Minggu, 19 Maret 2018
Kotbah: Mazmur 43:1-5 Bacaan: 1Petrus 2:21-25
Minggu ini
kita memasuki Minggu
Judika (Berilah keadilan bagiku, ya Allah – Mzm. 43:1a (Luluhon ahu ale Jahowa). Dalam memasuki
dan menjalani minggu ini kita akan dikuatkan dan diarahkan Firman Tuhan dengan
tema “Beriman dan berharap hanya kepada
Allah”. Mengapa kita harus beriman dan berharap kepada Allah? Karena ada
banyak masalah dan pergumulan yang membuat kita terkadang mengalami tekanan,
gelisah dan stress bahkan hampir strok. Setiap hari kita menjumpai banyak kabar
buruk, beban hidup, masalah ekonomi, masalah keluarga, pekerjaan, juga masalah
iman (baca: gereja dan umat Kristen).
Pemazmur pun sedang mengalamai pergumulan yang berat. Hal itu terlihat dalam Mazmur 43 ini. Pemazmur sangat tidak tenang, gelisah, diburu, perasaan itu amat jelas. Tetapi pada saat yang bersamaan Pemazmur merasa ada harapan pada Allah.
Pertanyaan
kita sekarang adalah apa yang menyebabkan jiwa pemazmur tertekan?
Pertama, pemazmur tidak menemukan keadilan (ay. 1). Pemazmur merasakan bahwa tidak ada orang
yang mau memperjuangkan perkaranya terhadap orang yang tidak saleh. Bahkan dia
melihat cara-cara musuhnya yang selalu berusaha menyerangnya dengan cara tipuan
dan kecurangan.
Kedua, pemazmur merasa terbuang (ay. 2). Perasaan terbuang ini terjadi karena
pemazmur dibiarkan sendirian berkabung dalam impitan musuh. Tidak ada teman
yang mau menolongnya untuk melawan musuh-musuhnya yakni orang fasik dan orang
yang tidak saleh di hadapan TUHAN.
Ketiga, pemazmur merasa tidak ada terang yang menuntunnya (ay. 3-4). Ketiadaan terang itu membuat pemazmur
tidak bisa datang ke gunung kudus Allah dan tempat kediaman-Nya.
Ketiadaan
ketiga faktor di atas membuat jiwa pemazmur tertekan dan gelisah sehingga
hidupnya tidak bisa tenang. Kita pun bisa saja mengalami seperti apa yang
dirasakan pemazmur itu. Jiwa kita tertekan dan gelisah karena kita merasakan
ada ketidakadilan dalam hidup kita, kita merasa terbuang dan sendiri bahkan
kita merasa tidak ada terang Ilahi yang menerangi jalan hidup kita tat kala
kita mengalami pergumulan yang berat.
Mungkin
kita tidak merasa bahwa dirikita sedang mengalami tekanan jiwa. Ada beberapa
ciri yang terlihat pada orang yang mengalami ketertekanan jiwa (depresi),
yaitu:
Pertama, tidak dapat tidur. Tidak dapat
tidur karena memikirkan keluarga dan diri sendiri. Kalaupun menggunakan obat
tidur atau penenang pada waktu bangun tubuh tidak terasa segar tetapi justru
terasa semakin tidak nyaman dan semakin lelah.
Kedua, nafsu makan terganggu. Setiap
makanan dan minuman yang masuk ke dalam mulutnya tidak dapat dinikmati. Ia
merasakan bahwa apa yang dimakan semuanya terasa hambar.
Ketiga, kesehatannya terganggu.
Penderita depresi merasakan tubuhnya lemah, lesu, sakit kepala, sakit leher,
jantung berdebar-debar, sesak napas atau berkeringat dingin.
Keempat, sering murung, kuatir yang
berlebihan, mengurung diri dan mudah tersinggung.
Depresi,
tekanan jiwa, tidak pandang bulu. Siapa saja dapat terkena: tua-muda,
kaya-miskin, besar-kecil. Apabila kita dapat terlepas dari depresi maka hidup
kita sungguh bahagia. Hidup kita penuh harapan, tawa dan senyum yang tulus. Di
rumah ada gelak tawa bahagia.
Sebagai
seorang yang beriman kepada TUHAN bagaimanakah sejatinya kita menghadapi
ketertekanan jiwa?
Pertama, berharap kepada Allah (ay. 5). Berharap berarti percaya penuh kepada
Allah dengan sungguh-sungguh. Manusia amat rindu akan kebahagiaan. Karena itu
banyak orang yang lari kepada peramal-peramal atau paranormal untuk sekedar
melupakan tekanan jiwanya. Sebagai umat Allah kita harusnya jangan
mencari jalan keluar seperti itu. Jalan keluar yang disediakan Allah ialah
berharaplah kepada Allah.
Dalam
Mazmur 37: 5 dikatakan, “serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah
kepadaNya, dan Ia akan bertindak.” Allah tidak berdusta dengan apa yang
telah dikatakan-Nya, maka Ia akan menepatinya dan akan menolong kita apabila
kita sungguh-sungguh berharap kepada-Nya.
Pemazmur
menempatkan TUHAN di atas masalah yang ia hadapi. Ada keyakinan yang begitu
besar dalam diri Pemazmur bahwa Allah adalah sumber pertolongan yang jauh lebih
besar dari masalah yang ia hadapi, “Berharaplah kepada Allah! Sebab aku
bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!”.
Kedua, bersyukur lagi kepada Allah (ay. 5). Apabila kita ingin ditolong Allah kita
harus bersyukur dulu dengan apa yang ada pada kita. Kalau kita tidak bersyukur
dengan apa yang ada kita akan menglami depresi. Sebagai anak- anak Tuhan
alangkah baiknya jika kita selalu berkata, “apapun yang aku miliki sekarang ini
aku tetap bersyukur.” Kemampuan bersyukur kepada Tuhan akan menolong kita
melihat ke depan dan bukannya terus-menerus melihat kebelakang dari kehidupan
kita. Senantiasa bersyukur membuat kita selalu berpikir positif tentang segala
hal.
Ketiga, percaya bahwa Allah adalah tempat pengungsian kita (ay. 2). Di dalam Mazmur 46: 2 dikatakan, “Allah
itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam
kesesakan sangat terbukti.” Allah adalah penolong kita dalam setiap persoalan
yang kita hadapi. Allah lebih berkuasa atas persoalan yang kita hadapi. Oleh
sebab itu, mengapa kita tidak mempercaya bahwa Allah sanggup menolong kita?
Amat rugi jika kita tidak mempercayai Allah sebagai penolong kita.
Keempat, sadarlah
bahwa TUHAN adalah sumber penghiburan, sukacita dan kegirangan (ay. 3-4).
Pemazmur tidak mau terlarut dengan keadaan, kalah dan tenggelam dalam masalah,
ia memotivasi dan memberi semangat kepada dirinya sendiri; “Mengapa
engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku?...”.
Pemazmur
tidak mau terus hidup dalam keterpurukan, dalam tekanan jiwa dan kegelisahan.
Pemazmur Bangkit dan mempercayakan hidupnya kepada TUHAN sebagai sumber
pertolongan, penghiburan dan kegirangannya. Ia memotivasi dirinya sendiri
supaya tidak terlarut dan tenggelam kepada masalah yang ia hadapi.
Mungkin
kita pernah mengalami masa-masa krisis seperti apa yang dialami Pemazmur, dan
tidak menuntup kemungkinan juga bahwa kita akan mengalami situasi seperti itu.
Jangan pernah berhenti untuk mempercayai TUHAN. Pandanglah TUHAN yang jauh
lebih besar dan berkuasa untuk membebaskan kita dari setiap belenggu masalah
yang kita hadapi. Jadikan dia sebagai sumber sukacita dan kegirangan untuk bangkit
kembali melepas semua kegundahan dan kegelisahan dalam hati kita. (rsnh)