Rabu, 19 Agustus 2020

Renungan hari ini: NASIHAT PAULUS UNTUK TIMOTIUS

 Renungan hari ini:

 

NASIHAT PAULUS UNTUK TIMOTIUS



 

1 Timotius 2:1 (TB) "Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang"

 

1 Timothy 2:1 (NET) "First of all, then, I urge that requests, prayers, intercessions, and thanks be offered on behalf of all people”


Wajar jika Paulus memberikan nasihat kepada Timotius. Kala itu Timotius yang sedang berada di Efesus yang sedang mengalami serangan dari guru-guru palsu. Guru-guru tersebut mengajarkan “ajaran lain” (1Tim. 1:3) dan karena berpegang pada ajaran palsu, mereka memperlihatkan praktik hidup yang menyeleweng, Kristen palsu. Hal ini digambarkan oleh Paulus dalam pasal pertama. Mereka yang menolak ajaran yang sejati akan berakhir sepeti Himeneus dan Aleksander yang Paulus serahkan kepada Iblis. 

 

Apa yang harus Timotius lakukan sebagai seorang yang tinggal dan melayani di tengah-tengah guru palsu? Pada pasal kedua, Paulus mulai menunjukkan praktik hidup yang merupakan buah dari ajaran yang sejati. Dalam nas hari ini Paulus meminta Timotius untuk menunjukkan dirinya sebagai hamba kebenaran melalui empat hal, yakni:


Pertama, harus menaikkan doa permohonan. Permohonan (Yunani: deeseis) dari  kata kerja deomai, artinya “membutuhkan”. Ini memandang doa sebagai suatu ungkapan dari kebutuhan kita, dan secara tak langsung menunjukkan perasaan kebutuhan kita yang besar terhadap karunia-karunia dan berkat dari Allah. Gagasan yang dasari dalam doa permohonan ini adalah perasaan dan kesadaran akan kebutuhan kita. Tak seorangpun akan membuat permohonan kecuali suatu perasaan dan kesadaran akan kebutuhan telah membangunkan suatu keinginan. Doa dimulai dengan suatu perasaan atau kesadaran akan kebutuhan. Doa dimulai dengan suatu keyakinan bahwa kita tidak bisa menghadapi hidup kita sendiri. Perasaan atau kesadaran akan kelemahan manusia merupakan dasar dari semua pendekatan kepada Allah.


Kedua, berdoa syafaat. “Doa syafaat” merupakan suatu permohonan demi kepentingan orang lain. Bersyafaat berarti kita berdoa bagi orang lain. Kita berdiri di hadapan Allah demi kepentingan orang lain. Seorang juru syafaat ibarat seorang penengah, juru damai, pembela, mediator, atau juru runding yang berusaha memohonkan pengampunan dosa, belas kasihan, pembelaan, perlindungan, atau berkat Allah untuk seseorang atau sekelompok orang. Kristus adalah satu-satunya Juru syafaat bagi manusia. Dia mendamaikan dunia yang berdosa dengan Allah melalui karya kematian-Nya (bnd. Rm. 8:34). Dengan beriman kepada-Nya, orang-orang percaya menjadi “imamat yang rajani” (1 Ptr. 2:9), yaitu anak-anak Sang Raja yang berperan menjadi mediator antara orang berdosa dengan-Nya. Melalui Kristus, kita beroleh akses tanpa batas kepada Allah, untuk memohonkan apa saja, bukan hanya bagi diri sendiri, tapi juga bagi banyak orang. Karena itulah, Paulus menasihatkan Timotius untuk bersyafaat bagi semua orang, termasuk bagi para pemimpin pemerintahan, sebab jika mereka hidup benar, maka banyak orang akan merasakan dampaknya. Dengan bersyafaat, kita diajar untuk peduli dengan orang lain, mengasihi mereka, serta menginginkan kebaikan bagi mereka. Ini juga dapat kita lakukan dalam doa-doa pribadi kita.


Ketiga, pengucapan syukur. “Pengucapan syukur” adalah doa syukur kepada Allah untuk segala hal. Pengucapan syukur harus menyertai setiap bentuk doa (Flp. 4:6). Tak peduli bagaimana kondisinya saat ini, setiap orang Kristen menikmati banyak berkat yang tak layak ia dapatkan dari Allah. Lebih jauh lagi, tak tahu berterima kasih merupakan suatu dosa yang besar dan dihubungkan dengan ketidak-kudusan oleh Paulus (2 Tim. 3:2)


Keempat, doa untuk semua orang. Dalam kehidupan doa kita, kita harus berdoa untuk semua orang. Kita tidak boleh membatasi doa kita hanya pada diri kita sendiri, atau pada keluarga dan teman. Doa harus dinaikkan untuk semua orang - karena semua membutuhkan kasih karunia dan belas kasihan dari Allah; pengucapan syukur harus diberikan untuk semua, karena semua bisa diselamatkan. Tidakkah pengarahan ini secara tak langsung menunjukkan bahwa Kristus mati untuk seluruh umat manusia? Bagaimana kita bisa bersyukur demi kepentingan mereka jika tidak ada belas kasihan untuk mereka, dan tak ada jalan yang telah disediakan dengan mana mereka dapat diselamatkan? ... karena Kristus telah mati untuk semua, ada dasar yang cukup untuk pengucapan syukur dan pujian demi kepentingan seluruh umat manusia. Karena itu, kita marilah kita juga menghidupi keempat nasihat Paulus itu dalam kehidupan kita sehari-hari. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...