Senen, 24 Desember 2018
Kotbah: Lukas 1:26-38 Bacaan: Yesaya 12:1-6
Malam ini kita merayakan Malam Natal tat kala Yesus lahir di kandang domba di Betlehem. Ada banyak kenangan dan inspirasi atas peristiwa ini bagi kita sekarang. Peringatan ini tidak berlalu begitu saja tetapi harus membawa makna bagi kita sekarang. Dalam Malam Natal ini akan membahas tema “Lihat Keselamatanmu Datang”.Penyelamat itu sudah datang kala itu di Betlehem. Bagaimana kedatangan penyelamat itu kala itu? Tentu ada kronologi yang terjadi menjelas kelahiran Yesus. Yesus bukan lahir tiba-tiba ke dunia ini, tetapi kelahiran-Nya menjalani proses manusiawi (gradual).
Bagaimana proses keselamatan itu datang dan lahir di tengah-tengah kita?
Pertama,kedatangan keselamatan itu dimulai dari kedatangan Gabriel kepada Maria (ay. 26-28a). Pada bulan keenam (ay 26) Elisabet mulai mengandung (bdk. ay 36b). Ini menunjukkan bahwa usia Yesus lebih muda sekitar 6 bulan dari Yohanes Pembaptis. Tentu saja dalam hal ini Yesus ditinjau sebagai manusia! Sebagai Allah Ia kekal dan lebih tua dari siapapun! Ditinjau dari banyak sudut, baik pemberitaan tentang kelahiran Yohanes Pembaptis maupun kelahiran Yohanes Pembaptis kelihatannya lebih hebat dan mentereng dari pada pemberitaan tentang kelahiran Yesus dan kelahiran Yesus. Kelahiran Yohanes Pembaptis diberitakan di dalam Bait Allah di Yerusalem, sedangkan kelahiran Yesus diberitakan di rumah Maria di Nazaret di Galilea (ay. 26, 28a). Kelahiran Yohanes Pembaptis diberitakan kepada seorang imam yaitu Zakharia, sedangkan kelahiran Yesus diberitakan kepada seorang gadis desa yaitu Maria. Yohanes Pembaptis dilahirkan dalam rumah / keluarga imam, sedangkan Yesus dilahirkan di tempat hewan / keluarga tukang kayu yang miskin (Luk. 2:6-7 Mat. 13:55a). Kelahiran Yohanes Pembaptis diketahui banyak orang, sedangkan kelahiran Yesus hampir tidak diketahui orang (Luk. 2:6-7).Bandingkan semua ini dengan Yesaya 53:2b, yang berbunyi:"Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya"
Tetapi jelas bahwa Yesus jauh lebih besar dari Yohanes Pembaptis. Ini mengajar kita untuk tidak menilai Yesus secara jasmani (bdk. 2Kor. 5:16). Kalau kita menilai Yesus secara jasmani, kita tidak akan pernah mau datang dan percaya kepada Dia, dan itu akan membawa penghukuman kekal bagi kita! Juga dalam menilai hal-hal lain, banyak orang menilainya secara jasmani / lahiriah, misalnya:
Ø dalam menilai suatu agama mereka memperhatikan berapa banyak jumlah umatnya, populernya agama tersebut, dsb.
Ø dalam menilai gereja mereka memperhatikan kemegahan gedungnya, banyaknya jemaatnya, banyaknya cabang yang dimiliki, nama / merk gereja yang ngetop, dsb.
Ø dalam menilai pendeta mereka melihat gagahnya si pendeta, gelarnya yang hebat, IQ tinggi yang ia miliki, sekolah yang hebat di luar negeri tempat ia mendapatkan pendidikan teologia, dsb.
Ø dalam menilai buku rohani mereka melihat bentuk bukunya, warna dan cetakannya yang menarik, dsb.
Ini semua salah, karena kita harus menilainya secara rohani! Bagaimana mutu rohaninya, itulah yang harus dipertanyakan!
Kedua, kedatangan keselamatan itu melalui Maria adalah seorang perawan yang masih dalam status bertunangan dengan Yusuf (ay. 27). Kelahiran Yesus melalui perawan Maria menunjukkan secara hukum, Yesus adalah anak Yusuf! Karena itu tidak aneh, kalau silsilah-Nya dibuat melalui Yusuf. Disamping itu, silsilah Yesus dalam Lukas 3:23-38 adalah melalui Maria.
Walau Maria menyebut Yusuf sebagai ayah Yesus (Luk. 2:48).Tetapi Yesus menjelaskan bahwa Yusuf bukanlah bapa-Nya, karena Allahlah yang menjadi Bapa-Nya. (Luk. 2:49).Doktrin kelahiran Yesus dari seorang perawan adalah doktrin benar yang sangat penting yang harus dipertahankan.Kata Yunani yang diterjemahkan “perawan” adalah PARTHENOSdan kata ini tidak pernah digunakan untuk menunjuk kepada perempuan yang sudah menikah.Disamping itu, kata-kata Maria dalam ayat 34 yang berbunyi “aku belum bersuami” terjemahan hurfiahnya adalah “aku tidak tahu / kenal laki-laki”, dan ini jelas menunjukkan bahwa ia betul-betul masih perawan.
Kalau Yesus tidak dilahirkan oleh seorang perawan yang mengandung dari Roh Kudus, tetapi dari pernikahan biasa atau dari perzinahan, maka: nubuat Firman Tuhan dalam Yesaya 7:14 tidak tergenapi. Ia bukanlah Allah dan manusia tetapi hanyalah manusia biasa.
Kelahiran Yesus dari perawan Maria adalah suci bukan lahir berdosa. Kalau Yesus lahir sebagai manusia berdosa, maka Ia tidak bisa menebus dosa manusia.
Ketiga, kedatangan keselamatan itu disertai dengan dialog Gabriel dengan Maria (ay. 28-38). Gabriel memberi salam kepada Maria (ay. 28). “Salam, hai engkau yang dikaruniai”.Kata Yunani yang dipakai adalah KECHARITOMENE.Perhatikan adanya kata CHARIS(= grace / kasih karunia), yaitu sesuatu yang ada pada Allah yang menyebabkan Ia memberikan karunia kepada orang yang tidak layak untuk menerimanya.
Salam dari Gabriel kepada Maria ini bukanlah doa Salam Maria, melainkan hanya sebuah salam yangdiucapkan oleh malaikat kepada Maria. Salam ini diucapkan kepada Maria yang ada dalam keadaan hidup di dunia ini, sedangkan doa Salam Maria dinaikkan / diucapkan kepada Maria yang sudah mati.
Respons Maria mendengar dan menerima salam Gabariel adalah terkejut (ay. 29) dan menjadi takut (ay. 30a). Mengapa Maria terkejut dan takut? Karena malaikat Gabriel memberitakan kelahiran Yesus (ay. 30-33) melalui dirinya yang masih bertunangan dan belum menikah. Hal itu tidak mungkin terjadi secara manusia. Karena seseorang hanya bisa melahirkan anak jika sudah menikah. Pernyataan Gabriel itu membuat Maria menjadi ketakutan. Ketakutan Maria semakin bertambah-tambah karena Gabriel mengatakan bahwa anak yang akan dilahirkannya “akan disebut Anak Allah”.Ini tak berarti bahwa sebelum jadi manusia Yesus bukanlah Anak Allah. Artinya: dulu Ia sudah adalah Anak Allah, lalu Ia menjadi manusia dan manusia akan tahu dan mengakui / menyebut-Nya sebagai Anak Allah.
Kebingungan dan ketakutan Maria atas pemberitaan Gabriel kepada dirinya membuat Maria menerima dengan kerendahan hati segala maksud dan rencana Tuhan dalam dirinya demi mewujudkan kedatangan keselamatan bagi dirinya dan bagi dunia ini.
Walau Maria takut bukan berarti ia menolak kehendak Tuhan atas dirinya. Itulah sebabnya dia tidak tidak dihukum, dan ini menunjukkan bahwa Maria mempunyai sikap hati yang berbeda dengan Zakharia.
Maria memiliki keyakinan yang kuat bahwa “bagi Allah tidak ada yang mustahil”. Karena bagi Allah setiap RHEMA tidak akan mustahil. Kata RHEMA bisa diterjemahkan “word” (= kata / firman). Jadi maksudnya adalah setiap kata yang tadi Tuhan janjikan dalam ayat 31-33, tidaklah mustahil (bdk. Rm. 4:20-21).
Keempat,kedatangan keselamatan itu berkat ketundukan Maria atas kehendak dan rencana TUHAN (ay. 38). Bagi Maria ketundukan dan penyerahannya ini mempunyai resiko tinggi, yaitu:
ü kesalahpahaman Yusuf (bdk. Mat. 1:18-19).
ü kesalahpahaman, ejekan dan hinaan dari orang-orang di sekitarnya, bahkan dari keluarganya sendiri.
ü kemungkinan ia akan dihukum mati berdasarkan hukum Perjanjian Lama dalam Ulangan 22:20-21.
Tetapi Maria tetap tunduk dan tidak membantah. Ini menunjukkan iman yang hebat.
Ini merupakan bukti nyata dari iman, kalau kita mengekang pikiran kita, dan menaklukkannya, sehingga tidak berani menjawab ini atau itu kepada Allah: karena keberanian dalam berbantah adalah ibu dari ketidakpercayaan. Kalau Tuhan memberikan firman yang kelihatannya tidak logis bagi kita, sejatinya kita pun harus mempercayainya.Kalau Tuhan memberikan perintah yang kalau kita taati akan memberikan resiko / kerugian besar bagi kita, maka kita pun harus tunduk dan menerimanya dengan segala kerendahan hati.
Inilah kronologi kedatangan keselamatan itu bagi kita. Keselamatan itu datang dengan proses yang panjang yang penuh lika-likunya. Karena itu, marilah kita taat pada rencana TUHAN dalam hidup kita demi mendatangkan keselamatan bagi kita dan bagi seluruh dunia ini. (rsnh)
Selamat Malam Natal 24 Desember 2018 bagi kita semua!