Minggu, 16 Januari 2022
“TUHAN ADALAH KASIH DAN SETIA”
Khotbah: Mazmur 36:6-11 Bacaan: 1 Korintus 12:1-11
Kita telah memasuki Minggu kedua Epiphanias. Tema yang akan kita renungkan adalah “TUHAN adalah Kasih dan Setia”. Kasih setia (Hesed/Chesed/Heced) adalah gagasan yang menyatakan kasih yang setia dalam tindakan dan kerap dalam Perjanjian Lama merujuk pada kasih setia yang telah diungkapkan dalam hubungan kovenan-Nya dengan Israel (bnd. Hos. 2:18, 19, 20, Yes. 54:5, Yer. 31:32). Kasih setia Tuhan adalah menunjukan akan kelembutan, kebaikan dan kemurahan yang tak bersyarat, sebuah hubungan di mana Dia mencari manusia dengan kasih dan kemurahan. Kasih setia TUHAN mengekspresikan baik loyalitas Tuhan terhadap perjanjian-Nya dan kasih-Nya terhadap umat-Nya beserta dengan sebuah kesetiaan untuk memelihara janji-janji-Nya.
Mazmur 36 ini adalah mazmur yang berisikan tentang kasih setia Allah dalam bentuk puji-pujian dan pengakuan percaya. Kalau kita membaca perikop ini yang dipuji pemazmur adalah kasih dan setia Allah; keadilan dan hukum Allah. Kasih setia Allah yang menjamin hidup di bumi ciptaan-Nya adalah begitu luas, sehingga tak dapat dibayangkan manusia; kasih setia Tuhan sampai ke langit dan sampai ke awan-awan. Keadilah Tuhan dan hukum-Nya seperti gunung-gunung yang tinggi dan dalamnya sedalam samudera raya. Begitu hebatnya kasih setia Tuhan dan begitu mulianya keadilan dan hukum-Nya segala sesuatu diselamatkan oleh-Nya. Itulah sebabnya pemazmur dengan rasa kagum mengungkapkan pengakuan percaya: “betapa berharganya kasih setiaMu, ya Allah. Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayapMu”.
Bila kita ingat tentang kasih Tuhan dalam hidup ini, sampai kapan pun kita takkan sanggup menghitung dan mengukurnya. Kebaikan, kemurahan, kesetiaan, pemeliharaan dan perlindungan Tuhan atas kita sungguh tiada terbilang. "... Betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus" (Ef. 3:18). Namun seringkali kita kurang menyadarinya, yang kita ingat-ingat hanyalah besarnya masalah dan kesulitan-kesulitan yang kita alami. Masalah dan kesulitan yang ada laksana tembok tebal yang menghalangi dan menutupi pandangan mata kita untuk melihat kebesaran kasih Tuhan.
Kasih setia adalah ungkapan di dalam Perjanjian Lama yang memiliki ikatan rohani yang dalam dengan ungkapan dalam Perjanjian Baru yaitu kasih karunia. Kasih setia berbicara mengenai kasih Allah yang sungguh-sungguh kepada umat-Nya. Kasih ini mengandung belas kasihan yang menangguhkan penghukuman atas pelanggaran kita, juga mengandung kebaikan-Nya yang melimpahkan kepada kita semua yang kita perlukan. Hati Daud untuk kasih karunia Allah ini dapat kita saksikan lewat cara Daud menghargai kasih setia Allah. “Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah!” Serangkaian ayat-ayat renungan dalam beberapa hari ke depan akan memperlihatkan mengapa Daud begitu menghargai kasih setia Allah. Hal ini melibatkan akibat jangka panjang dari karya Allah di dalam hidup kita sesuai dengan kasih setia-Nya.
Pemazmur memuji kasih setia Allah. Ia mengagungkan keadilan dan hukum Allah. Ia juga memuji kasih setia Allah yang menjadi sumber dan naungan hidup. Keempat hal (kasih, keadilan, hukum dan kasih setia), menjadi penjamin hidup untuk semua. Keempat hal itu menjadi prasyarat hidup dalam Allah. Dengan bahasa manusiawi hidup itu dilukiskan dengan ungkapan lemak yang mengenyangkan dan air yang menyegarkan. Ya, Allah adalah sumber hidup. Seperti kata lagu: Tuhan, sumber hidupku. Sumber hayat dikaitkan dengan terang. Terang Allah menjadi sumber hidup.
Apa yang hendak kita pelajari dari kasih setia TUHAN ini?
Pertama, kasih setia Tuhan tidak sekedar diceritakan dan dirayakan tapi juga diwujudkan. Orang percaya yang mengalami kasih setia Tuhan harus hidup dalam kasih setia. Kasih setia adalah dua hal yang berbeda namun menyatu dalam tindakan iman. Kasih tanpa kesetiaan ibarat fatamorgana,indah dipandang, namun akan segera hilang. Kesetiaan tanpa kasih hanyalah ketaatan yang hampa, hidup yang dipenuhi dengan kewajiban belaka. Mewujudkan kasih setia kita tidak boleh dipaketkan dengan materi, “kalau ada uang, aku sayang padamu kalo tidak ada uang kita pisah”, melainkan satu paket dengan ketulusan dan ucapan syukur.
Kedua, kasih setia Tuhan tidak pernah berkesudahan, selalu baru tiap pagi, kokoh/tidak berubah untuk selama-lamanya, berlaku dalam segala jaman, generasi dan keadaan. Kasih setia-Nya bersifat aktif dan persisten (gigih) mendatangi hidup kita, teguh, dan penuh belas kasihan.
Ketiga, kasih setia Tuhan akan menopang seluruh kehidupan orang. Orang yang dimaksud itu adalah orang yang: (a) takut akan Nama-Nya (Mzm. 103:11); (b) terikat dalam Perjanjian Kekal dengan Allah (Yes. 54:10); (c) percaya/taat kepada perintah-Nya (Ul. 7:9); (d) kembali kepada Tuhan dalam pertobatan (2 Sam. 24:13-14; Why 3:19); (e) mengandalkan Tuhan dan berseru kepadaNya(Mzm. 118:5). Inilah yang menjadi kekuatan bagi jiwa ketika kita dapat bersandar pada kekuatan kasih setia-Nya.Tuhan tetap setia sekalipun kita tidak setia. Ia dekat meskipun seringkali kita yang menjauh dariNya. Oleh sebab itu bersyukurlah karena Tuhan itu baik, kasih setia Tuhan kekal selamanya (Mzm. 118: 1). Saat kita merasa cemas, gelisah dan tidak tenang ketika melihat keadaan suatu bangsa, kota ataupun anggota keluarga yang hidup tidak benar, berserulah kepada Tuhan dan pegang FirmanNya, dan bersandar pada kasih setiaNya yang tidak pernah berubah.
Timbul pertanyaan kita sekarang bagaimanakah cara kita untuk menjaga kesetiaan kita kepada Tuhan? Ada beberapa hal yang harus kita lakukan, yakni:
Pertama, kita harus beriman yang teguh kepada Tuhan (bnd. Luk. 16:10). Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu (Yoh. 15:13-14). Yesus rela memberikan nyawa-Nya kepada mereka yang Dia sebut sebagai sahabat, dan ini telah dibuktikan lewat kematian-Nya di kayu salib. Siapa sahabat Yesus? Murid-murid-Nya. Siapa murid-murid Yesus? Mereka yang mengikuti Yesus dan tetap setia. Apakah yang menyebabkan kita tidak mau mengikuti Yesus lagi? Keuangan yang tidak kunjung baik, pasangan hidup yang tidak kunjung datang. Tantangan dapat datang ketika kita ditawari pekerjaan di luar kota yang dapat membawa kita jauh dari Tuhan. Tantangan dapat juga datang dari pasangan hidup dari luar yang mengajak kita meninggalkan Tuhan. Saat itu semua datang dapatkah kita tetap mempunyai iman yang teguh kepada Tuhan? Apapun pergumulan kita saat ini, percayalah semua tidak lebih berat dari apa yang sudah dialami Yesus. Dia telah menunjukkan kasih-Nya yang terbesar, mari kita tetap setia dalam kondisi apapun dalam hidup ini.
Kedua, kita harus patuhi Perintah Tuhan (bnd. Yoh. 4:34). Yesus telah melakukan semua tugas dari Bapa di Surga sampai selesai. Diawali dengan kelahirannya sebagai manusia sampai mati di kayu salib. Penderitaan menuju salib sangatlah berat, dalam kondisi terberat Yesus tetap mematuhi perintah Bapa, Dia adalah teladan karakter setia. Hendaknya kita mengikuti teladan ini, mematuhi perintah Tuhan. Sikap ini bisa dibuktikan dalam setiap tanggung jawab yang diberikan kepada kita. Dalam pelayanan misalnya, seberapa sulit kita sedang membantu hidup orang lain selagi itu masih tanggung jawab kita maka kita harus menolongnya. Dalam pekerjaan misalnya, kita harus menyelesaikan pekerjaan yang telah dimulai hingga selesai dan memastikan tidak merugikan pihak lain. Mematuhi perintah Tuhan adalah bukti kita mengasihi Tuhan. Mengasihi tidak sebatas berkata, “Saya mengasihi Tuhan”. Tidak mungkin mengasihi tanpa perbuatan. Jika kita tidak mematuhi firman Tuhan, atau mematuhi setengah-setengah secara otomatis kita sedang menolak-Nya. Dan, apakah dengan menolak Tuhan kita masih bisa dikatakan setia? Kepatuhan seseorang kepada Tuhan dilihat dari bagaimana ia melakukan bukan hanya hal-hal yang disukainya saja, melainkan juga hal-hal yang tidak disukainya demi kasihnya kepada Tuhan.
Ketiga, kita harus mulai dari perkara kecil (bnd. Luk. 16:10). Banyak hal dimulai dari langkah-langkah kecil, demikian pula dengan kesetiaan. Kita bisa belajar setia lewat perkara-perkara kecil, seperti membaca firman Tuhan dan berdoa setiap hari, pergi beribadah, dan mengerjakan tugas pelayanan dengan penuh tanggung jawab. Setia dalam perkara kecil tidak hanya terbatas dalam hal-hal rohaniah. Contohnya, seorang pedagang yang menjual barang dengan jujur. Ia mengatakan bahwa produknya asli karena memang itu barang asli, sehingga pembeli yang melihat integritasnya lalu memutuskan menjadi pelanggannya. Perkara-perkara kecil apa yang dipercayakan kepada kita saat ini? Menyusun proposal harga? Membeli barang untuk perusahaan? Datang tepat waktu, baik ke kantor maupun ke gereja? Apa pun itu, mari lakukan dengan setia mulai hari ini.
RENUNGAN
Apa yang hendak kita renungkan dalam Minggu ini?
Pertama, kasih setia Tuhan memungkinkan kita menjalani kehidupan hingga kini, di tengah banyaknya marabahaya, penyakit, ancaman yang membuat hidup kita sebenarnya sangat dekat dengan maut. Tetapi kasih setianya selalu menyelimuti kita sehingga maut tidak dapat menyentuh kita.
Kedua, kasih setia Tuhan membuat kita tidak dihukum sekalipun banyak dosa dan pelanggaran yang berulang-ulang kita lakukan. Sering kita tidak peduli dengan nasihat firman Allah, kita sering bersungut-sungut, tidak taat hukum dan tidak perduli dengan keadilan. Kita sering lupa dengan kebaikan dan sering meniadakan hal baik yang kita terima, sebaliknya lebih sering dan hafal dengan hal buruk yang menimpa kita.
Ketiga, kasih setia Tuhan melayakkan kita bermohon pada belas kasih-Nya, bermohon agar Dia memerhatikan dan menolong kita dalam kelemahan kita, agar Dia menyelamatkan kita, agar kita melihat kebaikan orang-orang pilihan Tuhan. Karena itu, teruslah berjuang untuk hidup dalam kasih setia TUHAN. (rsnh)
Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN