Senin, 27 Desember 2021

Renungan hari ini: “JIWAKU MEMULIAKAN TUHAN” (Lukas 1:46-47)

 Renungan hari ini:

 

“JIWAKU MEMULIAKAN TUHAN”




 

Lukas 1:46-47 (TB)  Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku"

 

Luke 1:46-47 (NET)  And Mary said, “My soul exalts the Lord, and my spirit has begun to rejoice in God my Savior"

 

"Jiwaku memuliakan Tuhan" adalah ungkapan baris pertama dari lirik lagu pujian Maria yang selanjutnya terkenal dalam sepanjang sejarah musik gereja dengan "Kidung Magnificat". Salah satunya yang legendaris adalah "The Magnificat"hasil karya J.S. Bach (seorang komposer besar yang jenius di jaman Barok). Kata "magnificat" itu sendiri diambil dari kalimat pertama dari liriknya, yaitu: "magnificat anima mea Dominum" (latin) yang merupakan kerinduan hati Maria yang terdalam "to magnify God" sebagai tema utamanya. 

 

Magnificat sangat indah karena kidung ini mengungkapkan perasaan terdalam Maria, dan pada saat yang sama mencerminkan suatu tradisi lama yang menyangkut praktek hidup saleh dalam Perjanjian Lama. Ketika Elisabet memuji Maria sebagai yang terberkati di antara semua perempuan, Maria menanggapinya sesuai dengan tradisi lama tersebut. Pada hakekatnya Maria berkata kepada Elisabet: “Janganlah memujiku. Akan tetapi bergabunglah dengan aku dalam memproklamasikan keagungan Tuhan; bersama-sama kita dapat menemukan sukacita dalam Allah Penyelamat kita.” Sesungguhnya Maria memang adalah seorang pribadi yang paling diberkati di antara para perempuan karena “Buah Rahimnya”. Bagaimana dengan kita? Kita pun sangat terberkati, karena Anaknya yang adalah Putera ilahi Allah, telah menjadi Juruselamat kita.

 

Magnificat ini sangat bernilai dalam Gereja, karena didaraskan/dinyanyikan setiap hari sepanjang tahun dalam Ibadat Sore oleh mereka yang secara rutin mendoakan Ibadat Harian (Ofisi Ilahi). Kenyataan ini merupakan suatu undangan kepada kita semua untuk mendoakan Kidung Maria, apakah kita mendoakan Ibadat Harian atau tidak! Maria ingin agar kita semua bergabung dengan dirinya, kemudian bersama-sama berkata: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku” (Luk. 1:46).

 

Pertanyaannya adalah mengapa jiwa Maria meneriakkan kerinduannya yang terdalam untuk memuji dan membesarkan Tuhan (to magnify the Lord)?Ada beberapa alasannya, yakni:

 

Pertama, adanya hati yang bersukacita karena "Allah, juruselamatkita telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya "di mana "hatikita bergembira ("rejoice", KJV) karena Allah, Juruselamatkita" (Luk. 1;47). Jadi, dasar sukacita Maria ini tertumpu bukan kepada kondisi atau situasi sekitarnya, tapi kepada Sang Pribadi Allah, tidak hanya sebagai Juruselamatnya, tapi juga sebagai Tuhan atas hidupnya. Sikap kerendahan hati Maria sebagai hamba Tuhan terlihat ketika ia menerima dengan penuh apa yang menjadi kehendak Tuhan atas hidupnya. Hal ini tercermin dari perikop sebelumnya dimana dia dengan taat menempatkan dirinya sebagai hamba, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu" (Luk. 1:38)

 

Kedua, adanya hati yang berbahagia karena Allah "Yang Maha Kuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadakita dan nama-Nya adalah kudus" dan "mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia ("blessed", KJV)" (Luk. 1:48-49). Hal ini juga merupakan cerminan dari iman Maria bahwa bagi Yang Maha Kuasa, tidak ada perkara yang mustahil, termasuk proses adikodrati akan keberadaan dirinya sebagai ibu yang mengandung Anak Tunggal Allah, bayi Yesus. Dia sanggup melakukan segala perbuatan yang besar demi namaNya yang kudus dan demi keselamatan umatNya. Maria menjadi berbahagia atau diberkati (blessed) karena dia sungguh mengimani dan mengamini apa yang disampaikan oleh malaikat Tuhan sebelumnya, yaitu "sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil" (Luk. 1:37).

 

Ketiga, adanya hati yang berharap karena Allah adalah Tuhan yang aktif bertindak sebagai Pembela dan Penolong bagi umat-Nya, "Ia akan memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya" (Luk. 1:51). "Ia akan menurunkan orang-orang yang menurunkan orang-orang yang berkuasa" (Luk. 1:52), "Ia akan melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar" (Luk. 1:53) dan "Ia akan menolong Israel…seperti yang dijanjikan kepada nenek moyang kita" (Luk. 1:54-55). Dia bukanlah Tuhan yang "buta apalagi tertidur." Adalah sungguh benar bahwa "Gusti Allah ora sare" (bahasa jawa), yang artinya: "Tuhan Allah tidak tidur", bahkan lebih dari itu, Dia telah, sedang dan akan terus mencurahkan dengan kelimpahan "rahmatNya turun temurun atas orang yang takut akan Dia" (Luk 1:50) dan atas orang yang terus berharap dan menantikan kedatangan-Nya (adventus). TuhanYesus memang telah datang ke dunia tetapi Dia berjanji akan datang kali kedua tidak lagi sebagai bayi natal di palungan Betlehem, tapi sebagai Sang Hakim, yang akan mengadili dunia dengan penuh kuasa dan keadilan-Nya. Gereja Tuhan harus terus memuliakan Dia dan memiliki hati yang terus berharap pada janji kedatangan-Nya kali kedua sebagai "Raja atas segala raja dan Tuan atas segala tuan" (Why. 19:16). Karena itu, muliakanlah TUHAN selama kita hidup. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...