Jumat, 24 Desember 2021

KOTBAH NATAL 1 Sabtu, 25 Desember 2021 “MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN” (Lukas 2:1-7)

 KOTBAH NATAL 1 

Sabtu, 25 Desember 2021

 

MENYAMBUT KEDATANGAN TUHAN DALAM KEKUDUSAN

Kotbah: Lukas 2:1-7  Bacaan: Yesaya 62:6-12




 

 

Selamat Hari Raya Natal bagi kita semua!

Hari ini kita merayakan Hari Lahir Tuhan Yesus di kota Betlehem. Kelahiran Yesus membawa sukacita besar bagi para malaikat, gembala, orang majus dan kita semua pengikut-Nya. Pada ibadah dan perayaan Natal ini kita akan diterangi tema “Menyambut Kedatangan dalam Kekudusan”. Tema ini hendak menegaskan bahwa dalam rangka memperingati hari kelahiran Yesus di Betelehem kita harus hidup kudus. Menyambut kedatangan TUHAN dalam kekudusan menjadi hal yang penting pada perayaan Natal 2021 ini.

 

Menyambut kedatangan TUHAN dalam kekudusan telah diberikan keluarga Yusuf dan Maria sebuah teladan bagi kita. Ada beberapa catatan kehidupan Yusuf dan Maria menyambut kedatangan Yesus dalam kekudusan, yakni:

 

Pertama, Yusuf tidak meninggalkan Maria sendirian. Sensus kependudukan yang dilakukan Kaisar Agustus bertujuan mengokohkan kekuasaannya dan sekaligus menarik pajak dari rakyat. Maria dan Yusuf  berangkat dari kota Nazaret di Galilea menuju ke kota Betlehem, yang jaraknya 120 km. Mereka melakukan perjalanan yang tidak mudah sebab Maria dalam keadaan hamil tua.  Maria dan Yusuf menerima kepercayaan dari Allah untuk menjadi satu keluarga kudus yang bertanggungjawab merealisasikan janji Allah bagi manusia. Keduanya menjaga kekudusan selama masa pertunangandan Tuhan berkehendak agar melalui mereka maka kasih Allah bagi dunia dinyatakan. Kelahiran Yesus sudah diberitahukan malaikat Tuhan kepada Maria (Luk. 1:30-31). Yesus yang lahir itu adalah Anak Allah Yang Mahatinggi, Raja atas bangsa-bangsa dan Kerajaan-Nya akan tegak selama-lamanya. Maria menerima ketetapan Allah dengan kerendahan hati bahwa dirinya adalah hamba Allah.

 

Kedua, Yusuf dan Maria melaksanakan tugas mereka dengan ketaatan. Perjalanan ke kota Betlehem mereka jalani dalam ketaatan baik kepada Allah yang menyatukan mereka maupun kepada pemerintah yang berkuasa. Keduanya dengan tulus menerima tanggungjawab iman dengan keyakinan pada pertolongan Allah. Mereka sama sekali tidak kuatir tentang bagaimana mereka mempersiapkan kelahiran Yesus dan masa depan-Nya. Alkitab berkata tentang tidak adanya tempat di penginapan. Ruang yang tersisa adalah ruang bawah: tempat di mana hewan beristirahat. Pastinya bukan tempat cocok bagi kelahiran Juruselamat. Maria dan Yusuf menjalani semuanya dengan sukacita hingga bayi Yesus lahir lalu dibalut lampin dan dibaringkan di palungan. Kita percaya bahwa Allah berdaulat atas hidup ini. Karya keselamatan Allah digenapi dengan melibatkan Maria dan Yusuf yang hidupnya kudus dan rendah hati. Mereka tidak meminta perlindungan istimewa atas kepercayaan dan penugasan yang Allah berikan. Sekalipun persoalan datang,  mereka dapat mengatasinya.

 

Ketiga, mereka menjalaninya dengan penuh semangat kebersamaan. Sebenarnya, perjalanan itu juga dilakukan oleh banyak orang. Namun dengan kondisi Maria yang sedang hamil tua, perjalanan tersebut sangat berisiko. Mereka melakukannya karena taat pada pemerintah (Rm. 13:1), yang memerintahkan sensus. Demikian pula, kita harus taat pada pemerintah. Misalnya, mematuhi protokol kesehatan pada masa pandemi ini.

 

Keempat, Yusuf dan Maria semangat saling menerima. Setibanya di Betlehem, mereka tidak mendapatkan tempat yang mereka harapkan. Bukankah ini juga sering terjadi pada kita? Ada harapan yang sudah lama kita perjuangkan, tetapi pada akhirnya kandas. Namun marilah kita teladani Yusuf dan Maria yang tetap bersemangat pada saat itu. Mereka juga semakin kompak, sehati, dan saling melengkapi. Ada kerelaan berkorban yang mereka tunjukkan.

 

Kelima, Yusuf dan Maria semangat dalam menerima keadaan. Walaupun hanya tersedia palungan (Luk. 2:12), mereka tidak bertanya dan menawar kepada Tuhan. Tetapi, mereka menerima semua keadaan sebagai pemberlakuan kehendak Tuhan. Inilah yang harus kita pelajari juga dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan yang datang silih berganti dan terus bertambah, belajarlah untuk menerimanya sebagai kehendak Tuhan.

 

Belajar dari perikop kotbah Natal ini, maka ada beberapa pelajaran yang hendak kita pelajari, yakni: 

 

Pertama, kelahiran Yesus adalah fakta sejarah bahwa Yesus lahir ke dalam dunia ketika kekaisaran Roma diperintah oleh Kaisar Agustus. Ini berarti bahwa kelahiran Yesus adalah sebuah berita yang benar-benar terjadi. Bukan berita mitos, bukan  rekaan, bukan rekayasa apalagi berita bohong. Sekali lagi kelahiran Yesus adalah fakta sejarah yang tak dapat dibantah oleh siapapun, dengan demikian sebagai orang Kristen kita tidak boleh ragu menyambut kelahiran Yesus ke dalam dunia.

 

Kedua, kelahiran Yesus membuktikan bahwa nubuatan para nabi adalah ya dan amin sekalipun berabad-abad lamanya adalah sebuah berita sorgawi yang dirancangkan dan dijanjikan Tuhan, bahkan berita para malaikat kepada Yusuf dan Maria membuktikan kesetiaan Tuhan pada janji-Nya. Ia berkenan memakai Yusuf dan Maria menjadi sarana perwujudan penyelamatan manusia yang dikasihi-Nya. Ini membuktikan bahwa Allah kita adalah Allah yang hidup. Ia adalah Allah Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penyelamat manusia sesuai dengan rencana dan anugerah-Nya. Hal ini semakin mengo-kohkan iman kita, bahwa tidak ada Allah lain yang menyelamatkan manusia selain Dia dalam Yesus Kristus yang lahir ke dalam dunia. Mari kita puji Dia dan sambut anugerah selamat-Nya bagi kita.

 

Ketiga, Yusuf dan Maria menyambut kelahiran Yesus dalam kesetiaan kepada Allah dan dalam kesetiaan cinta kasih sebagai pasangan hidup yang saling mengasihi, saling menjaga dan menguatkan; tidak mempermalukan apalagi saling menyakiti satu satu sama lain. Inilah yang mereka lakukan sekalipun berhadapan dengan berbagai pera-saan atas kehamilan yang terjadi atas kehendak Tuhan, harus berhadapan dengan apa kata orang, harus menempuh perjalanan jauh dan harus menerima kenyataan bahwa Maria harus melahirkan bukan di tempat penginapan dan harus meletakkan bayi Yesus ke dalam palungan atau tempat makanan hewan. Kesetiaan kepada Tuhan dan kesetiaan dalam hidup berkeluarga seperti inilah yang harus mewarnai hidup orang percaya dalam menyambut dan mera-yakan Natal Yesus Kristus. Jangan justru sebaliknya karena berbagai kesibukan menyambut Natal kesetiaan kepada Tuhan dan kesetiaan cinta kasih dalam keluarga mengendur sehingga terjadi mabuk-mabukan, judi, seks bebas bahkan tidak beribadah lagi karena ber-bagai kesibukan memenuhi semua kebutuhan yang bersifat lahiriah.

 

Keempat, kesederhanaan dalam menyambut kelahiran Yesus yang disimbolkan dengan lampin dan palungan tidak akan mengurangi cinta kasih dan maksud penyelamatan Allah bagi manusia yang dikasihi-Nya karena yang utama adalah bagaimana hidup yang menerima, taat dan setia terhadap maksud penyelamatan Tuhan. Hal ini mengingatkan kita supaya kesederhanaan dalam menyambut dan merayakan kelahiran Yesus Kristus janganlah membuat kita berkecil hati karena derajat kemuliaan manusia yang dikasihi Allah tidaklah terletak pada kelimpahan materi, tapi pada kelimpahan ketaatan dan cinta kasih kepada Allah dan sesama manusia.

 

RENUNGAN

Pertama, Natal adalah peristiwa di mana seorang perempuan, Maria melahirkan seorang Anak yang diberi nama Yesus. Ia melahirkan-Nya dalam segala kesederhanaan bahwa di bawah standard kepatutan persalinan. Tetapi Yesus dibungkus dengan lampin dan dibaringkan dalam palungan. Kain lampin membuat seorang bayi berada dalam kehangatan dan membuat bayi itu terasa terlindung. Memang, bukan di rumah yang layak tetapi di kandang yang pengap. Bunda Maria dapat menatap dengan kepala tegak dan mata bersinar lembut, ia melihat ibu-ibu lain yang melahirkan bahkan tidak jarang harus mati demi keselamatan bayinya. Yesus merepresentasikan juga nasib jutaan anak yang lahir dan dibesarkan tanpa banyak jaminan kesejahteraan anak, dst. 

 

Kedua, Natal adalah kisah manusia-manusia yang paling lemah menghadapi kenyataan kehidupan dunia yang keras. Mereka harus berjalan jauh karena sebuah dekrits kaisar. Tetapi lihat , bukankah Yesus yang lahir di sana? Bukanlah keselamatan dinyatakan dari janji pemeliharaan Allah bagi semua manusia? Dari kandang yang hina Yesus beranjak menjadi Jurusela mat manusia. Ia bukan raja seperti penguasa lainnya, ia Raja dalam Kerajaan Allah yang sangat berbeda dengan kerajaan dunia.

Selamat Merayakan Hari Natal 25 Desember 2021 bagi kita semua!

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...