Sabtu, 11 Desember 2021

KOTBAH MINGGU ADVENT III Minggu, 12 Desember 2021 “BERSUKACITALAH, TUHAN ADA DI ANTARA KITA” (Zefanya 3:14-20)

 KOTBAH MINGGU ADVENT III

Minggu, 12 Desember 2021

 

BERSUKACITALAH, TUHAN ADA DI ANTARA KITA

Kotbah: Zefanya 3:14-20          Bacaan: Lukas 3:7-17




 

 

Saat ini kita memasuki Minggu Adent III. Dalam Minggu ini kita akan merenungkan tema “Bersukacitalah, TUHAN Ada di Antara Kita”. Tema utama dalam Advent III adalah suka cita. Setelah kita merayakan Minggu Advent pertama yang menekankan PENGHARAPAN (HOPE), dan Minggu Advent kedua bermakna DAMAI (PEACE) dan maka kita sekarang memasuki Minggu Advent ketiga bermakna JOY (SUKACITA) minggu depan Advent keempat yang bermakna KASIH (LOVE), di mana masa-masa penantian hampir selesai dan kedatangan-Nya semakin mendekat. 

 

Minggu Advent Ketiga ini kita merayakan sukacita besar karena TUHAN telah terbukti ada di antara kita. Keberadaan-Nya di tengah-tengah kita telah memberikan suka cita besar bagi kita sebab Yesus datang memberikan kemenangan bagi kita. Itu artinya kedatangan Yesus digambarkan bagaikan seorang Pahlawan. Pahlawan berarti orang yang memberikan diri membela, menolong, dan berkorban demi orang lain. Dalam kehidupan kita setiap hari kita pasti banyak menghadapi tantangan, pergumulan, musuh dan berbagai rintangan. Kita butuh seorang pahlawan untuk menyelamatkan kita dari seluruh pergumulan hidup kita itu. Jika hanya mengandalkan kekuatan dirikita sendiri maka kita bisa kalah. Kita membutuhkan seorang pahlawan yang bisa menyelematkan hidupkita dari cengkeraman iblis dan dosa.

 

Perikop Minggu ini memberikan jaminan bagi kita bahwa Allah bersedia menjadi pahlawan bagi kita. Sebagai pahlawan yang tidak terkalahkan, Allah pasti memberi kemenangan. Mengapa demikian? Karena Allah tidak akan mempermalukan setiap orang yang berharap dan datang kepada-Nya. 

 

Pertanyaannya sekarang adalah apakah yang dilakukan Allah kepada kita sehingga kita mengalami suka cita?

 

Pertama, Allah menyertai setiap pekerjaan dan pelayanan kita. Kata "tangan" dalam Alkitab menggambarkan kuasa. Hal ini mencakup, antara lain: pertama, kuasa kata-kata (Zef. 3:9a); kedua, kuasa ibadah (Zef. 3:9b); ketiga, kuasa kesatuan (Zef. 3:9c); keempat, kuasa dalam memberi (Zef. 3:10); kelima, kuasa kerendahan hati (Zef. 3:11-12); keenam, kuasa sukacita (Zef. 3:14); dan ketujuh, kuasa pengampunan (Zef. 3:15).

 

Kedua, Allah memberi semangat dan keberanian. Sumber motivasi dan keberanian kita ialah Allah. Roh yang ada di dalam kita lebih besar dari roh yang ada di dalam dunia ini (1Yoh. 4:4). Allah mengaruniakan kepada kita bukan roh ketakutan melainkan roh yang membangkitkan keberanian dan ketertiban. Jadi, kita sebagai umat Tuhan mendapat keberanian karena: (1) Allah ada di antara kita (ay. 17); (2) Allah memberi kemenangan (ay. 17); (3) Allah memberi sukacita (ay. 14); (4) Allah memperbaharui kita dalam kasih-Nya (ay. 17); (5) Allah mengangkat malapetaka dari kita (18); (6) Allah membuat mereka yang mendapat malu menjadi kepujian dan kenamaan di seluruh bumi (ay. 19); (7) Allah memulihkan keadan kita (ay. 20).

 

Ketiga, Allah menggantikan penghukuman dengan kehadiran dan pemerintahan Allah (ay. 15). Artinya, penghukuman yang selama ini dialami oleh umat Tuhan dan dipahami sebagai ketidakhadiran Allah di antara mereka, sekarang Allah sendiri membuktikan bahwa Dia tetap hadir dan memerintah umat-Nya itu. Kehadiran Allah ini mendatangkan sukacita besar, mendatangkan rasa nyaman dan aman, dan membangkitkan kembali kepercayaan diri umat Tuhan. Siapa yang tidak senang dan bersukacita kalau sang Pelindung dan Pengayom hadir dalam hidupnya?

 

Keempat, Allah menggantikan malapetaka, musuh, ancaman, dan penindas dengan kemenangan (ay. 15, 16, 18, 19). Kalau sebelumnya umat Tuhan mengalami penindasan, hidup di bawah ancaman musuh-musuh mereka, dan selalu mengalami kekalahan, sekarang Allah mendatangkan kemenangan bagi mereka; dan kemenangan ini merupakan suatu sukacita besar yang tidak dapat diberikan oleh siapa pun.

 

Kelima, Allah menggantikan cela dan malu dengan kenamaan dan pujian (ay. 18, 19). Secara psikologis, kekalahan dan pembuangan yang dialami oleh umat Tuhan mendatangkan cela dan rasa malu yang luar biasa, apalagi kalau diperhadapkan dengan status mereka sebagai bangsa pilihan Tuhan. Betapa cela dan malunya mereka! Sekarang, dengan kehadiran dan pemerintahan Allah, cela dan rasa malu itu digantikan dengan kenamaan dan pujian; status mereka sebagai umat Tuhan yang sempat pudar/redup, kini dipulihkan seperti sedia kala ketika bangsa itu terkenal di mana-mana.

 

Ketujuh, Allah menggantikan ketakutan dan kelemah-lesuan digantikan dengan pembaharuan dan pemulihan holistik (menyelamatkan yang pincang, mengumpulkan yang terpencar, dan pemulangan ke tanah perjanjian, ay. 16, 17, 19). Sungguh tidak enak hidup di bawah ancaman orang lain, atau ancaman si(apa) pun, sungguh tidak enak hidup dalam ketakutan; tetapi itulah yang dialami oleh umat Tuhan ketika mereka mendapat hukuman Tuhan. Siapa yang tidak merindukan kebebasan dari rasa takut dan kelemah-lesuan itu? Dan Tuhan tahu situasi ini; karenanya Dia melakukan pembaharuan dan pemulihan holistik. Kalau Tuhan sendiri hadir dan memerintah mereka, tentu rasa takut dan kelemah-lesuan tidak ada lagi; kalau Pelindung yang sejati sudah ada, apa lagi yang perlu ditakuti? Kalau Penyelamat itu datang mengumpulkan dan memulangkan mereka ke tanah perjanjian, apa lagi yang perlu dikuatirkan? Apalah kelemah-lesuan, apalah ketakutan, apalah kepincangan dan sejenisnya, bila dibandingkan dengan kasih Tuhan yang begitu besar? Rasul Paulus pernah mengekspresikan bagaimana kasih Tuhan itu dapat mengalahkan segalanya: “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”(Rm. 8:35, 38-39).

 

Itulah gambaran sukacita yang dilakukan oleh Allah bagi umat-Nya! Jadi, siapakah yang tidak bersyukur dan bersukacita atas pemulihan tersebut? Siapakah yang tidak akan bersorak-sorai kalau keadaannya yang terpuruk dipulihkan secara luar biasa oleh Tuhan? Dalam rangka sukacita karena pemulihan seperti inilah Zefanya mengajak kita untuk bersukacita.

 

RENUNGAN

 

Apa yang hendak kita renungkan pada Minggu Advent III ini?

 

Kitab Zefanya 3:14-20 memberi penekanan terhadap sikap yang benar ketika merayakan masa Advent, bahwa harus dipahami Adven tidak hanya berarti sebagai peristiwa kelahiran Yesus, namun juga adalah penantian akan kedatangan Yesus kembali. Itulah sebabnya Adven mendorong jemaat agar tidak bersifat pasif melainkan aktif, tidak hanya menunggu melainkan berbuat sesuatu dalam masa penantian ini. Karena itu sikap yang benar dalam masa penantian Adven ialah:

 

Pertama, kedatangan Kristus selalu membawa perubahan dan harapan. Itulah sebabnya juga gereja terpanggil menghadirkan perubahan dan pengharapan. Sebagaimana kehadiran Kristus tidak hanya terbatas pada lingkungan jemaat melainkan pula dalam realita kehidupan bersama di tengah-tengah masyarakat, bangsa dan negara.

 

Kedua, kedatangan Kristus adalah penggenapan janji-Nya baik di masa lampau maupun di masa yang akan datang, bahwa Ia Tuhan yang tidak pernah lalai dan ingkar dengan apa yang Ia janjikan. Sebab itu gereja tidak hanya lembaga organisatori yang menjual dan mengkampanyekan janji-janji Tuhan melainkan sebagai alat di dalam tangan Tuhan wajib menampakkan realisasi dari janji-janji itu. Bahkan gereja senantiasa dapat menjadi teladan dalam hal menepati dan melakukan apa yang dikatakan atau apa yang dijanjikan-Nya. Sebagaimana Kristus yang tidak pernah lupa dengan yang Ia janjikan.

 

Ketiga, dalam memaknai kedatangan Kristus maka gereja mendorong jemaat melalui tindakan-tindakan aktif yang berdimensi perubahan yang bersifat holistik. Bahwa kedatangan-Nya jangan dimaknai terbatas sebagai perasaan “kemenangan” karena peristiwa kelahiran-Nya yang pada akhirnya berakhir pada selebrasi dan pesta pora melainkan sebagai momen di mana gereja sebagai lembaga, keluarga dan setiap pribadi orang percaya untuk “berintropeksi”tentang kesiapan menyambut kedatangan-Nya kembali dari sisi moralitas rohaniah.

 

Keempat, dalam menyambut kelahiran dan kedatangan Kristus yang paling penting bukanlah persiapan harta melainkan persiapan hati bukan kata-kata tetapi tindakan nyata. Sehingga dalam menyambut kedatangan-Nya orang percaya menjadi berkat yang menghadirkan dan menciptakan suasana keselamatan di dalam Yesus. Karena itu, teruslah menjadikan Allah sebagai pahlawan dalam hidup kita agar kita beroleh kemenangan dalam menghadapi pergumulan hidup kita. (rsnh)

 

Selamat Merayakan Advent III!

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...