Kamis, 29 Maret 2018

KOTBAH JUMAT AGUNG Jumat, 30 Maret 2018 “MEMANDANG DAN PERCAYA KEPADA YESUS YANG DISALIBKAN”

Jumat, 30 Maret 2018

Kotbah: Yohanes 19:28-37  Bacaan: Mazmur 22:1-9


Hari ini kita merayakan hari besar umat Kristiani yang mengagungkan yakni Peringatan Hari Kematian Yesus, Jumat Agung. Disebut Jumat Agung karena pada hari inilah Yesus mati disalibkan di Golgota demi menanggung dosa manusia dan dunia ini.

Pada Ibadah Jumat Agung ini kita akan membahas tema “Memandang dan percaya kepada Yesus yang disalibkan”. Peristiwa penyaliban Yesus itu bukanlah sebuah peristiwa yang biasa melainkan peristiwa yang luar biasa. Yesus rela mati akibat dari dosa manusia. Sejatinya manusia berdosalah yang harus mati di kayu salib, tetapi Yesus mau dan rela dijadikan menjadi manusia berdosa untuk menggantikan kita tersalib di Golgota agar kita beroleh kehidupan yang kekal.

Ketika kita memandang kematian Yesus maka kita akan menemukan suatu keanehan, yaitu bahwa Yesus tidak mau menghindari kematian, bahkan tidak mau penderitaan-Nya dikurangi! Dari mana kita bisa melihat hal ini?

Pertama, Yesus menolak minuman. Dalam Matius 27:34 dikatakan bahwa Yesus diberi minum “anggur bercampur empedu”, dan dalam Markus 15:23 dikatakan bahwa Yesus diberi “anggur bercampur mur”. Ini bukan kontradiksi, karena minuman itu adalah anggur bercampur ramuan tertentu, yang mengandung baik empedu maupun mur. Tetapi pada saat Yesus mengecap minuman itu, dikatakan bahwa Ia tidak mau meminum-Nya. Mengapa? Padahal sebentar lagi Ia minta minum (Yoh. 19:28 – “Aku haus”), dan mau meminum minuman yang diberikan kepada-Nya (Mrk. 15:36; Yoh. 19:29-30).

Yesus tidak mau meminum anggur bercampur empedu / mur itu, karena minuman itu adalah minuman yang mengandung ramuan yang bisa membius / mengurangi rasa sakit, dan diberikan kepada orang yang disalib sebagai suatu tindakan belas kasihan kepada mereka.

Ketidakmauan Yesus menerima pengurangan rasa sakit / penderitaan merupakan sesuatu yang lebih aneh lagi dari pada sekedar tidak menghindari kematian. Orang kristen yang sejati, seharusnya mempunyai keyakinan keselamatan, dan karena itu mestinya tidak takut mati. Tetapi siapa yang tidak takut pada penderitaan / rasa sakit yang hebat? Siapa yang pada waktu mengalami rasa sakit yang hebat tidak menginginkan rasa sakitnya dikurangi?

Kalau kita pergi ke dokter gigi untuk dicabut giginya, atau kalau kita akan dioperasi, tentu kita senang menerima pembiusan supaya tidak mengalami rasa sakit.

Lalu mengapa Yesus tidak mau rasa sakit / penderitaan-Nya dikurangi? Karena Ia sadar bahwa saat itu Ia sedang memikul hukuman dosa manusia, termasuk hukuman dosa saudara dan saya. Dan Ia ingin memikul seluruh hukuman dosa manusia!
Andaikata saja pada saat itu Yesus mau meminum minuman bius itu, dan rasa sakit-Nya berkurang, katakanlah 10 %, maka itu berarti Ia hanya memikul 90 % hukuman dosa kita. Tahukah apa akibatnya? Kita boleh saja betul-betul percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, tetapi hanya 90 % dari dosa-dosa kita yang ditebus / dibayar oleh Yesus. Sedangkan 10 % sisanya, kita harus menanggungnya sendiri. Kalau hal ini terjadi, maka renungkanlah 2 hal di bawah ini:
1) 10 % dari dosa kita itu luar biasa banyaknya. Kalau kita menganggap diri kita itu baik, atau kalau kita beranggapan bahwa jumlah dosa kita cuma ratusan atau ribuan, maka itu disebabkan kita tidak mengerti Firman Tuhan, yang merupakan standard Allah untuk menentukan dosa. Kalau saja kita mengerti Firman Tuhan, dan membandingkannya dengan hidupkita, maka saya yakin saudara akan menemui berjuta-juta dosa. Kalau kita menyoroti hukum Tuhan yang berbunyi “Jangan berdusta” saja, maka berapa dosa yang kita temukan dalam hidupkita? Mulai saat kita masih kecil sampai sekarang, berapa kali kita berdusta kepada orang tua, kakek / nenek, guru di sekolah, teman, kakak / adik, teman kerja / rekan bisnis, langganan, pejabat pemerintahan, pegawai, bahkan kepada pengemis (dengan berkata “tidak punya uang” padahal kita punya)? Hanya dari satu hukum itu saja, sudah sukar menghitung jumlah dosa kita! Bagaimana kalau ditambahkan dengan hukum-hukum yang lain, seperti jangan berzinah, jangan mencuri, jangan iri hati, hormatilah orang tuamu, hukum hari sabat, hukum antara suami istri, dsb? Bagaimana kalau ditambahkan lagi hukum-hukum yang dianggap tidak masuk akal, seperti: Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, pikiran, akal budi (Mat. 22:37). Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Mat. 22:39). Kasihilah musuhmu, doakan orang yang menganiaya kamu (Mat. 5:44). Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan (Rm. 12:17,21). Karena itu 10 % dari dosa kita pastilah luar biasa banyaknya. Kalau dosa kita jumlahnya 1 juta, maka 10 % dari dosa kita berarti 100.000 dosa!
2) Satu dosa sudah cukup untuk memasukkan diri saudara ke dalam neraka sampai selama-lamanya! Ada agama lain yang mengatakan bahwa nanti pada akhir jaman perbuatan baik dan dosa setiap orang akan ditimbang; kalau lebih berat dosanya maka orangnya dimasukkan neraka, dan kalau lebih berat perbuatan baiknya maka orangnya akan dimasukkan surga. Ditinjau dari sudut agama lain itu, maka mungkin masih ada kemungkinan kita akan masuk surga kalau kita memikul sendiri 10 % dosa kita. Tetapi Kitab Suci / Firman Tuhan tidak mengajar demikian! Roma 6:23 mengatakan bahwa "upah dosa ialah maut"! Jadi, tidak dikatakan kalau dosanya banyak / besar / lebih banyak dari perbuatan baiknya, barulah upahnya maut! Hanya dikatakan bahwa upah dosa ialah maut, dan itu berarti bahwa satu dosa saja sudah cukup untuk membawa saudara kedalam neraka sampai selama-lamanya! Mengapa demikian? Karena Kitab Suci / Firman Tuhan mengajar bahwa perbuatan baik tidak bisa menutup dosa (Gal. 2:16,21). Memang, kalau kita ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas dan akan menghadapi persidangan, bisakah kita lalu berbuat baik dengan harapan perbuatan baik kita itu menyebabkan kita tidak didenda dalam pengadilan? Jelas tidak mungkin! Jadi, hukum duniapun mengatakan bahwa perbuatan baik tidak bisa menutup dosa. Dan demikian juga ajaran dari Kitab Suci / Firman Tuhan! Karena itulah maka satu dosa saja sudah cukup untuk membuat saudara masuk neraka sampai selama-lamanya!

Sekarang, bagaimana kalau kita gabungkan 2 hal di atas ini? 10 % dari dosa saudara bukan main banyaknya, sedikitnya ada 100.000 dosa. Padahal satu dosa saja sudah cukup membuang kita ke dalam neraka sampai selama-lamanya. Bagaimana kalau kita harus menanggung 100.000 dosa atau bahkan lebih dari itu?

Karena itu, andaikata Yesus mau meminum minuman yang mengandung ramuan bius itu, pasti seluruh umat manusia, mulai dari Adam sampai kiamat, termasuk saudara dan saya, akan masuk neraka sampai selama-lamanya!

Tetapi Yesus menolak minuman yang mengandung ramuan bius itu! Ia tidak mau memikul hanya sebagian atau 90 % hukuman dosa kita; Ia mau memikul seluruhnya atau 100 % hukuman dosa kita!!

Ada 2 hal lain yang menunjukkan bahwa seluruh hukuman dosa kita memang sudah dibereskan oleh Yesus di kayu salib, yaitu:
a)   Kata-kata “Sudah selesai” (Yoh 19:30) menunjukkan bahwa penderitaan aktif-Nya untuk memikul seluruh dosa kita, sudah selesai!
b)   Yesus bisa bangkit dari kematian. Karena upah dosa ialah maut, kalau saja ada satu dosa yang belum beres, maka Ia tidak akan bisa bangkit. Bahwa Ia bisa bangkit pada hari yang ke tiga, menunjukkan bahwa memang seluruh dosa kita sudah dibereskan!

Karena itu, kalau saudara mau percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat saudara, semua dosa saudara tanpa kecuali, akan dihapuskan / diampuni. Ini mencakup:
dosa asal.
dosa yang lalu.
dosa sekarang.
dosa yang akan datang.
Karena itulah orang yang percaya kepada Yesus mempunyai jaminan keselamatan!

Kedua, Yesus minta minum. Setelah Yesus menolak minuman bius itu, Ia lalu disalibkan. Dan pada waktu ada di kayu salib, Ia berkata: “Aku haus” (Yoh. 19:28). Yesus memang sangat kehausan, karena:
a)   Ia sudah ditawan sejak kemarin malam, dan sebagai tawanan Ia pasti tidak diperlakukan dengan baik. Jadi mungkin sekali Ia tidak diberi makanan ataupun minuman. Ini tentu menyebabkan Ia menjadi haus.
b)   Ia digiring kesana kemari (kepada Mahkamah Agama, kepada Pontius Pilatus, kepada Herodes, kembali kepada Pontius Pilatus, dsb). Perja-lanan ini tentu menambah kehausan Yesus.
c)   Ia dicambuki dan dipukuli dan dimahkotai dengan duri. Semua ini menim-bulkan luka-luka yang mengeluarkan darah / cairan tubuh sangat banyak, dan ini juga pasti menimbulkan kehausan yang luar biasa.
d)   Ia harus memikul kayu salib yang cukup berat sejauh kurang lebih 1 km. Ini pasti menyebabkan Ia mengeluarkan banyak keringat, dan ini menam-bah kehausan-Nya.
e)   Ia disalibkan mulai pukul 9 pagi (Mrk. 15:25). Memang mulai pukul 12 siang terjadi kegelapan (Mrk. 15:33), tetapi mulai pukul 9 pagi sampai pukul 12 siang Ia boleh dikatakan dijemur di panas matahari yang terik.

Semua hal di atas ini sudah pasti memberikan kehausan kepada Yesus, dan ini bukanlah kehausan biasa, tetapi suatu kehausan yang bukan main hebatnya. Dan semua ini sesuai dengan nubuat Mazmur 22:16 yang berbunyi: "lidahku melekat pada langit-langit mulutku".

Bahwa Maz 22:16 itu menggunakan istilah ‘lidah yang melekat pada langit-langit mulut’, jelas menunjukkan kehausan yang luar biasa, dimana seluruh mulut betul-betul kering sehingga lidah melekat pada langit-langit.
Mengapa Yesus harus mengalami kehausan? Tidak cukupkah penderitaan cambuk dan salib yang Ia alami? Untuk ini saudara perlu ingat bahwa kalau orang masuk neraka (lautan api) maka sudah pasti ia akan kehausan luar biasa (bandingkan dengan kata-kata / seruan orang kaya di dalam neraka kepada Abraham dalam Luk 16:24 yang berbunyi: "Bapa Abraham, ka-sihanilah aku. Suruhlah Lazarus mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, karena aku sangat kesakitan dalam nyala api ini").
Karena Yesus saat ini sedang memikul seluruh hukuman dosa manusia, maka jelas bahwa Ia harus memikul juga kehausan yang luar biasa yang seharusnya kita alami di neraka.

Persoalan / pertanyaan yang lain ialah: mengapa Ia lalu meminta minum dengan berkata “Aku haus”? Apakah hal ini tidak mengurangi penderitaan-Nya sehingga Ia tidak memikul 100 % hukuman dosa kita?

Ada 3 hal yang perlu diberikan sebagai jawaban:
1)   Yesus meminta minum dengan tujuan supaya Firman Tuhan digenapi. Perhatikan Yohanes 19:28 yang berbunyi: "berkatalah Ia - supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci – “Aku haus!”. Kitab Suci yang mana? Jawabnya adalah Mazmur 69:22b yang berbunyi: "Pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam". Ingat bahwa ini juga merupakan suatu nubuat yang berhubungan dengan Mesias / Yesus. Jadi, Yesus meminta minum dengan tujuan supaya nubuat Firman Tuhan tentang diriNya bisa digenapi. Kalau Firman Tuhan itu digenapi maka: Allah dipermuliakan. Sebaliknya kalau Firman Tuhan tidak terjadi, maka tentu saja Allah dipermalukan. Orang bisa percaya bahwa Ia memang adalah Mesias. Sebaliknya kalau nubuat tentang Mesias itu ternyata tidak tergenapi dalam diri Yesus, bagaimana mungkin orang akan percaya bahwa Yesus adalah Mesias? Jadi, ditengah-tengah penderitaan-Nya yang luar biasa (sedang terpan-cang di kayu salib), Yesus tetap mengingat, memikirkan, menginginkan, dan mengusahakan 2 hal yaitu: Bagaimana Allah bisa dipermuliakan. Bagaimana orang-orang bisa percaya kepada Dia dan diselamatkan.
2)   Kristus minta minum supaya Ia bisa meneriakkan kata-kata “Sudah selesai” (ay. 30), yang mempunyai arti sangat penting bagi kita, supaya kita tahu tentang kesempurnaan penebusan Kristus bagi dosa kita. Tanpa minuman itu, mulut, lidah, dan tenggorokan Yesus yang sangat kering karena kehausan yang luar biasa itu, tidak akan bisa meng-ucapkan kata-kata itu.
3)   Ia minta minum setelah Ia tahu bahwa semua sudah selesai. Perhatikan sekali lagi ay 28 yang berbunyi: "Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia - supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci - : “Aku haus". Jadi, setelah penebusan yang Ia lakukan sudah cukup untuk menebus dosa kita, barulah Ia berkata “Aku haus”.  Harus diperhatikan, bahwa Kristus tidak meminta minum apapun sampai semua telah selesai / tercapai ... Tidak ada kata-kata yang dapat menyatakan secara penuh kesedihan yang ditahanNya; tetapi Ia tidak ingin dibebaskan darinya, sampai keadilan Allah telah dipuaskan, dan sampai Ia telah membuat penebusan yang sempurna. Tetapi bagaimana mungkin penebusan dosa sudah selesai, padahal Ia belum mengalami kematian? Calvin berkata bahwa Kristus mengucapkan kata-kata “Sudah selesai” itu dengan memperhitungkan kematian-Nya yang akan terjadi. Atau ada juga yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “sudah selesai” adalah penderitaan aktif-Nya dalam memikul hu-kuman dosa.

Apa yang hendak kita renungkan dari peristiwa Jumat Agung ini?

Pertama, kita harus percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan sebagai Tuhan. Yesus sudah memikul seluruh hukuman dosa kita, dan Yesus sudah memikul kehausan yang luar biasa yang seharusnya kita alami di neraka. Karena itu, kalau kita mau percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, kita tidak mungkin bisa dihukum lagi oleh Allah. Ini sesuai dengan Roma 8:1 yang berbunyi: "Demikianlah sekarang tidak ada lagi penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus". Tetapi sebaliknya, kalau kita tidak mau sungguh-sungguh percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, tidak jadi soal apakah kita itu orang kristen KTP atau kafir, pergi ke gereja atau tidak, sudah dibaptis atau belum, berusaha mentaati Firman Tuhan atau mengabaikannya, kita tetap akan menangguing hukuman dosa kita sendiri dengan masuk neraka sampai selama-lamanya, dan mengalami kehausan yang luar biasa yang memang layak kita dapatkan!

Kedua, tirulah teladan Yesus, yang dalam keadaan sangat menderita sekalipun, tetap mengingat, memikirkan, menginginkan, dan mengusahakan 2 hal yaitu:
a) Bagaimana supaya Allah bisa dipermuliakan. Ini seharusnya menjadi tujuan hidup dari setiap orang kristen. Kalau kita pergi berbakti di gereja, atau kalau kita melayani Tuhan, atau memberikan persembahan, apakah skita melakukannya hanya sebagai suatu kebiasaan, atau karena ingin memuliakan Allah? Kalau kita membuang dosa / mentaati Tuhan, apakah kita melakukannya hanya karena takut dihukum atau karena kita melakukannya untuk kemuliaan Tuhan?
b)   Bagaimana orang banyak bisa percaya kepada Yesus dan diselamatkan. Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh setiap orang percaya supaya orang yang belum percaya bisa percaya: Berdoa dengan tekun untuk pertobatan mereka. Memberitakan Injil kepada mereka. Berusaha memberikan kesaksian hidup yang baik, supaya jangan justru menjadi batu sandungan bagi mereka. Mengajak mereka ke gereja yang benar dan Injili!

Ketiga, memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Jangan meniru tentara Romawi yang memberi anggur asam kepada Yesus (ay. 29). Sebaliknya, berikanlah yang terbaik kepada Tuhan. Ini berlaku untuk bermacam-macam hal seperti:
a) Memberikan uang kepada Tuhan. Banyak orang kristen yang kalau mau memberi persembahan selalu bingung mencari uang kecil. Apakah pengorbanan Kristus pantas kita balas dengan uang kecil? Memang kalau kita adalah orang miskin yang hanya mempunyai uang kecil, maka persembahkanlah uang kecil itu kepada Tuhan, Tuhan pasti menerimanya (bdk. Luk. 21:1-4). Tetapi kalau untuk makan, pakaian, membangun rumah, hobby, dsb kita bisa mengeluarkan uang besar, tetapi hanya mau mengeluarkan uang kecil untuk Tuhan, itu betul-betul keterlaluan.
b)   Memberikan waktu, tenaga, pikiran untuk Tuhan. Ada orang kristen yang pada pagi, siang, sore tidak berdoa / membaca Firman Tuhan, dan baru melakukannya pada malam hari setelah tenaga dan pikirannya sudah mencapai titik terendah. Orang seperti ini memberikan waktu, tenaga, pikiran yang terjelek untuk Tuhan. Bukankah sebaiknya kita melakukan doa / saat teduh pada pagi hari, dimana kita ada dalam keadaan paling segar?
c)   Memberikan diri / hidup kita untuk Tuhan. Banyak orang yang pada waktu masih muda menggunakan dirinya / hidupnya untuk diri sendiri. Baru pada saat sudah tua dan hampir mati, ‘menyerahkan dirinya’ untuk Tuhan.
d)   Memberikan anak kepada Tuhan. Ada orang tua kristen yang mempunyai beberapa anak. Mereka keberatan kalau anak-anaknya yang pandai menjadi hamba Tuhan, tetapi mereka mau menyerahkan anaknya yang bodoh untuk menjadi hamba Tuhan.

Untuk yang belum percaya kepada Yesus, janganlah menunda! Percayalah sebelum terlambat. Untuk yang sudah percaya: tirulah teladan Kristus dan berikanlah yang terbaik kepada Tuhan. (rsnh)

Selamat merayakan Hari Kematian Yesus Kristus

Renungan hari ini: “BELAJAR MENGENAL KRISTUS" (Efesus 4:20)

  Renungan hari ini:   “BELAJAR MENGENAL KRISTUS"   Efesus 4:20 (TB2) "Tetapi, bukan dengan demikian kamu belajar mengenal Kristus...