Jumat, 30 Maret
2018
Kotbah: Yohanes
19:28-37 Bacaan: Mazmur 22:1-9
Hari ini kita
merayakan hari besar umat Kristiani yang mengagungkan yakni Peringatan Hari Kematian Yesus, Jumat Agung.
Disebut Jumat Agung karena pada hari inilah Yesus mati disalibkan di
Golgota demi menanggung dosa manusia dan dunia ini.
Pada Ibadah Jumat
Agung ini kita akan membahas tema “Memandang
dan percaya kepada Yesus yang disalibkan”. Peristiwa penyaliban Yesus itu
bukanlah sebuah peristiwa yang biasa melainkan peristiwa yang luar biasa. Yesus
rela mati akibat dari dosa manusia. Sejatinya manusia berdosalah yang harus
mati di kayu salib, tetapi Yesus mau dan rela dijadikan menjadi manusia berdosa
untuk menggantikan kita tersalib di Golgota agar kita beroleh kehidupan yang
kekal.
Ketika kita memandang kematian Yesus maka kita
akan menemukan suatu keanehan, yaitu bahwa Yesus tidak mau menghindari
kematian, bahkan tidak mau penderitaan-Nya dikurangi! Dari mana kita bisa
melihat hal ini?
Pertama, Yesus menolak
minuman. Dalam Matius 27:34 dikatakan bahwa Yesus diberi
minum “anggur bercampur empedu”, dan dalam Markus 15:23 dikatakan bahwa
Yesus diberi “anggur bercampur mur”. Ini bukan kontradiksi, karena minuman itu
adalah anggur bercampur ramuan tertentu, yang mengandung baik empedu maupun
mur. Tetapi pada
saat Yesus mengecap minuman itu, dikatakan bahwa Ia tidak mau meminum-Nya.
Mengapa? Padahal sebentar lagi Ia minta minum (Yoh. 19:28 – “Aku haus”), dan
mau meminum minuman yang diberikan kepada-Nya (Mrk. 15:36; Yoh. 19:29-30).
Yesus tidak mau meminum anggur bercampur empedu
/ mur itu, karena minuman itu adalah minuman yang mengandung ramuan yang bisa
membius / mengurangi rasa sakit, dan diberikan kepada orang yang disalib
sebagai suatu tindakan belas kasihan kepada mereka.
Ketidakmauan Yesus menerima pengurangan rasa
sakit / penderitaan merupakan sesuatu yang lebih aneh lagi dari pada sekedar
tidak menghindari kematian. Orang kristen yang sejati, seharusnya mempunyai
keyakinan keselamatan, dan karena itu mestinya tidak takut mati. Tetapi siapa
yang tidak takut pada penderitaan / rasa sakit yang hebat? Siapa yang pada
waktu mengalami rasa sakit yang hebat tidak menginginkan rasa sakitnya dikurangi?
Kalau kita pergi ke dokter gigi untuk dicabut
giginya, atau kalau kita akan dioperasi, tentu kita senang menerima pembiusan
supaya tidak mengalami rasa sakit.
Lalu mengapa Yesus tidak mau rasa sakit /
penderitaan-Nya dikurangi? Karena Ia sadar bahwa saat itu Ia sedang memikul
hukuman dosa manusia, termasuk hukuman dosa saudara dan saya. Dan Ia ingin
memikul seluruh hukuman dosa manusia!
Andaikata saja pada saat itu Yesus mau meminum
minuman bius itu, dan rasa sakit-Nya berkurang, katakanlah 10 %, maka itu
berarti Ia hanya memikul 90 % hukuman dosa kita. Tahukah apa akibatnya? Kita
boleh saja betul-betul percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat, tetapi hanya 90 % dari dosa-dosa kita yang ditebus / dibayar
oleh Yesus. Sedangkan 10 % sisanya, kita harus menanggungnya sendiri.
Kalau hal ini terjadi, maka renungkanlah 2 hal di bawah ini:
1)
10 % dari dosa kita itu luar biasa banyaknya. Kalau kita
menganggap diri kita itu baik, atau kalau kita beranggapan bahwa jumlah dosa kita
cuma ratusan atau ribuan, maka itu disebabkan kita tidak mengerti Firman Tuhan,
yang merupakan standard Allah untuk menentukan dosa. Kalau saja kita mengerti
Firman Tuhan, dan membandingkannya dengan hidupkita, maka saya yakin saudara
akan menemui berjuta-juta dosa. Kalau kita menyoroti hukum Tuhan
yang berbunyi “Jangan berdusta” saja, maka berapa dosa yang kita temukan dalam
hidupkita? Mulai saat kita masih kecil sampai sekarang, berapa kali kita berdusta
kepada orang tua, kakek / nenek, guru di sekolah, teman, kakak / adik, teman
kerja / rekan bisnis, langganan, pejabat pemerintahan, pegawai, bahkan kepada
pengemis (dengan berkata “tidak punya uang” padahal kita punya)? Hanya dari
satu hukum itu saja, sudah sukar menghitung jumlah dosa kita! Bagaimana kalau
ditambahkan dengan hukum-hukum yang lain, seperti jangan berzinah, jangan
mencuri, jangan iri hati, hormatilah orang tuamu, hukum hari sabat, hukum
antara suami istri, dsb? Bagaimana kalau ditambahkan lagi hukum-hukum yang
dianggap tidak masuk akal, seperti: Kasihilah Tuhan Allahmu dengan
segenap hati, pikiran, akal budi (Mat. 22:37). Kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri (Mat. 22:39). Kasihilah musuhmu,
doakan orang yang menganiaya kamu (Mat. 5:44). Jangan membalas
kejahatan dengan kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan (Rm.
12:17,21). Karena itu 10 % dari dosa kita pastilah luar biasa
banyaknya. Kalau dosa kita jumlahnya 1 juta, maka 10 % dari dosa kita
berarti 100.000 dosa!
2) Satu dosa sudah cukup untuk memasukkan diri
saudara ke dalam neraka sampai selama-lamanya! Ada agama lain yang
mengatakan bahwa nanti pada akhir jaman perbuatan baik dan dosa setiap orang
akan ditimbang; kalau lebih berat dosanya maka orangnya dimasukkan neraka, dan
kalau lebih berat perbuatan baiknya maka orangnya akan dimasukkan surga.
Ditinjau dari sudut agama lain itu, maka mungkin masih ada kemungkinan kita
akan masuk surga kalau kita memikul sendiri 10 % dosa kita. Tetapi Kitab
Suci / Firman Tuhan tidak mengajar demikian! Roma 6:23 mengatakan
bahwa "upah dosa ialah maut"! Jadi, tidak dikatakan kalau
dosanya banyak / besar / lebih banyak dari perbuatan baiknya, barulah upahnya
maut! Hanya dikatakan bahwa upah dosa ialah maut, dan itu berarti bahwa satu
dosa saja sudah cukup untuk membawa saudara kedalam neraka sampai
selama-lamanya! Mengapa demikian? Karena Kitab Suci / Firman Tuhan mengajar
bahwa perbuatan baik tidak bisa menutup dosa (Gal. 2:16,21). Memang, kalau kita
ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas dan akan menghadapi
persidangan, bisakah kita lalu berbuat baik dengan harapan perbuatan baik kita
itu menyebabkan kita tidak didenda dalam pengadilan? Jelas tidak mungkin! Jadi,
hukum duniapun mengatakan bahwa perbuatan baik tidak bisa menutup dosa. Dan
demikian juga ajaran dari Kitab Suci / Firman Tuhan! Karena itulah maka satu
dosa saja sudah cukup untuk membuat saudara masuk neraka sampai selama-lamanya!
Sekarang, bagaimana kalau kita gabungkan 2 hal
di atas ini? 10 % dari dosa saudara bukan main banyaknya, sedikitnya ada
100.000 dosa. Padahal satu dosa saja sudah cukup membuang kita ke dalam neraka
sampai selama-lamanya. Bagaimana kalau kita harus menanggung 100.000 dosa atau
bahkan lebih dari itu?
Karena itu, andaikata Yesus mau meminum minuman
yang mengandung ramuan bius itu, pasti seluruh umat manusia, mulai dari Adam
sampai kiamat, termasuk saudara dan saya, akan masuk neraka sampai
selama-lamanya!
Tetapi Yesus menolak minuman yang mengandung
ramuan bius itu! Ia tidak mau memikul hanya sebagian atau 90 % hukuman
dosa kita; Ia mau memikul seluruhnya atau 100 % hukuman dosa kita!!
Ada 2 hal lain yang menunjukkan bahwa seluruh
hukuman dosa kita memang sudah dibereskan oleh Yesus di kayu salib, yaitu:
a) Kata-kata “Sudah selesai” (Yoh 19:30)
menunjukkan bahwa penderitaan aktif-Nya untuk memikul seluruh dosa kita, sudah
selesai!
b) Yesus bisa bangkit dari kematian. Karena upah
dosa ialah maut, kalau saja ada satu dosa yang belum beres, maka Ia tidak akan
bisa bangkit. Bahwa Ia bisa bangkit pada hari yang ke tiga, menunjukkan bahwa
memang seluruh dosa kita sudah dibereskan!
Karena itu, kalau saudara mau percaya dan
menerima Yesus sebagai Juruselamat saudara, semua dosa saudara tanpa kecuali,
akan dihapuskan / diampuni. Ini mencakup:
dosa asal.
dosa yang lalu.
dosa sekarang.
dosa yang akan datang.
Karena itulah orang yang percaya kepada Yesus
mempunyai jaminan keselamatan!
Kedua, Yesus minta minum.
Setelah Yesus menolak minuman bius itu, Ia lalu disalibkan. Dan pada
waktu ada di kayu salib, Ia berkata: “Aku haus” (Yoh. 19:28). Yesus memang sangat kehausan, karena:
a) Ia sudah ditawan sejak kemarin malam, dan
sebagai tawanan Ia pasti tidak diperlakukan dengan baik. Jadi mungkin sekali Ia
tidak diberi makanan ataupun minuman. Ini tentu menyebabkan Ia menjadi haus.
b) Ia digiring kesana kemari (kepada Mahkamah
Agama, kepada Pontius Pilatus, kepada Herodes, kembali kepada Pontius Pilatus,
dsb). Perja-lanan ini tentu menambah kehausan Yesus.
c) Ia dicambuki dan dipukuli dan dimahkotai
dengan duri. Semua ini menim-bulkan luka-luka yang mengeluarkan darah / cairan
tubuh sangat banyak, dan ini juga pasti menimbulkan kehausan yang luar biasa.
d) Ia harus memikul kayu salib yang cukup berat
sejauh kurang lebih 1 km. Ini pasti menyebabkan Ia mengeluarkan banyak
keringat, dan ini menam-bah kehausan-Nya.
e) Ia disalibkan mulai pukul 9 pagi (Mrk. 15:25).
Memang mulai pukul 12 siang terjadi kegelapan (Mrk. 15:33), tetapi mulai pukul
9 pagi sampai pukul 12 siang Ia boleh dikatakan dijemur di panas matahari yang
terik.
Semua hal di atas ini sudah pasti memberikan
kehausan kepada Yesus, dan ini bukanlah kehausan biasa, tetapi suatu kehausan
yang bukan main hebatnya. Dan semua ini sesuai dengan nubuat Mazmur 22:16 yang
berbunyi: "lidahku melekat pada langit-langit mulutku".
Bahwa Maz 22:16 itu menggunakan istilah ‘lidah
yang melekat pada langit-langit mulut’, jelas menunjukkan kehausan yang luar
biasa, dimana seluruh mulut betul-betul kering sehingga lidah melekat pada
langit-langit.
Mengapa Yesus harus mengalami kehausan? Tidak
cukupkah penderitaan cambuk dan salib yang Ia alami? Untuk ini saudara perlu
ingat bahwa kalau orang masuk neraka (lautan api) maka sudah pasti ia akan
kehausan luar biasa (bandingkan dengan kata-kata / seruan orang kaya di dalam
neraka kepada Abraham dalam Luk 16:24 yang berbunyi: "Bapa
Abraham, ka-sihanilah aku. Suruhlah Lazarus mencelupkan ujung jarinya ke dalam
air dan menyejukkan lidahku, karena aku sangat kesakitan dalam nyala api
ini").
Karena Yesus saat ini sedang memikul seluruh
hukuman dosa manusia, maka jelas bahwa Ia harus memikul juga kehausan yang luar
biasa yang seharusnya kita alami di neraka.
Persoalan / pertanyaan yang lain ialah: mengapa
Ia lalu meminta minum dengan berkata “Aku haus”? Apakah hal ini tidak
mengurangi penderitaan-Nya sehingga Ia tidak memikul 100 % hukuman dosa kita?
Ada 3 hal yang perlu diberikan sebagai jawaban:
1) Yesus meminta minum dengan tujuan supaya
Firman Tuhan digenapi. Perhatikan Yohanes 19:28 yang
berbunyi: "berkatalah Ia - supaya genaplah yang ada tertulis
dalam Kitab Suci – “Aku haus!”. Kitab Suci yang mana? Jawabnya
adalah Mazmur 69:22b yang berbunyi: "Pada waktu aku haus, mereka
memberi aku minum anggur asam". Ingat bahwa ini juga merupakan suatu
nubuat yang berhubungan dengan Mesias / Yesus. Jadi, Yesus meminta
minum dengan tujuan supaya nubuat Firman Tuhan tentang diriNya bisa digenapi.
Kalau Firman Tuhan itu digenapi maka: Allah dipermuliakan. Sebaliknya
kalau Firman Tuhan tidak terjadi, maka tentu saja Allah dipermalukan. Orang
bisa percaya bahwa Ia memang adalah Mesias. Sebaliknya kalau nubuat tentang
Mesias itu ternyata tidak tergenapi dalam diri Yesus, bagaimana mungkin orang
akan percaya bahwa Yesus adalah Mesias? Jadi, ditengah-tengah penderitaan-Nya
yang luar biasa (sedang terpan-cang di kayu salib), Yesus tetap mengingat, memikirkan,
menginginkan, dan mengusahakan 2 hal yaitu: Bagaimana Allah bisa dipermuliakan. Bagaimana
orang-orang bisa percaya kepada Dia dan diselamatkan.
2) Kristus minta minum supaya Ia bisa meneriakkan
kata-kata “Sudah selesai” (ay. 30), yang mempunyai arti
sangat penting bagi kita, supaya kita tahu tentang kesempurnaan penebusan
Kristus bagi dosa kita. Tanpa minuman itu, mulut, lidah,
dan tenggorokan Yesus yang sangat kering karena kehausan yang luar biasa itu,
tidak akan bisa meng-ucapkan kata-kata itu.
3) Ia minta minum setelah Ia tahu bahwa semua
sudah selesai. Perhatikan sekali lagi ay 28 yang
berbunyi: "Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu
telah selesai, berkatalah Ia - supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci
- : “Aku haus". Jadi, setelah penebusan yang Ia lakukan sudah cukup untuk
menebus dosa kita, barulah Ia berkata “Aku haus”. Harus diperhatikan, bahwa Kristus tidak
meminta minum apapun sampai semua telah selesai / tercapai ... Tidak ada
kata-kata yang dapat menyatakan secara penuh kesedihan yang ditahanNya; tetapi
Ia tidak ingin dibebaskan darinya, sampai keadilan Allah telah dipuaskan, dan
sampai Ia telah membuat penebusan yang sempurna. Tetapi bagaimana mungkin
penebusan dosa sudah selesai, padahal Ia belum mengalami kematian? Calvin
berkata bahwa Kristus mengucapkan kata-kata “Sudah selesai” itu dengan
memperhitungkan kematian-Nya yang akan terjadi. Atau ada juga yang mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan “sudah selesai” adalah penderitaan aktif-Nya dalam
memikul hu-kuman dosa.
Apa yang hendak kita renungkan dari peristiwa
Jumat Agung ini?
Pertama, kita harus percaya
dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan sebagai Tuhan. Yesus
sudah memikul seluruh hukuman dosa kita, dan Yesus sudah memikul kehausan yang
luar biasa yang seharusnya kita alami di neraka. Karena itu, kalau kita mau
percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, kita tidak mungkin
bisa dihukum lagi oleh Allah. Ini sesuai dengan Roma 8:1 yang
berbunyi: "Demikianlah sekarang tidak ada lagi penghukuman bagi
mereka yang ada di dalam Kristus". Tetapi sebaliknya, kalau kita tidak mau
sungguh-sungguh percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, tidak
jadi soal apakah kita itu orang kristen KTP atau kafir, pergi ke gereja atau
tidak, sudah dibaptis atau belum, berusaha mentaati Firman Tuhan atau
mengabaikannya, kita tetap akan menangguing hukuman dosa kita sendiri dengan
masuk neraka sampai selama-lamanya, dan mengalami kehausan yang luar biasa yang
memang layak kita dapatkan!
Kedua, tirulah teladan
Yesus, yang dalam keadaan sangat menderita sekalipun, tetap mengingat,
memikirkan, menginginkan, dan mengusahakan 2 hal yaitu:
a)
Bagaimana supaya Allah bisa dipermuliakan. Ini seharusnya menjadi tujuan hidup dari setiap
orang kristen. Kalau kita
pergi berbakti di gereja, atau kalau kita melayani Tuhan, atau memberikan
persembahan, apakah skita melakukannya hanya sebagai suatu kebiasaan, atau
karena ingin memuliakan Allah? Kalau kita membuang dosa / mentaati Tuhan, apakah
kita melakukannya hanya karena takut dihukum atau karena kita melakukannya
untuk kemuliaan Tuhan?
b) Bagaimana orang banyak bisa percaya kepada
Yesus dan diselamatkan. Ada beberapa hal yang harus dilakukan
oleh setiap orang percaya supaya orang yang belum percaya bisa percaya: Berdoa dengan tekun untuk pertobatan
mereka. Memberitakan
Injil kepada mereka. Berusaha memberikan kesaksian hidup yang
baik, supaya jangan justru menjadi batu sandungan bagi mereka. Mengajak mereka ke gereja yang benar dan
Injili!
Ketiga, memberikan yang
terbaik kepada Tuhan. Jangan meniru tentara Romawi yang memberi
anggur asam kepada Yesus (ay. 29). Sebaliknya, berikanlah yang terbaik kepada
Tuhan. Ini berlaku untuk bermacam-macam hal seperti:
a) Memberikan uang kepada Tuhan. Banyak orang kristen yang kalau mau
memberi persembahan selalu bingung mencari uang kecil. Apakah pengorbanan
Kristus pantas kita balas dengan uang kecil? Memang kalau kita adalah orang
miskin yang hanya mempunyai uang kecil, maka persembahkanlah uang kecil itu
kepada Tuhan, Tuhan pasti menerimanya (bdk. Luk. 21:1-4). Tetapi kalau untuk
makan, pakaian, membangun rumah, hobby, dsb kita bisa mengeluarkan uang besar,
tetapi hanya mau mengeluarkan uang kecil untuk Tuhan, itu betul-betul
keterlaluan.
b) Memberikan
waktu, tenaga, pikiran untuk Tuhan. Ada orang kristen yang pada pagi, siang,
sore tidak berdoa / membaca Firman Tuhan, dan baru melakukannya pada malam hari
setelah tenaga dan pikirannya sudah mencapai titik terendah. Orang seperti ini
memberikan waktu, tenaga, pikiran yang terjelek untuk Tuhan. Bukankah sebaiknya
kita melakukan doa / saat teduh pada pagi hari, dimana kita ada dalam keadaan
paling segar?
c) Memberikan
diri / hidup kita untuk Tuhan. Banyak orang yang pada waktu masih muda
menggunakan dirinya / hidupnya untuk diri sendiri. Baru pada saat sudah tua dan
hampir mati, ‘menyerahkan dirinya’ untuk Tuhan.
d) Memberikan
anak kepada Tuhan. Ada orang tua kristen yang mempunyai
beberapa anak. Mereka keberatan kalau anak-anaknya yang pandai menjadi hamba
Tuhan, tetapi mereka mau menyerahkan anaknya yang bodoh untuk menjadi hamba
Tuhan.
Untuk yang belum percaya kepada Yesus, janganlah
menunda! Percayalah sebelum terlambat. Untuk yang sudah percaya: tirulah
teladan Kristus dan berikanlah yang terbaik kepada Tuhan. (rsnh)
Selamat merayakan
Hari Kematian Yesus Kristus