Rabu, 09 Juni 2021

Renungan hari ini: “BERBAHAGIA DALAM PENCOBAAN” (Yakobus 1:2)

 Renungan hari ini:

 

“BERBAHAGIA DALAM PENCOBAAN”





 

Yakobus 1:2 (TB) "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan" 

 

James 1:2 (NET) "My brothers and sisters, consider it nothing but joy when you fall into all sorts of trials"

 

Kebahagiaan sebenarnya adalah bersumber pada rasa aman, rasa puas dan damai di hati, bukan karena situasi. Situasi yang baik dan ideal bisa menambahkan kebahagiaan. Punya banyak uang bisa menambah kebahagiaan, tetapi sesungguhnya kebahagiaan adalah hasil keputusan yang ada di hati seseorang.

 

Secara umum, siapapun pasti menyetujui, bahwa penderitaan adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan jauh dari suasana bahagia. Sebab di manakah kita melihat orang berbahagia ketika mengalami panderitaan? Tentu saja tidak ada, bukan? Tetapi berlawanan dengan kenyataan itu, Yakobus menuliskan pada nas hari ini sesuatu yang menarik, yakni: "Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan.

 

Bagaimanakah dapat mampu menganggap suatu kebahagiaan walaupun menghadapi pencobaan? Yakobus menyebut bahwa pencobaan itu bagian dari ujian iman yang menghasilkan ketekunan (ay. 3). Selanjutnya, ketekunan menghasilkan buah yang matang yakni menuju ke arah kesempurnaan iman (ay. 4). Dengan demikian kita menemukan suatu simpulan pertama, yakni ketika menghadapi penderitaan hidup, orang percaya haruslah memandang penderitaan itu sebagai ujian dan selanjutnya bersedia dengan penuh ketekunan menjalani semua kenyataan tersebut. Kedua, Rasul  Paulus menyebut lebih detail tentang kondisi ini: "Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan" (Rm. 5:3-4). Maka kita menemukan simpulan ketiga, yakni mereka yang menjalani pencobaan dan derita hidup dengan tekun akan lolos uji dan disebut sebagai pribadi yang tahan uji sehingga selalu berpengharapan bahwa apa yang dihadapi saat ini akan berakhir, yakni damai sejahtera yang indah pada waktunya (bnd. Yer. 29:11; Pkh. 3:11).

 

Nas hari ini mengingatkan kita bahwa berbagai pencobaan yang Allah izinkan terjadi dapat dianggap sebagi suatu kebahagiaan.  Dalam Alkitab versi terjemahan Bahasa Indonesia sehari-hari berbunyi begini: "anggaplah sebagai suatu kebahagiaan" menggunakan kalimat "hendaklah kalian merasa beruntung". Ketika seseorang mengalami pencobaan, sebenarnya ia sedang beruntung karena "terpilih" dari sekian banyak manusia di dunia untuk dilatih menjadi semakin kuat dan bertekun dalam iman. Ketekunan yang suatu saat akan menghasilkan buah yang matang dan menjadi berkat bagi sesama (ay. 3). Sebaliknya, orang yang tidak bersedia diuji oleh Allah melalui berbagai pencobaan, kondisi imanya akan stagnan, ketekunannya tidak akan bertumbuh, dan ia kehilangan kesempatan untuk menghasilkan buah dari ketekunan imannya.

 

Selain itu, nas hari ini mengajarkan kita bahwa di dalam pencobaan, ujian, masalah dan keterbatasan apapun yang kita alami, kita harus dapat memutuskan untuk bahagia. Artinya ketika ujian seperti halnya Covid 19 saat ini, yang membatasi aktivitas kita, tetap putuskan untuk bahagia, – anggaplah sebagai suatu kebahagiaan apapun dampaknya. Jika kita dapat memutuskan untuk bahagia, apapun keadaan kita, maka kita akan bisa menerima keadaan terbatas kita. Lalu kemudian yang terjadi adalah kita bisa mengembangkan manusia rohani kita, sehingga muncul ketekunan, kearifan, dan karakter yang baik. Pada akhirnya akan ada buah yang baik yang dihasilkan dari kedewasaan rohani kita. Semua ini bermula dari keputusan kita untuk menjadi bahagia apapun situasi yang kita hadapi.

 

Jika tujuan pencobaab adalah untuk membuat kehidupan orang percaya semakin kuat, seharusnya kita pun dapat menyikapi pencobaan dengan benar. Karena, setelah semuanya itu berlalu, kualitas hidup kita akan lebih baik. Untuk dapat melakukan semuanya itu, yakni bermegah atau berbahagia dalam pencobaan dan sengsara hidup, maka orang percaya memerlukan hikmat (ay. 5). Dengan hikmat Tuhan itulah, setiap pribadi, yang mengalami pencobaan, tetap mampu menghadapinya dengan berbagai cara sehingga tetap berbahagia. Karena itu, tetaplah berbahagia walau kondisi dan situasinya tidak nyaman dan meyenangkan. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...