Selasa, 03 Januari 2023

Renungan hari ini: “TERGERAKLAH HATINYA OLEH BELAS KASIHAN” (Markus 1:41)

 Renungan hari ini:

 

“TERGERAKLAH HATINYA OLEH BELAS KASIHAN”


 

Markus 1:41 (TB) Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: "Aku mau, jadilah engkau tahir."

 

Mark 1:41 (NET) Moved with compassion, Jesus stretched out his hand and touched him, saying, “I am willing. Be clean!”

 

Yesus memiliki kepekaan dan rasa empati yang tinggi melihat penderitaan manusia. Misalnya saja, dalam nas hari ini, Yesus tergerak hatinya oleh belas kasihan untuk menyembuhkan orang yang berpenyakit kusta. Pada saat itu penyakit kusta menular dan berbahaya. Penderitanya mengalami pengucilan dan terbuang dari masyarakat. Mereka dipandang najis dan tidak layak secara rohani. Sama sekali tidak ada perlindungan secara medis. Hidup mereka terasing dari persekutuan. Sekalipun begitu, mereka masih dapat mendengar kisah pelayanan Tuhan Yesus yang sudah tersebar luas. Kabar gembira tersampaikan dari mulut ke mulut dan terdengar di telinga penderita kusta. Tekadnya bulat menjumpai Tuhan Yesus pada waktu yang direncanakan.

 

Penderita kusta anonim ini, tunduk di hadapan Tuhan Yesus. Permintaannya sederhana: Jika Tuhan mau, Tuhan Yesus dapat memberi kesembuhan. Permintaannya bukan paksaan. Permintaan sederhana, sebab kuasa Tuhan Yesus sudah terbukti. Sikap dan kata-kata penderita kusta merupakan ekspresi meyakinkan dari sese-orang yang butuh pertolongan Tuhan Yesus. Kata-kata permohonan-nya mustahil mendapat penolakan. Tuhan Yesus tidak terganggu dengan permohonannya. Kesembuhan total diberikan-Nya, sebab Tuhan Yesus mengasihinya. Penyakit kusta itu lenyap dari tubuhnya. Kesembuhan itu harus ditindaklanjuti dengan ritual keagamaan di bait Tuhan, agar komunitas dapat menerimanya kembali.

 

Manusia rentan dengan sakit penyakit, kusta adalah satu-satunya penyakit yang dikaitkan dengan dosa oleh hukum Musa. Bukan berarti bahwa menderita kusta itu berdosa, bukan pula berarti kusta adalah akibat dari dosa. Namun penyakit ini dipandang sebagai simbol dosa. Seandainya dosa dapat dilihat, maka dosa itu akan tampak seperti penyakit kusta. Sudah merupakan tradisi bila orang yang berpenyakit kusta diasingkan dari keluarga dan masyarakat. Selain karena takut tertular, menurut hukum Musa orang kusta adalah najis (Im. 13-14), sehingga menjadi stigma dalam masyarakat kalau penyakit ini adalah kutukan Allah. Dalam Markus 1 kita membaca kisah tentang seorang penderita kusta yang berlutut di depan Yesus dan memohon: "Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku" (ay. 40). Inilah contoh pertama dalam Injil tentang permohonan akan kesembuhan, yang dengan kesederhanaannya begitu menyentuh dan dalam. Itu sebabnya dalam kisah ini, si kusta meminta supaya ia ditahirkan atau disucikan, bukan disembuhkan seperti yang lazim. Karena itu dapat dibayangkan bagaimana menderitanya keadaan seorang yang berpenyakit kusta.

 

Ungkapan seorang sakit kusta kepada Yesus, “kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku, mengungkapkan suatu perasaan “terbuang”. Terbuang dari orang-orang yang dikasihi, dari lingkungannya, kehilangan semua kesempatan dalam hidup, kesempatan berkumpul dengan keluarga, kesempatan bersosialisasi, bekerja, beribadah, dan sebagainya. Sehingga banyak di antara mereka yang didapati meninggal dunia, bukan karena penyakit kustanya, tetapi karena siksaan batin yang luar biasa menghadapi dampak ganda dari penyakit itu. Dimana ia seolah-olah merasa “dihukum” Allah dan juga manusia.

 

Yang menarik ialah sikap Tuhan Yesus menganggapi permintaan orang kusta ini. Ternyata Tuhan Yesus tidak mengusir atau menghindarinya, malahan Dia menyentuhnya dengan hati yang penuh belas kasihan, bahkan menyembuhkannya seketika itu juga! (ay. 41-42). Menurut Firman Tuhan, tindakan Yesus ini didasari oleh belas kasih-Nya, “…Lalu tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan….”(ay. 41). Kata belas kasih yang dipakai di sini dari kata Yunani splanchnizomai yang berarti kesayangan, lubuk, rahmat, terharu, bela rasa (compassion). Itulah kasih sayang yang timbul dari lubuk hati yang paling dalam ketika melihat penderitaan orang lain, sehingga perasaan ini memunculkan usaha untuk menolongnya. Belas kasihan lebih kuat dari pada simpati. Rasa simpati belum sampai pada tindakan yang konkrit, sedangkan belas kasihan adalah kasih dan kepedulian yang dinyatakan dalam perbuatan. Dan kita dapat menyaksikan bahwa setiap kali hati Tuhan tergerak oleh belas kasihan, maka Dia segera bertindak untuk menolong. Sikap belas kasihan Tuhan Yesus merupakan dasar dari seluruh karya-Nya. Itulah isi hati Tuhan kita Yesus Kristus yang berbelas kasih ketika melihat kesengsaraan manusia, sehingga Dia hadir juga dalam dunia ini, “menyentuh” kita yang berdosa dan membebaskan kita dari belenggu dosa dan maut (Rm 5:8). Belas kasihNyalah yang mengalahkan segalanya.

 

Cukup dibutuhkan kemauan dan keyakinan. Ketika Yesus mendengar permohonan itu hatinya penuh belas kasih kepada si kusta dan sembuhlah ia seketika. Orang itu menyampaikan permohonannnya sambil berlutut di hadapan Yesus. Berlutut adalah ungkapan kerendahan hati. Dan permohonan yang disampaikan dengan kerendahan hati mendapat jawaban yang positif. Maka Yesus pun menjawab, “Aku mau, jadilah engkau tahir!”.

 

Di sekitar kita (di lingkungan, tempat kerja kita, sekolah atau kuliah) banyak orang yang mengalami perlakuan seperti orang kusta: dijauhi/dikucilkan, dicemooh, didiamkan, dan disingkirkan. Orang yang hidup seperti itu tentu tidak nyaman, tidak tentram. Mereka sebenarnya dalam hati juga merasakan “kalau engkau mau, sapalah aku!”. Cukup kemauan dari kita, maka banyak orang bisa kita sembuhkan. Marilah kita membuka mata dan hati kita terhadap orang-orang disekitar kita. Mungkin orang-orang itu adalah istri atau suami kita, mungkin juga anak-anak kita yang sudah lama tidak mendapat perhatian dan sentuhan hati secara khusus. Bisa juga orang kusta itu adalah orang tua kita, teman sekomunitas/sepanggilan, sekantor, seperjalanan, dan sebagainya. Kalau kita tidak “tuli”, tenti permohonan orang kusta dalam perikop injil hari ini dapat kita lakukan. Sapaan kita kepada mereka yang “sakit kusta” dapat dirasakan sebagai sapaan kasih Tuhan sendiri, bila disertai dengan hati dan kemauan.

 

Ternyata penyembuhan ini berada di dalam kehendak Tuhan atas dirinya. Tuhan menjawab, "Aku mau, jadilah engkau tahir." Tuhan pun mengulurkan tangan-Nya dan menjamah orang itu. Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu. Markus mencatat bahwa tatkala Tuhan melihat orang kusta itu dan mendengar permohonannya, "tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan." Tuhan menyembuhkannya karena Ia berbelas kasihan kepadanya. 

 

Berdasarkan kisah ini ada beberapa pelajaran yang dapat kita petik tentang belas kasihan Tuhan, yakni:

 

Pertama, belas kasihan TUHAN tidak mengenal jenis. Di dalam Kitab-Kitab Injil dicatat begitu seringnya orang datang berbondong-bondong mencari Tuhan membawa permasalahan mereka, biasanya adalah sakit penyakit. Tidak pernah sekalipun Tuhan membedakan antara satu penyakit dengan penyakit lainnya. Dan, tidak pernah sekalipun Tuhan membedakan antara penderita yang satu dengan penderita yang lain atas dasar status sosial mereka. 

 

Kedua, belas kasihan TUHAN dipengaruhi oleh kesungguhan hati kita. Kenyataan orang kusta ini masuk ke dalam kota, hal ini menandakan kesungguhan hatinya mencari Tuhan. Ia tidak sekadar menunggu kedatangan Tuhan; ia berinisiatif mencari Tuhan. 

 

Ketiga, belas kasihan TUHAN dipengaruhi oleh kerendahan hati kita. Kenyataan orang kusta ini langsung bersujud dan memohon belas kasihan Tuhan, ini menandakan ia merendahkan dirinya di hadapan Tuhan. Kita pun mesti merendahkan diri di hadapan Tuhan sewaktu memohon belas kasihan-Nya. Kita harus mengakui ketidakberdayaan kita kepada Tuhan. 

 

Keempat, belas kasihan TUHAN datang bersama dengan perintah-nya yang mengharuskan kita untuk menaati-Nya. Setelah menyembuhkan orang ini, Tuhan memberinya "peringatan keras, "yaitu, "Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapa pun." Tuhan paham bahwa kalau berita penyembuhan ini tersiar, maka akan makin banyak orang yang datang kepada-Nya untuk minta disembuhkan. Sayangnya ia malah menyiarkan berita kesembuhannya.  Oleh karena Yesus adalah Tuhan, sudah tentu Ia sudah tahu apa yang akan diperbuat orang ini—bahwa orang ini akan merugikan dan menyusahkan-Nya. Sungguhpun demikian, Ia tetap berbelas kasihan dan menyembuhkannya. Itulah belas kasihan Tuhan. Belas kasihan Tuhan mengalahkan segalanya. Karena itu, milikilah kesungguhan hati, kerendahan hati dan menuruti perintah-Nya, maka kita akan mendapatkan belas kasihan TUHAN. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...