Kamis, 03 September 2020

Renungan hari ini: JIKA KAMU DINISTA

 Renungan hari ini:

 

JIKA KAMU DINISTA




 

1 Petrus 4:14 (TB) "Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu"

 

1 Peter 4:14 (NET) "If you are insulted for the name of Christ, you are blessed, because the Spirit of glory, who is the Spirit of God, rests on you”

 

Dinista artinya dihina, direndahkan oleh orang lain. Dinista berarti kita dianggap hina dan rendah. Jika kita dinista kecenderungan kemanusiawian kita adalah melawan dan membalas agar harga dirikita tidak dihina dan direndahkan.

 

Hari ini kita belajar tentang dinista. Kita dinista oleh karena Yesus. Secara duniawi Ketika kita mengalami nistaan, maka kita akan merasa sedih dan menderita. Namun kali ini kita belajar dari pengalaman Petrus. Petrus berkata bahwa “Berbahagialah kamu, jika kamu dinista …”. Kita harus berbahagia jika kita dinista. Ini paradoks sekali dengan kemanusiaan kita. Masa kita merasa Bahagia jika dinista orang karena Yesus. Mengapa Petrus mampu berkata demikian? Karena Petrus sudah mengalami sendiri.

 

Petrus sendiri adalah salah satu rasul yang dekat dengan Yesus Kristus. Petrus sudah mengalami “naik turun” pelayanan bersama Tuhan Yesus. Ia pernah dipuji Tuhan, namun pernah juga dihardik Tuhan, dan pernah menyangkal Tuhan Yesus walau pada akhirnya ia bertobat dan menjadi salah satu pemimpin jemaat mula-mula. Sejarah gereja juga mencatat bagaimana Petrus akhirnya mati dengan disalib terbalik karena ia merasa tidak pantas untuk disalib seperti Tuhannya.

 

Oleh karena itu, dalam tulisannya, Petrus sangat kuat membagikan Firman mengenai penggembalaan (karena ia telah banyak belajar dari Gembala Agung yaitu Tuhan Yesus Kristus), dan juga mengenai penderitaan. Dari apa yang tertulis dalam Alkitab, Petrus sendiri setidaknya sudah 2 kali ditahan di penjara karena imannya. Oleh sebab itu kitab 1 Petrus penuh dengan ajaran mengenai hidup menderita sebagai orang percaya karena iman kepada Kristus.

 

Apa yang hendak kita pelajari dari nas hari ini?

 

Pertama, penderitaan karena nista oleh Yesus itu adalah hal yang biasa. Petrus mengatakan bahwa siksaan atau penderitaan kepada orang Kristen itu bukanlah sesuatu yang luar biasa. Itu adalah suatu hal biasa dan bisa dianggap sebagai ujian (ay. 12). Sama seperti murid yang sekolah harus menghadapi ujian sebagai hal yang biasa bahkan harus dihadapi jika ingin naik kelas, maka bagi orang Kristen, siksaan dan penderitaan harus dianggap sebagai suatu ujian untuk naik level ke tingkat yang lebih tinggi. Orang Kristen harus memandang penderitaan sebagai suatu sukacita, karena dengan demikian kita boleh ikut ambil bagian dalam penderitaan Kristus supaya kita boleh dimuliakan bersama-sama dengan Kristus (ay. 13). Ingat bahwa tidak ada mahkota kemuliaan tanpa penderitaan salib (There is no crown without cross).

 

Di sisi lain, Tuhan juga mengatakan bahwa orang Kristen harus bisa berbahagia jika kita dinista karena nama Kristus (ay. 14a). Ingat, ini bukan berarti kita harus berbahagia jika dinista karena kesalahan atau dosa kita. Jika demikian keadaannya, justru kita harus merasa malu karena di situ kita sedang mempermalukan Tuhan (ay. 15-16). Kita harus ingat bahwa orang Kristen yang benar pasti memiliki Roh Allah di dalam dirinya (ay. 14b). Roh Allah itu yang harus kita jaga supaya kita tetap hidup dipimpin oleh Roh sehingga kita dapat memilih untuk tidak mau lagi menista Tuhan dan melukai hati-Nya.

 

Kedua, penistaan kepada Yesus itu dimulai dari rumah Allah sendiri. Sekilas, urusan penistaan ini sepertinya banyak terjadi di luar lingkungan gereja/jemaat. Pola pikir orang Kristen pada umumnya adalah bahwa penistaan dilakukan oleh orang non Kristen kepada orang Kristen atau kepada Tuhan (yaitu Tuhannya orang Kristen). Pandangan ini sebenarnya tidaklah 100% tepat. Alkitab jelas menulis bahwa penghakiman (yaitu terkait penistaan kepada Tuhan) justru dimulai dari rumah Allah sendiri yaitu gereja atau jemaat (ay. 17a). Di sini Tuhan hendak mengatakan bahwa cukup banyak orang Kristen yang merasa sudah menjadi umat Allah, namun dari tindakan hidupnya, dari perkataannya, bahkan dari pikirannya mencerminkan bahwa mereka adalah para penista Tuhan. Orang-orang seperti ini merasa puas dengan datang ke gereja setiap hari Minggu, atau mungkin dengan mengambil bagian dalam pelayanan di gereja, padahal semua itu hanyalah pencitraan di hadapan manusia. Mereka terlihat terhormat di pandangan manusia namun terkutuk di pandangan Tuhan.

 

Ketiga, jika kita dinista, kita sedang memperoleh anugerah TUHAN. Kita harus memandang bahwa jika kita sampai menderita dan dinista karena nama Tuhan Yesus Kristus, sesungguhnya kita sedang memperoleh anugerah Tuhan. Tidak semua orang Kristen mengalami penderitaan dan penistaan karena imannya. Kita harus memahami apa maksud Tuhan di balik penderitaan yang kita alami. Salah satu hal yang sering diajarkan Tuhan kepada orang Kristen adalah bahwa orang Kristen seharusnya tidak memiliki hak lagi atas hidupnya. Seluruh hidupnya adalah bagi Tuhan (Rm. 11:36, Gal. 2:19-20, Kol. 3:23). Semua harus kita serahkan kepada Tuhan karena semua adalah milik Tuhan, termasuk jiwa kita pun milik Tuhan. Jadi penderitaan dan penistaan yang mungkin kita alami karena nama Tuhan Yesus, pasti mengajarkan kita bahwa kita sudah tidak memiliki diri kita sendiri. Tuhanlah yang memiliki diri kita. Apa lagi yang bisa kita banggakan dan pertahankan di dunia ini? Bukankah bagian kita adalah hidup bagi Tuhan dengan semaksimal mungkin sehingga nama Tuhan dipermuliakan? Karena itu, biarlah kita dinista karena kebenaran, asalkan kita tidak menista Tuhan dengan segala tipu daya, penyesatan dan kemunafikan. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...