang makna dari penderitaan demi Injil?

 

Sama sekali bukan begitu halnya, karena ini adalah justru hakikat dari Injil itu sendiri. Yesus mati dan bangkit untuk kita masing-masing dan salib-Nya sekarang berdiri sebagai pintu masuk ke dalam segala berkat Allah. Apabila kita merangkul dan bersatu dengan salib Kristus dan kebangkitan-Nya, maka kita menerima kehidupan yang Allah senantiasa ingin berikan kepada kita, yaitu suatu relasi yang intim dengan diri-Nya. Kita menerima kasih-Nya dalam diri kita, dan kasih itu akan mengalir ke luar dari diri kita dan menyentuh orang-orang lain. Kita hanya perlu merenungkan upaya-upaya kita untuk mengubah hati kita agar dapat mengetahui bahwa kita memerlukan “kekuatan Allah yang melimpah-limpah” (2 Kor 4:7) apabila kita sungguh ingin menjadi seperti Yesus. Kita tentunya sudah mengetahui benar dorongan-dorongan buruk yang ada dalam diri kita: untuk menjadi marah, bersikap mementingkan diri sendiri, nafsu, iri-hati dan penolakan. Betapa kita rindu untuk bebas-merdeka dari semua yang buruk itu! Betapa penuh damai-sejahtera hidup kita jadinya tanpa beban-beban sedemikian! Di sinilah berlaku prinsip “kematian menjadi kehidupan” dari Paulus.

 

“Membawa kematian Yesus di dalam tubuhkita” berarti terus menempatkan Salib Kristus di posisi paling depan dalam pikiran kita, mengingatnya selalu dalam doa-doa kita dan sepanjang kesibukan kita sehari-hari. Inilah harta kekayaan yang paling berharga yang kita bawa dalam bejana hati kita masing-masing, hidup Yesus yang penuh kuat-kuasa yang bekerja dalam diri kita sehari-hari, mengubah kita dan memenuhi diri kita dengan karakter-Nya sendiri. 

 

Inilah yang memacu dan mengobarkan semangat Paulus untuk setia memberitakan Injil, sekalipun ia harus dihadapkan pada ujian, tantangan, penderitaan dan aniaya.  "Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini"  (2 Kor. 4:8, 9, 11).  Inilah yang dimaksudkan menderita bersama dengan Kristus.  Dengan membawa kematian Kristus di dalam tubuhnya maka kehidupan Kristus benar-benar menjadi nyata di dalam diri Paulus.  Rasul Paulus menyadari bahwa dunia ini bukanlah tempat yang menjanjikan untuk dinikmati, tetapi sebagai kesempatan untuk mengerjakan Amanat Agung, menjadi kawan sekerja-Nya untuk menggenapi rencana Bapa, sekalipun ia harus mengalami penderitaan demi penderitaan karenanya.

 

Dengan kualitas hidup yang demikian ini layaklah jika Paulus berkata,  "namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku"  (Gal. 2:20).  Kekristenan yang benar mengenakan kehidupan Kristus setiap hari yaitu taat melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup ini. Karena itu marilah kita senantiasa membawa kematian Yesus ke dalam tubuhkita, agar kematian Yesus bekerja dalam diri kita, maka demikian pula kehidupan-Nya – yang kemudian akan mengalir ke luar dari hati kita dan menyentuh orang-orang lain dengan kasih Allah sendiri. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...