Renungan hari ini:
“MELAKUKAN UNTUK ORANG PALING HINA”
Matius 25:40 (TB) Dan Raja itu akan menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku"
Matthew 25:40 (NET) And the king will answer them, "I tell you the truth, just as you did it for one of the least of these brothers or sisters of mine, you did it for me"
Menolong orang berada itu, pasti akan terjadi balas budi, tetapi menolong orang paling hina, pasti sulit terjadi balas budi. Dalam nas hari ini kita diajak untuk menolong orang yang paling hina. Kata “Yang paling hina ini” adalah frasa yang sering disebutkan orang dalam berbagai pengertian, tetapi Yesus menggunakannya untuk menggambarkan mereka yang, menurut standar dunia, hanya punya sedikit atau bahkan tidak punya apa-apa untuk membalas pelayanan kita. Mereka adalah laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang kerap diabaikan, bahkan dilupakan oleh dunia. Namun, justru merekalah yang ditinggikan Yesus kepada kedudukan yang begitu indah dengan mengatakan, “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan [untuk mereka], kamu telah melakukannya untuk Aku”. Tidak perlu gelar dari universitas ternama untuk memahami maksud Kristus: melayani “yang paling hina” adalah sama dengan melayani Dia. Yang dibutuhkan hanyalah kerelaan hati.
Siapakah mereka orang paling hina ini? Saudara yang paling hina ini, adalah mereka yang lapar dan sakit, orang asing, yang terpenjara, orang miskin dan yang terlantar, yang menderita tanpa mendapat bantuan dan orang yang membutuhkan. Dari wajah mereka, kita dapat membayangkan wajah-Nya: dari mulutnya, meskipun tertutup karena rasa sakit, dia berkata: "Inilah tubuhKu" (Mat. 26:26). Dalam diri orang miskin, Yesus mengetuk hati kita dan, dalam diri yang haus, Dia meminta kasih kita.
Ketika kita mampu melayani orang paling hina, kita adalah sahabat-Nya dan umat-Nya, sehingga Dia berkenan tinggal bersama kita. Tuhan sangat menghargai hal itu, menghargai orang paling hina. Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin" (Ams. 31:10,20). Ini adalah kekuatan yang sesungguhnya: bukan kepalan tangan dan lengan yang siap menangkis, tetapi tangan yang ringan dan siap untuk membantu orang miskin, untuk tubuh Tuhan yang terluka.
Tuhan Yesus menawarkan pengertian yang tak terduga. Dia menyebut orang miskin, orang sakit, orang asing, dan orang tahanan sebagai “saudara-Ku” (ay. 40). Mereka mewakili kaum lemah, tidak berdaya, bisa jadi tertindas dan terpinggirkan. Mereka memerlukan uluran pertolongan, namun justru kerap diperlakukan sebagai sampah masyarakat. Orang asing dapat mengacu pula pada mereka yang berbeda etnis, berbeda kepercayaan, berbeda pilihan politik, kelompok minoritas. Orang tahanan ada yang ditawan karena kejahatannya sendiri, namun ada juga yang menjadi korban ketidakadilan. Sungguh mengejutkan, Yesus merengkuh orang-orang seperti itu sebagai “saudara”, dan menganggap perlakuan terhadap mereka sebagai perlakuan terhadap diri-Nya. Dia memilih bersolidaritas dengan orang-orang yang dianggap hina itu.
Sayangnya, banyak orang justru bersikap seperti Kain ketika Tuhan bertanya kepadanya tentang keberadaan Habel. Jawaban Kain—“Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?” (Kej. 4:9)—bukan hanya sebuah dusta, melainkan penyangkalan akan kebersaudaraan mereka. Kain tidak lagi menganggap Habel sebagai saudara, melainkan orang asing, bahkan musuh. Alih-alih menjaganya, ia membunuhnya! Sungguh berlawanan dengan sikap Yesus. Siapa saja yang terlintas dalam benak kita ketika mendengar frasa “yang paling hina ini”? Adakah sesuatu yang dapat kita lakukan bagi mereka? Karena itu, pekalah melihat orang paling hina ini di sekitar kita lalu mengulurkan tangan untuk menolong mereka. (rsnh)
Selamat berkarya untuk TUHAN