Rabu, 19 Oktober 2022

Renungan hari ini: “STRATEGI HIZKIA SAAT MENERIMA ANCAMAN” (Yesaya 37:16)

 Renungan hari ini:

 

“STRATEGI HIZKIA SAAT MENERIMA ANCAMAN”


 

Yesaya 37:16 (TB) "Ya TUHAN semesta alam, Allah Israel, yang bertakhta di atas kerubim! Hanya Engkau sendirilah Allah segala kerajaan di bumi; Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi"

 

Isaiah 37:16 (NET) “O Lord who commands armies, O God of Israel, who is enthroned on the cherubim! You alone are God over all the kingdoms of the earth. You made the sky and the earth"

 

Setiap orang pasti pernah menerima surat “ancaman” semisal surat teguran, surat peringatan, surat penghentian kerja, surat mosi tidak percaya, dan lain sebagainya. Tentu ada banyak respon kita atas surat “ancaman” itu. Ada yang marah, menangis, bersungut-sungut, mengumpat, emosi, stress, depresi, dan lain sebagainya. Berbeda dengan Hizkia. Hizkia menerima surat dari tangan para utusan itu dan membacanya. Kemudian, dia pergi ke Bait TUHAN dan membentangkan surat itu di hadapan TUHAN. Hizkia berdoa kepada TUHAN, katanya, “Ya TUHAN semesta alam, Allah Israel, yang bertakhta di atas kerubim, Engkaulah, hanya Engkau, Allah atas seluruh kerajaan di bumi. Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi”.

 

Benarlah dikatakan bahwa respons awal akan menentukan akhir dari sebuah peperangan, kalah atau menang. Kalau respons kita buruk maka itu adalah kekalahan awal dari sebuah peperangan. Saat Raja Hizkia menerima surat ancaman dari Sanherib, Raja Asyur, ternyata ia berespons dengan benar. Dikatakan bahwa dia pergi ke bait Tuhan serta membentangkan surat ancaman itu di hadapan Tuhan.

 

Mari kita perhatikan formula doa Hizkia di atas. Ada dua hal yang hendak kita pelajari, yakni:

 

Pertama, Hizkia mengadukan segala permasalahannya dan memercayakannya kepada Tuhan. Firman Tuhan mengatakan Hizkia membentangkan surat yang dia terima dari para utusannya di hadapan Tuhan. Dengan kata lain, Hizkia menceritakan beban berat, keluhan, ketakutan, kekecewaan, kekuatiran, atau tekanan yang dia alami kepada Tuhan. Namun, hal itu tidak berhenti di situ.

 

Kedua, Hizkia meninggikan Tuhan. Dia mengatakan bahwa Tuhan bertakhta dan menjadikan langit dan Bumi. Atau dengan kata lain, Hizkia mendeklarasikan bahwa sekalipun dia sedang menghadapi masalah yang berat, sekalipun dia sedang kuatir, dia mengakui bahwa Tuhan jauh lebih besar dari masalah-masalah itu, Tuhan memegang kendali, dan dia mau bersandar kepada kebenaran itu.

 

Satu lagi hal penting dalam kisah di atas. Hizkia menghadap Tuhan bukan sebagai pilihan terakhir, tetapi sebagai prioritas utama. Dengan kata lain Hizkia membawa masalahnya pertama kepada Tuhan. Ia tidak mencari yang lainnya namun hanya kepada Tuhan sebagai yang pertama dan utama. Sebab persoalannya itu terlalu besar untuk ditangani juga tidak ada temannya yang akan sanggup membantunya kecuali hanya Tuhan sendiri yang mampu.

 

Dan ketika ia berdoa kepada Tuhan maka kalimat pertama yang diucapkannya adalah menyerukan atau menyebutkan kemahakuasaan Tuhan, “Ya TUHAN semesta alam, Allah Israel, yang bertakhta di atas kerubim, Engkaulah, hanya Engkau, Allah atas seluruh kerajaan di bumi. Engkaulah yang telah menjadikan langit dan bumi” (ay. 16).

 

Hizkia memberikan pengakuan kepada Allah yang Maha Hebat itu atau Allah yang transenden. Pengakuan ini membuktikan kebenaran yang yang tak terbantahkan bahwa Allah itu memang Maha Kuasa. Sekaligus ia menguatkan dan mengingatkan dirinya sendiri bahwa ada Allah yang Maha Kuasa yang menjadi andalannya.

 

Ini sama dengan yang dilakukan oleh jemaat mula-mula ketika mereka mendapatkan ancaman dariorang Yahudi maupun pemuka agama saat itu. Mereka juga berdoa menyerukan dan mengakui Allah yang transenden itu: “Dan, ketika teman-temannya itu mendengarnya, mereka mengangkat suara mereka kepada Allah dengan sehati dan berkata, Ya Tuhan, Engkaulah yang telah menjadikan langit, bumi, laut, dan segala isinya” (Kis. 4:24). Perhatikan seruan mereka mirip karena sama-sama menyebut serta menyerukan kemahakuasaan Tuhan yang menciptakan alam semesta ini dan yang menjadikan langit bumi langit dan segala isinya. Puji Tuhan! Allah yang transenden bersama dengan kita, namun bulan hanya transenden namun Ia juga Allah yang imanen, yaitu Allah yang sangat dekat dengan kita bahkan tinggal bersama dengan kita, juga mencintai kita dan memimpin kita sampai pada akhir zaman. Dengan demikian kita bisa berkata bahwa kita adalah lebih daripada pemenang di dalam Kristus yang mengasihi kita. Segala masalah persoalan penderitaan apapun juga dapat kita lalui bersama dengan Kristus. Karena itu, milikilah strategi Hizkia saat kita menerima berupa ancaman apa pun agar kita beroleh kelegaan dari TUHAN. (rsnh)

 

Selamat berkarya untuk TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...