Minggu, 11 Agustus 2019
"YESUS PENOLONG KITA”
Kotbah: Matius 8:23-27 Bacaan: 2Raja-raja 5:8-14
Minggu ini kita akan memasuki Minggu kedelapan setelah Trinitatis. Dalam Minggu ini kita akan membahas tema “Yesus Penolong Kita”.Dalam kehidupan ini kita menghadapi banyak badai kehidupan. Badai itu tidak bisa diprediksi. Dan badai itupun tidak bisa kita hilangkan. Apalagi ketika kita menetapkan langkah kehidupan kita untuk mengikut Yesus, kita pun akan banyak menjumpai salib yang harus kita pikul. Mengikut Yesus haruslah dengan komitmen penuh dan motivasi murni.
Walau ada banyak badai dan salib yang harus kita pikul, kita tidak perlu takut menghadapinya sebab Tuhan yang kita sembah dan yakini itu akan setia menolong kita. Penulis Matius telah mencatat pertolongan yang Yesus berikan melalui kisah Tuhan Yesus meredakan angin ribut.
Ketika Yesus dan para murid naik ke dalam perahu, sekonyong-konyong datanglah angin ribut. Angin ributdisini bukanlah angin keras biasa sebab sebagian besar murid Kristus yang notabene seorang nelayan yang biasa menghadapi badai dan gelombang pun menjadi takut, panik, dan kuatir. Hal ini membuktikan bahwa badai tersebut berada di luar batas mereka.
Bukankah reaksi yang ditunjukkan oleh para murid ini juga menjadi gambaran diri setiap kita, ketika badai dan gelombang, yakni kesulitan itu datang menerpa maka orang tidak lagi dapat melihat kesulitan itu sebagai ujian imandan memandangnya sebagai kebahagiaan tetapi orang justru ingin cepat menyelesaikanmenurut caranya sendiri sebab mata kita selalu tertuju pada realita.
Tuhan Yesus menegur mereka dengan keras: “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya.“ Kata “kurang percaya“disini berarti orang yang beriman kecil sebab apa yang menjadi komitmen kita belum menjadi iman yang sejati terbukti badai gelombang tidak menjadikan kita semakin beriman namun justru membuat kita takut dan kuatir. Badai gelombang yang bergolak dengan begitu dahsyat langsung berhenti dan danau menjadi teduh sekali itu ketika Tuhan Yesus menghardiknya. Secara logika, orang sukar untuk mengerti, orang seharusnya menyadari bahwa Yesus adalah Allah pemilik alam semesta sebab angin dan danau pun taat kepadanya. Adalah anugerah dan menjadi sukacita tersendiri bagi kita kalau Tuhan, Pemilik dan Penguasa alam semesta ini berkenan memanggil dan menjadikan kita sebagai murid-Nya, sayang, iman kita terlalu kecil, maka tidaklah heran kalau kita tidak dapat melihat Tuhan sedang bekerja dengan ajaib dan heran.
Ada beberapa hal yang perlu kita pelajari dari perikop hari ini, yakni:
Pertama, hidup bersama Yesus kita bisa mengalami gelombang (ay. 23). Karena di sini dikatakan ayat 23 Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nyapun mengikuti-Nya. Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu. Jadi, walaupun Yesus ada di dalam perahu itu, bisa saja ada gelombang. Jangan kita salah mengerti, karena kita percaya dengan mujizat, lalu pada saat ada kesulitan, kita mulai bersungut-sungut dan ambil kesimpulan terlalu cepat bahwa mujizat tidak terjadi. Atau ada yang mulai merendahkan kita dan memojokkan kita dengan kata-katanya yang tidak enak "Katanya percaya dengan mujizat, tapi sampai sekarang punya penyakit koq tidak sembuh." Lalu mulai orang berkata bahwa mujizat berarti tidak ada dan segala sesuatu yang diucapkan adalah kata-kata yang negatif dan mulai memojokkan saudara. Walaupun Yesus ada di perahu itu, tapi gelombang mulai mengamuk.
Jadi, sebelum mujizat itu terjadi, didahului terlebih dahulu dengan segala sesuatu yang sepertinya merupakan masalah. Jadi, ada suatu masalah baru di situlah mujizat itu terjadi. Di sini kita lihat bahwa bersama Yesus, bisa saja kita menghadapi gelombang. Biarlah kita tidak kecil hati dan menjadi putus asa bila pencobaan datang menimpa. Karena, apa yang menimpa kita, tetap kemenangan akan datang. Tidak sedikit orang yang mundur dari gereja dan percaya dengan jimat-jimat dan kuasa kegelapan, mulai percaya dengan ramalan-ramalan nasib. Karena mereka berpikir "percuma, saya sudah ikut Yesus, tapi rumah tangga saya masih berantakan." "Saya sudah ikut Yesus, tapi sampai sekarang masih belum juga dapat jodoh."
Biarlah kita tidak menyerah, karena gelombang adalah bagian dari karya Tuhan di dalam hidup kita, gelombang bukan berarti kita gagal dalam hidup kita atau Allah tidak akan pernah salah dalam mendidik anak-anak-Nya. Yesuspun memerintahkan murid-murid-Nya untuk pergi ke seberang. Yesuspun ada di dalam perahu itu. Gelombang bisa merupakan bagian dari rencana dan kehendak Allah di dalam hidup kita. Jadi, kita belajar bahwa di dalam Yesus kita tidak perlu takut, walaupun gelombang masih ada dan terus berlangsung.
Kedua, hidup bersama Yesus kita tidak perlu takut (ay. 26). Pada saat Yesus dibangunkan ayat 26, Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" Kadang kala kita pikir kita takut, karena keadaan, karena gelombang, karena badai, karena kesulitan ekonomi. Tapi Yesus mengingatkan kita, kita takut, karena kita kurang percaya. Kita mulai meragukan "Yesus mungkin tidak bisa menolong saya."
Gelombang bukan berarti Tuhan salah memberi sesuatu pada kita, atau merupakan akhir dari karya Tuhan. Tapi, gelombang merupakan awal dimana Tuhan akan bertindak secara ajaib kepada muri-murid-Nya.Bersama Yesus kita tidak perlu takut. Mungkin ada di antara kita yang mengalami kesulitan keuangan yang luar biasa dalam hidup kita, ada mungkin di antara kita yang masih belum dapat kerjaan, ada mungkin di antara kita yang mengalami saat-saat yang mengkuatirkan dalam hidup. Jika engkau tahu bahwa engkau sedang berjalan bersama Yesus, kita tidak perlu takut, karena Allah membuat sesuatu itu indah pada waktunya.
Ketiga, hidup bersama Yesus kita selalu melihat jalan keluar (ay. 25). Waktu badai mengamuk, Petrus tidak bisa bilang apa-apa lagi, ayat 25 dikatakan "Tuhan, tolonglah, kita binasa." Yang ada dalam pikiran Petrus pada saat itu adalah kita binasa,yang ada dalam pikiran Petrus adalah kita tenggelam, bahwa gelombang itu akan naik begitu tinggi, perahu itu akan terguling dan semuanya akan lenyap ditelan badai. Bersama Yesus kita bisa menghadapi gelombang, tapi kita tidak akan terbalik.Kita bisa menghadapi angin ribut dan badai, tapi kita tidak akan tenggelam. Allah yang di pihak kita menjamin kemenangan bagi kita. Bersama Yesus, selalu dan selalu kita akan melihat jalan keluar.
Sebab itu, nantikanlah pertolongan Tuhan, mujizat masih terjadi sampai hari ini. Masalah yang terjadi, bukan berarti Allah tidak lagi peduli dengan kita, masalah yang terjadi bukan berarti bahwa Allah tidak lagi punya kuasa untuk membela kita. Bersama Yesus kita tidak perlu takut, karena bersama-Nya kita akan selalu melihat jalan keluar. Mungkin ada di antara kita yang mengharapkan penghiburan dan jalan keluar pada hari-hari ini. Tuhan bisa beri kepastian bagi hidup kita!
Apa yang bisa kita renungkan dari kotbah Minggu ini?
Pertama, kita harus tahu bahwa mengikut Yesus bukan tanpa kesulitan. Tuhan tidak pernah berjanji bahwa kalau kita mengikut Yesus, Raja di atas segala raja itu maka kita tidak akan pernah mengalami kesulitan dan penderitaan. Tidak! Jangan tertipu dengan ajaran bidat yang mengajarkan bahwa, Tuhan itu Maha Dahsyat maka menjadi murid Tuhan yang Maha Dahsyat itu, kita pasti tidak akan pernah mengalami penderitaan. Pertanyaannya adalah kalau Tuhan Maha Dahsyat, apakah kita dapat mengatur Dia sedemikian rupa menuruti semua keinginan kita? Tidak! Tuhan yang harus menjadi pemegang kuasa tertinggi dan Dia berkuasa atas hidup manusia; tidak ada siapapun atau apapun di dunia ini yang dapat memimpin dan mengarahkan hidup kita. Ketika Tuhan Yesus mengajak murid-murid-Nya ke danau, Tuhan Yesus pasti tahu akan datang gelombang yang menerpa dan Tuhan Yesus tidak menghindarkan murid-murid-Nya dari bahaya itu. Tuhan sengaja membiarkan murid-murid-Nya menghadapi gelombang, Tuhan Yesus tidur nyenyak di buritan ketika gelombang besar itu mengombang-ambingkan perahu. Sesungguhnya, Tuhan Yesus ingin menguji iman para murid namun murid-murid ingin supaya Yesus segera menyelesaikan masalah mereka. Bukankah kita seringkali juga demikian? Kita ingin supaya Yesus segera mengangkat semua kesulitan hidup dan hal ini juga menjadi teriakan nabi Habakuk. Berapa lama lagi, Tuhan, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: “Penindasan!“ tetapi tidak Kau tolong? (Hab. 1:2). Kalau Tuhan diam bukan berarti Tuhan tidak peduli. Tuhan tidak langsung bertindak karena Tuhan ingin supaya anak-anak-Nya mempunyai kekuatan sehingga kita bisa menghadapi berbagai-bagai kesulitan.
Di dalam kehidupan Kristen, kita seringkali dilumpuhkan oleh ajaran-ajaran palsu yang mengajarkan bahwa kita akan menjadi kaya dan sukses, kita tidak akan sakit. Kalaupun kita mengalami sakit, berarti ada dosa yang telah kita perbuat maka segeralah meminta ampunan pada-Nya. Setelah melihat begitu banyak mujizat yang dilakukan oleh Kristus, murid-murid seharusnya tahu bahwa pastilah kapal itu tidak akan tenggelam sebab ada Yesus di dalam perahu. Tapi sayang, para murid kurang beriman, mereka justru menjadi panik dan kuatir. Sesungguhnya, melalui kesulitan dan penderitaan itu Tuhan ingin menjadikan anak-anak-Nya dewasa, mature. Sayangnya, hari ini banyak orang Kristen ingin menjadi “bayi rohani“ yang segala sesuatunya selalu minta diperhatikan. Celakanya, dunia mengerti tentang perlunya pertumbuhan fisik yang diikuti dengan kedewasaan mental namun orang Kristen justru tidak memahami pentingnya kedewasaan rohani.
Kedua, kita harus tahu bahwa mengikut Yesus dilatih menjadi dewasa iman. Pengikut Yesus sejati haruslah kuat menghadapi kesulitan dan ingat, ada Tuhan bersama dengan kita, Dia tidak akan membiarkan kita sendiri menghadapi semua kesulitan. Realita ini seharusnya memberikan kekuatan kepada kita untuk melangkah dalam dunia. Tuhan tahu sampai dimana batas kita mampu menghadapi kesulitan. Tuhan tidak akan membiarkan kita dicobai sedemikian rupa sampai di luar batas kemampuan kita. Tuhan tahu sampai dimana batas kemampuan para murid-murid itu menghadapi gelombang karena itu Tuhan tidak tinggal diam, Dia langsung menghardik angin itu. Jangan pernah berpikir bahwa orang yang banyak mengalami mujizat Tuhan itu karena ia mempunyai iman yang besar. Tidak! Justru sebaliknya, orang yang senantiasa selalu ditolong Tuhan menunjukkan imannya kerdil. Seharusnya ia malu sebab ia tidak mempunyai daya juang untuk menghadapi kesulitan. Perhatikan, ketika iman itu sampai pada titik puncak maka Tuhan menunjukkan bahwa kita mempunyai kekuatan pertahanan yang sangat besar. Hal ini sangat kontras kalau dibandingkan dengan Tuhan Yesus sendiri ketika Ia harus menghadapi penderitaan yang begitu besar, “Bapa, kalau boleh cawan ini lalu daripada-Ku“. Tuhan tidak minta supaya Bapa mengangkat cawan itu. Kesulitan hidup yang Tuhan perkenankan untuk kita lewati dimana kesulitan itu bukan sebagai akibat dari perbuatan dosa kita maka biarlah kita meneladani sikap Yesus:“Biarlah, kehendak-Mu saja yang jadi“. Jiwa seperti inilah yang harus ada dalam diri mereka yang menyebut diri sebagai murid Kristus sejati, yaitu taat mutlak pada kehendak Tuhan dan rela menghadapi kesulitan karena kita tahu semua penderitaan itu dimaksudkan demi untuk kebaikan kita, yakni pendewasaan iman dengan demikian kita dapat menjadi saksi bagi dunia.
Ironis, hari ini orang justru berpikir terbalik, seorang bayi dianggap dewasa. Seperti halnya orang yang diberikan karunia berbahasa Roh dianggap karena mereka mempunyai iman yang besar. Tidak! Karunia bahasa Roh itu diberikan untuk orang yang tidak beriman (1Kor. 14:22). Sayang, banyak orang Kristen yang melewatkan ayat ini. Mengikut Kristus berarti rela dipimpin oleh Kristus dan ingat, pimpinan Tuhan akan menjadikan kita dewasa. Jangan takut, Tuhan tahu sampai dimana batas kemampuan kita dapat menanggung penderitaan sebab Tuhan tidak akan menguji kita melampaui kekuatan kita dan percayalah, pada waktu kita dicobai, Ia akan memberikan jalan keluar, sehingga kita dapat menanggungnya (1Kor. 10:13). Tuhan tahu, Ayub adalah seorang beriman besar karena itu Tuhan mengijinkan ia dicobai oleh iblis; Ayub harus mengalami kesulitan dan penderitaan. Maka dapatlah dibayangkan, orang Kristen karismatik atau mereka yang ikut dalam gerakan neo pantekostalisme pastilah akan meninggalkan Tuhan ketika ia mengalami kesulitan seperti Ayub. Tuhan tahu sampai dimana kapasitas iman Ayub maka ketika iman Ayub mulai goyah, Ayub mulai mengutuki hari kelahirannya karena saudara-saudara seimannya, maka Tuhan mulai bertindak. Tuhan memulihkan keadaan Ayub; Tuhan memberkati Ayub dengan mengembalikan seluruh hartanya dengan berlipat-lipat. Di dunia modern, iman Kristen telah dirusak oleh berbagai macam ajaran-ajaran palsu maka tidaklah heran kalau anak-anak Tuhan tidak mempunyai daya untuk menghadapi gelombang yang dahsyat, orang Kristen tidak mempunyai iman yang cukup untuk kita bisa tahu rencana Tuhan yang indah di balik gelombang itu dan dimana kekuatan kita. Tuhan membiarkan kita masuk dalam berbagai-bagai kesulitan untuk mendidik dan melatih supaya mempunyai kedewasaan rohani. Pikiran Tuhan lebih tinggi dari pikiran manusia, Dia melihat yang tidak dapat kita lihat.
Ketiga, kita harus tahu bahwa mengikut Yesus disiapkan untuk melakukan perkara besar. Setelah Tuhan Yesus menyelesaikan misi-Nya di dunia, maka tanggung jawab pelayanan berada di tangan murid-Nya karena itu iman mereka harus dilatih terlebih dahulu. Akan tetapi, seringkali orang tidak siap untuk dididik Tuhan, kita tidak siap dengan berbagai-bagai kesulitan. Bagaimana mungkin buah zaitun akan menghasilkan minyak kalau tidak ditekan atau buah anggur akan menjadi arak kalau tidak diperas? Kita sepatutnya mengucap syukur kalau Tuhan masih berkenan mendidik kita dengan luar biasa, kita boleh mengalami pengalaman indah berjalan bersama dengan Tuhan. Seringkali, ketika kesulitan itu datang kita tidak pernah memandangnya sebagai ujian iman, kita hanya melihat ujian itu sebagai beban yang harus kita tanggung padahal Tuhan mau memakai kita menjadi alat-Nya untuk berbagian dalam pekerjaan-Nya. Siapakah kita sehingga Tuhan berkenan memakai kita, manusia berdosa dan terbatas ini dipakai menjadi alat-Nya sehingga menjadi saluran berkat bagi banyak orang?
Setiap hari kita telah merasakan anugerah Tuhan telah memelihara hidup kita dan kita melihat dan merasakan mujizat Tuhan yang bekerja dengan luar biasa bahkan sangat sukar dimengerti logika manusia. Pertanyaannya apakah pimpinan Tuhan yang begitu dahsyat atas kita tersebut belum cukup membuktikan bahwa Tuhan menyertai kita. Ingat, Tuhan tidak pernah tidur, Dia tidak pernah meninggalkan kita walau sedetikpun, Dia ada di dalam kapal. Apakah kita masih kurang percaya? Apakah kita masih beriman kerdil? Kalau sampai detik ini, kita dapat melewati kesulitan, ingat, itu karena Tuhan yang memimpin. Tuhan ingin membentuk kita melalui latihan-latihan iman, tanpa latihan tidak ada pertumbuhan iman dan terkadang Tuhan memang membiarkan kita menghadapi kesulitan itu sampai di titik kritis sehingga kita dapat merasakan mujizat Tuhan yang ajaib. Biarlah kita mulai belajar untuk dilatih Tuhan dengan demikian kita bertumbuh dalam iman dan itu menjadikan kita bersemangat dan mempunyai kekuatan untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan yang besar.
Jangan takut, Tuhan ada di kapal bersama-sama dengan kita, di saat gelombang itu datang, mungkin kita merasa lelah dan letih karena telah bekerja keras berusaha mengeluarkan air dari kapal supaya tidak tenggelam namun percayalah, ketika kita telah berada di ambang batas kekuatan kita maka Tuhan akan menolong tepat pada waktu-Nya. Seorang pengikut Kristus bukan berarti kita dilewatkan dari badai, angin menjadi tenang dan kapal kita akan melaju dengan lancar. Tidak! Kita seharusnya makin bersyukur kalau Dia berkenan membawa kita ke dalam kesulitan-kesulitan yang berat. Jangan mudah ditipu oleh gejala jaman yang berpendapat bahwa dunia semakin hari semakin enak karena setiap manusia egois yang hanya memikirkan kesejahteraan diri sendiri. Biarlah konsep kita diubahkan dengan demikian kita mempunyai kekuatan iman. Karena itu jadilah kuat di dalam Tuhan sehingga kita bisa menjadi saksi Tuhan di tengah dunia dan menolong mereka yang lemah iman dan tidak ada pengharapan. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN!