Sabtu, 08 September 2018

KOTBAH MINGGU XV SETELAH TRINITATIS Minggu, 09 September 2018 “HIDUP DALAM KEBENARAN KRISTUS”

Minggu, 09 September 2018

“HIDUP DALAM KEBENARAN KRISTUS”
Kotbah: 2Korintus 11:7-16 Bacaan: Yeremia 26:7-14



Minggu ini kita memasuki Minggu Kelimabelas setelah Trinitatis. Tema yang akan kita renungkan adalah “Hidup dalam kebenaran Kristus”.Hidup dalam kebenaran Kristus akan membuat hidup kita lebih sehat dan lebih bebas dari kungkungan kuasa-kuasa dunia. Ketika kita hidup dalam kebenaran Kristus maka kita tidak takut akan belenggu dosa, kita tidak takut akan kebutuhan jasmani dan rohani kita.

Dalam Minggu ini kita akan belajar dari pengalaman hidup Paulus dalam pelayanannya. Kita akan melihat dan mempelajari bagaimana Paulus hidup dalam kebenaran Kristus dalam menjalankan tugas panggilannya di Korintus. Ada beberapa hal yang kita bisa pelajari bagaimanakah hidup dalam kebenaran Kristus di dalam menjalankan tugas panggilan kita.

Pertama,Paulus tidak mempersoalkan kebutuhan jasmaninya dalam menjalankan tugas pelayanannya (ay. 7-9). Paulus tidak terlalu pusing tentang tuduhan dan fitnahan yang diberikan kepadanya mengenai soal kebutuhan jasmaninya. Paulus telah membahas masalah ini di dalam suratnya yang pertama (lih. 1Kor. 9:3-18), sambil berpendapat bahwa panggilannya untuk memberitakan Injil yang cuma-cuma lebih diutamakan daripada haknya untuk menerima uang dari mereka. Tampaknya argumennya tidak berhasil menghapuskan semua rasa tersinggung yang telah ditimbulkan. Kemungkinan besar para rasul. yang tidak ada taranya itu (ay. 5) mengangkat masalahnya sekali lagi untuk menambahkan api ke dalam kampanye mereka untuk mendiskreditkan rasul tersebut. Hal itu ditunjukkan oleh konteksnya dan nada ironis dari ayat-ayat ini.

Tidak ada pertanyaan mengenai pemikiran Paulus tentang apakah pemberitaan Injilnya yang cuma-cuma di Korintus itu merupakan dosa. Paulus bahkan menolak untuk menerima dukungan dalam bentuk uang dari jemaat Korintus sebab ia telah menerima dukungan dana dari Makedonia (ay. 9). Sebagian jelas telah melihat penekanannya untuk mendukung diri sendiri dengan keahliannya sebagai seorang pembuat tenda (Kis. 18:3) sebagai sesuatu yang merendahkan dirinya dan penghinaan bagi para mualafnya. Mereka mengatakan bahwa dengan merendahkan diri dengan cara ini ia memberikan contoh lagi tentang perilakunya yang merendah (Lih. 10:1).

Paulus lebih menekankan pelayanan yang ia berikan adalah cuma-cuma artinya gratis karena kasih karunia Allah itu cuma-cuma, karena itu maka pelayanannya pun cuma-cuma. Injil harus diberikan dengan cuma-cuma. Itulah sebabnya ia puas untuk tetap “sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang” (2Kor. 6:10), mengikuti teladan Kristus yang menjadi miskin untuk membuat banyak orang kaya (2Kor. 8:9). 

Kedua,Paulus melawan kepalsuan pelayanan para rasul palsu (ay. 12-15). Paulus menggunakan ungkapan "rasul palsu, pekerja-pekerja curang dan yang menyamar sebagai malaikat Terang". Mereka adalah penipu yang menutupi rasa bersalah dalam suatu penyamaran sebagai pemberita Injil. Mereka, bukan pelayanan kebenaran Kristus melainkan para pendusta dan yang memperjualbelikan agama (lih. 2Kor. 2:17; 2Kor. 4:2; 2Kor. 12:16). Mereka menyamar sebagai rasul Kristus.

Tidak heran bahwa rasul-rasul palsu ini menyembunyikan identitas mereka yang sesungguhnya, karena mereka mengikuti tuan mereka, Iblis, yang juga menyamar untuk melaksanakan aktivitas penipuannya. Ia tidak akan banyak berhasil mempengaruhi orang banyak dan tidak akan banyak memperoleh kemenangan bila dilihat dari siapa ia sesungguhnya: sang malaikat gelap. Oleh karena itu, ia menyamar sebagai malaikat Terang, yang berarti malaikat yang bercahaya. Paulus di sini tampaknya mengacu pada tradisi Yahudi kuno yang menggambarkan Iblis, si penipu Hawa, bukan hanya sebagai seekor ular, melainkan juga sebagai malaikat yang bercahaya. 

Bila guru pendusta dan penipu menyamar, bukanlah suatu hal yang ganjil bila hamba-hambanya juga melakukan hal yang sama. Mereka berkedok sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Pada Hari Penghakiman akan menyingkapkan identitas mereka yang sesungguhnya sebagai lawan-lawan Allah, Kristus, Roh dan Injil, serta lawan-lawan Paulus sendiri. Pernyataannya yang terakhir sungguh mengesankan dan singkat: Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka. Kristus yang mereka akui layani akan menyangkal mereka (lih. ay. 15), dan mereka akan membayar hukuman bagi penipuan mereka. Kita ingat kata-kata Paulus tentang nasib mereka yang adalah musuh-musuh salib Kristus: “Kesudahan mereka adalah kebinasaan” (Flp. 3:19). Kemegahan Paulus tidak akan dapat dibungkam (ay. 10); kemegahan mereka pasti!

Ketiga,Paulus bermegah dalam kebodohan (ay. 16). Bermegah dalam kebodohan adalah merupakan salah satu taktik Paulus atas tuduhan lawannya yang mengatakan ia adalah seorang yang bodoh. Karena itu, Paulus harus berbicara seperti orang bodoh karena orang-orang Korintus tampaknya mengerti bahasa semacam ini (2Kor. 11:16-21a)! Dalam taktiknya itu, Paulus juga sekaligus memberikan alasannya - atau dasar - yang sebenarnya dirinya untuk bermegah dalam kebodohannya, yakni: penderitaan-penderitaan dan kelemahannya sebagai manusia (2Kor. 11:21b-33). Akhirnya, meskipun ia menyatakan telah menerima penglihatan dan penyataan, ia menyatakan pelajaran yang telah diterimanya sebagai seorang rasul Kristus: kekuatan ilahi disempurnakan di dalam kelemahan manusiawi (2Kor. 12:1-10).

Menurut hikmat Perjanjian Lama, seorang bodoh adalah dia yang tidak berurusan dengan Allah (Mzm. 14:1; 53:1; 92:6; Ams. 12:15). Paulus mengenal peribahasanya: “Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan engkau sendiri menjadi sama dengan dia” (Ams. 26:4). Jadi ia pun tahu bahwa ia sedang memainkan peranan berbahaya dalam mengambil cara si bodoh yang bermegah. Ia merasa terpaksa melakukannya karena lawan-lawannya dengan bodoh membanggakan surat-surat kepercayaan mereka (2Kor. 12:11). Ia akan memainkan peranan mereka, hanya untuk menunjukkan betapa bodohnya hal itu.

Paulus telah merangkul kebodohan pemberitaan salib sebagai sesuatu yang berlawanan dengan hikmat dunia ini (1Kor. 3:18). Tetapi ia bukanlah orang yang bodoh dalam pengertian lainnya; ia tidak kekurangan matahati (2Kor. 11:6), ia pun tidak bermegah “secara duniawi” (ay. 18). Bila para pembacanya masih menganggap dia bodoh, mereka harus menerima ia apa adanya. Mereka menerima pemegahan yang bodoh dari yang lain (ay. 12,19), jadi mengapa mereka tidak mengizinkan dia bermegah sedikit (lih. 11:1) meskipun hal itu membuat sebagian orang menganggapnya “sedikit terlalu banyak” (10:8). Ini tampaknya satu-satunya bahasa yang dipahami sebagian orang!

Belajar dari teks di atas, apa yang hendak kita renungkan dari Firman TUHAN hari ini?

Pertama,sebagai hamba TUHAN, janganlah kita fokus pada kebutuhan jasmaniah kita, tetapi fokuslah dalam pelayanan pemberitaan anugerah Kristus. Pelayanan tidak bisa diukur dengan uang, karena anugerah keselamatan Kristus tidak bisa terbayar dengan sejumlah uang. Kematian Kristus di kayu salib tidak bisa diganti dengan sejumlah uang yang kita miliki.

Kedua,kita harus menyadari bahwa ada tantangan pelayanan yang menghadang kita. Menjadi hamba Tuhan bukan berarti tidak ada tantangan. Tantangan itu bisa datang dari luar jemaat, mapun dari dalam jemaat sendiri. Itulah yang dialami Paulus. Maksud baiknya diartikan salah oleh orang-orang yang tidak senang dengan Paulus, dalam hal ini mereka yang disebut Paulus sebagai rasul palsu. Paulus bermaksud baik dengan tidak membebani jemaat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selama memberitakan Injil di Korintus, namun hal ini dijadikan musuh-musuh Paulus menghasut jemaat untuk menyatakan bahwa Paulus bukan rasul. Paulus sangat tahu bahwa setiap orang yang bekerja harus mendapat upah. Demikian juga setiap Pemberita Injil harus hidup dari sumbangan mereka yang mendengarkan Injil itu. Hal ini sudah diajarkan Paulus kepada jemaat dalam suratnya yang pertama. Namun mengapa Paulus tidak mau menerima sumbangan jemaat Korintus, padahal pada waktu di Korintus ia dalam kekurangan? Tidak lain karena ia tidak mau sama dengan rasul palsu yang disebutkan dalam ayat 13 yang sudah seperti lintah darat membebani jemaat, juga supaya di dalam jemaat Korintus tidak ada yang berkata bahwa ia memberitakan Injil hanya untuk uang. Hal ini tidak berarti bahwa Paulus tidak perlu uang. Paulus juga perlu uang untuk kehidupannya sehari-hari dan Allah memberikannya melalui jemaat Mekadonia. Allah memelihar setiap hambaNya.

Ketiga,sebagai hamba TUHAN kita harus melawan rasul palsu yang merusak iman jemaat. Sebagai hamba TUHAN yang menggembalakan jemaat TUHAN, kita harus berjuang memberikan pengajaran yang murni kepada warga jemaat agar mereka bisa membedakan mana ajaran yang murni dan mana ajaran yang menyimpang dari kebenaran Kristus. Kita harus terus menerus mengajarkan dokumen-dokumen pengajaran iman yang benar agar para jemaat terhindar dari pengajaran palsu yang bersileweran di luar jemaat. Karena itu, teruslah berjuang untuk hidup dalam kebenaran Kristus. (rsnh)

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...