Jumat, 28 Juli 2023

Renungan hari ini: “LEBIH BAIK PERGI KE RUMAH DUKA” (Pengkhotbah 7:2)

 Renungan hari ini:

 

“LEBIH BAIK PERGI KE RUMAH DUKA”


 

Pengkhotbah 7:2 (TB2)  "Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya"

 

Ecclesiastes 7:2 (NET) "It is better to go to a funeral than a feast. For death is the destiny of every person, and the living should take this to heart"

 

Pernyataan "Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya" berasal dari bagian Alkitab yang ditulis oleh Raja Salomo. Kitab Pengkhotbah adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Lama, dan dianggap sebagai salah satu dari buku hikmat dalam Alkitab. Alasan penulis menyatakan bahwa pergi ke rumah duka lebih baik daripada pergi ke rumah pesta adalah karena pesan moral dan filosofis yang ingin disampaikan mengenai kehidupan dan kematian. Beberapa alasan mengapa pergi ke rumah duka dianggap lebih baik adalah:

 

Pertama, sebagai pengingat akan kematian. Di rumah duka, seseorang dihadapkan langsung dengan realitas kematian. Hal ini mengingatkan manusia bahwa hidup di dunia ini bersifat sementara dan akan ada kesudahan bagi setiap manusia. Pengenangan tentang kematian ini dianggap penting dalam menghargai nilai kehidupan dan menjadikan kita lebih bijaksana dalam memanfaatkan waktu yang ada.

 

Kedua, sebagai kebijaksanaan. Melalui perenungan tentang kematian, kita diajak untuk merenungkan tujuan hidup dan arti sejati dari kebahagiaan. Rumah pesta mungkin penuh dengan kegembiraan sementara, tetapi kebahagiaan semacam itu cenderung bersifat sesaat. Di sisi lain, rumah duka memberikan kesempatan untuk merenungkan kebijaksanaan dan mengarahkan hidup ke arah yang lebih bermakna dan berharga.

 

Ketiga, sebagai prioritas hidup. Pesan ini mengajak kita untuk tidak terlalu terfokus pada kesenangan dunia semata, melainkan lebih memperhatikan makna kehidupan dan hal-hal yang lebih penting secara jangka panjang. Hal ini mengingatkan kita untuk lebih memprioritaskan nilai-nilai yang abadi dan bersifat rohaniah daripada kesenangan materi dan hedonisme.

 

Dalam konteksnya, penggalan tersebut menyampaikan sebuah ajaran mengenai pentingnya menghadapi kenyataan hidup dan mengambil pelajaran dari kematian. Pesan ini dapat diartikan sebagai ajakan untuk hidup dengan bijaksana dan memprioritaskan hal-hal yang benar-benar berarti dalam kehidupan, serta menghargai setiap kesempatan yang diberikan dalam hidup ini.

 

Pernyataan dalam Kitab Pengkhotbah 7:2 memberikan beberapa hal yang perlu direnungkan:

 

Pertama, refleksi tentang kematian. Pergi ke rumah duka mengingatkan kita akan kenyataan bahwa setiap manusia akan menghadapi kematian. Kematian adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan, dan menyadari hal ini dapat membantu kita merenungkan makna hidup dan mengapresiasi setiap momen yang kita miliki.

 

Kedua, kesadaran akan keterbatasan kehidupan. Kehidupan manusia di dunia ini bersifat sementara. Tidak ada yang hidup selamanya, dan kesadaran ini harus membimbing kita dalam menghargai waktu dan kesempatan yang kita miliki untuk mencapai tujuan hidup dan berbuat baik.

 

Ketiga, menemukan arti dan tujuan hidup. Dengan memahami bahwa kematian akan datang bagi setiap orang, kita diingatkan untuk mencari arti sejati dan tujuan hidup. Perjalanan hidup yang singkat ini harus diisi dengan kebaikan, cinta, dan pengabdian, sehingga meninggalkan jejak yang positif di dunia.

 

Keempat, menghargai perbedaan antara kesenangan sesaat dan kebahagiaan yang berarti. Rumah pesta mungkin penuh dengan kesenangan dan kegembiraan sesaat, tetapi kesenangan semacam itu seringkali bersifat fana dan tidak dapat membawa kebahagiaan yang berkelanjutan. Di sisi lain, pergi ke rumah duka mengajarkan kita tentang pentingnya mencari kebahagiaan yang lebih dalam dan bermakna, yang berasal dari kebaikan, hubungan yang baik, dan kesadaran akan makna hidup.

 

Kelima, menghargai keseimbangan dalam hidup. Pergi ke rumah duka lebih baik daripada rumah pesta mungkin karena rumah duka menghadirkan keseimbangan dan kebijaksanaan dalam hidup. Hidup bukanlah selalu tentang kesenangan tanpa henti, tetapi juga tentang menghadapi tantangan, kesedihan, dan kegagalan. Menghadapi realitas ini dengan bijaksana membantu kita tumbuh sebagai manusia yang lebih kuat dan bijaksana.

 

Pesan yang dapat diambil dari pernyataan ini adalah tentang pentingnya menjalani hidup dengan kesadaran dan kebijaksanaan, menghargai setiap momen, dan mencari makna dan tujuan yang lebih dalam dalam hidup kita. Karena itu, jika kita memahami kematian sebagai bagian dari kehidupan dan menjalani hidup dengan bijaksana, kita dapat mencapai kebahagiaan yang lebih berarti dan membangun dunia yang lebih baik bagi diri kita sendiri dan orang lain. (rsnh)

 

Selamat berakhir pekan dan besok kita beribadah kepada TUHAN

Renungan hari ini: “BELAJAR MENGENAL KRISTUS" (Efesus 4:20)

  Renungan hari ini:   “BELAJAR MENGENAL KRISTUS"   Efesus 4:20 (TB2) "Tetapi, bukan dengan demikian kamu belajar mengenal Kristus...