Sabtu, 17 Maret 2018

KOTBAH MINGGU JUDIKA Minggu, 19 Maret 2018: Mazmur 43:1-5

Minggu, 19 Maret 2018

Kotbah: Mazmur 43:1-5  Bacaan: 1Petrus 2:21-25


Minggu ini kita memasuki Minggu Judika (Berilah keadilan bagiku, ya Allah – Mzm. 43:1a (Luluhon ahu ale Jahowa). Dalam memasuki dan menjalani minggu ini kita akan dikuatkan dan diarahkan Firman Tuhan dengan tema “Beriman dan berharap hanya kepada Allah”. Mengapa kita harus beriman dan berharap kepada Allah? Karena ada banyak masalah dan pergumulan yang membuat kita terkadang mengalami tekanan, gelisah dan stress bahkan hampir strok. Setiap hari kita menjumpai banyak kabar buruk, beban hidup, masalah ekonomi, masalah keluarga, pekerjaan, juga masalah iman (baca: gereja dan umat Kristen).

Pemazmur pun sedang mengalamai pergumulan yang berat. Hal itu terlihat dalam Mazmur 43 ini. Pemazmur sangat tidak tenang, gelisah, diburu, perasaan itu amat jelas. Tetapi pada saat yang bersamaan Pemazmur merasa ada harapan pada Allah.

Pertanyaan kita sekarang adalah apa yang menyebabkan jiwa pemazmur tertekan?

Pertama, pemazmur tidak menemukan keadilan (ay. 1). Pemazmur merasakan bahwa tidak ada orang yang mau memperjuangkan perkaranya terhadap orang yang tidak saleh. Bahkan dia melihat cara-cara musuhnya yang selalu berusaha menyerangnya dengan cara tipuan dan kecurangan.

Kedua, pemazmur merasa terbuang (ay. 2). Perasaan terbuang ini terjadi karena pemazmur dibiarkan sendirian berkabung dalam impitan musuh. Tidak ada teman yang mau menolongnya untuk melawan musuh-musuhnya yakni orang fasik dan orang yang tidak saleh di hadapan TUHAN.

Ketiga, pemazmur merasa tidak ada terang yang menuntunnya (ay. 3-4). Ketiadaan terang itu membuat pemazmur tidak bisa datang ke gunung kudus Allah dan tempat kediaman-Nya.

Ketiadaan ketiga faktor di atas membuat jiwa pemazmur tertekan dan gelisah sehingga hidupnya tidak bisa tenang. Kita pun bisa saja mengalami seperti apa yang dirasakan pemazmur itu. Jiwa kita tertekan dan gelisah karena kita merasakan ada ketidakadilan dalam hidup kita, kita merasa terbuang dan sendiri bahkan kita merasa tidak ada terang Ilahi yang menerangi jalan hidup kita tat kala kita mengalami pergumulan yang berat.

Mungkin kita tidak merasa bahwa dirikita sedang mengalami tekanan jiwa. Ada beberapa ciri yang terlihat pada orang yang mengalami ketertekanan jiwa (depresi), yaitu:
Pertama, tidak dapat tidur. Tidak dapat tidur karena memikirkan keluarga dan diri sendiri. Kalaupun menggunakan obat tidur atau penenang pada waktu bangun tubuh tidak terasa segar tetapi justru terasa semakin tidak nyaman dan semakin lelah.
Kedua, nafsu makan terganggu. Setiap makanan dan minuman yang masuk ke dalam mulutnya tidak dapat dinikmati. Ia merasakan bahwa apa yang dimakan semuanya terasa hambar.
Ketiga, kesehatannya terganggu. Penderita depresi merasakan tubuhnya lemah, lesu, sakit kepala, sakit leher, jantung berdebar-debar, sesak napas atau berkeringat dingin.
Keempat, sering murung, kuatir yang berlebihan, mengurung diri dan mudah tersinggung.

Depresi, tekanan jiwa, tidak pandang bulu. Siapa saja dapat terkena: tua-muda, kaya-miskin, besar-kecil. Apabila kita dapat terlepas dari depresi maka hidup kita sungguh bahagia. Hidup kita penuh harapan, tawa dan senyum yang tulus. Di rumah ada gelak tawa bahagia.

Sebagai seorang yang beriman kepada TUHAN bagaimanakah sejatinya kita menghadapi ketertekanan jiwa?

Pertama, berharap kepada Allah (ay. 5). Berharap berarti percaya penuh kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Manusia amat rindu akan kebahagiaan. Karena itu banyak orang yang lari kepada peramal-peramal atau paranormal untuk sekedar melupakan tekanan jiwanya. Sebagai  umat Allah kita harusnya jangan mencari jalan keluar seperti itu. Jalan keluar yang disediakan Allah ialah berharaplah kepada Allah.

Dalam Mazmur 37: 5 dikatakan, “serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepadaNya, dan Ia akan bertindak.”  Allah tidak berdusta dengan apa yang telah dikatakan-Nya, maka Ia akan menepatinya dan akan menolong kita apabila kita sungguh-sungguh berharap kepada-Nya.

Pemazmur menempatkan TUHAN di atas masalah yang ia hadapi. Ada keyakinan yang begitu besar dalam diri Pemazmur bahwa Allah adalah sumber pertolongan yang jauh lebih besar dari masalah yang ia hadapi, “Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!”.

Kedua, bersyukur lagi kepada Allah (ay. 5). Apabila kita ingin ditolong Allah kita harus bersyukur dulu dengan apa yang ada pada kita. Kalau kita tidak bersyukur dengan apa yang ada kita akan menglami depresi. Sebagai anak- anak Tuhan alangkah baiknya jika kita selalu berkata, “apapun yang aku miliki sekarang ini aku tetap bersyukur.” Kemampuan bersyukur kepada Tuhan akan menolong kita melihat ke depan dan bukannya terus-menerus melihat kebelakang dari kehidupan kita. Senantiasa bersyukur membuat kita selalu berpikir positif tentang segala hal.

Ketiga, percaya bahwa Allah adalah tempat pengungsian kita (ay. 2). Di dalam Mazmur 46: 2 dikatakan, “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.” Allah adalah penolong kita dalam setiap persoalan yang kita hadapi. Allah lebih berkuasa atas persoalan yang kita hadapi. Oleh sebab itu, mengapa kita tidak mempercaya bahwa Allah sanggup menolong kita? Amat rugi jika kita tidak mempercayai Allah sebagai penolong kita.

Keempat, sadarlah bahwa TUHAN adalah sumber penghiburan, sukacita dan kegirangan (ay. 3-4). Pemazmur tidak mau terlarut dengan keadaan, kalah dan tenggelam dalam masalah, ia memotivasi dan memberi semangat kepada dirinya sendiri;  “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku?...”.

Pemazmur tidak mau terus hidup dalam keterpurukan, dalam tekanan jiwa dan kegelisahan. Pemazmur Bangkit dan mempercayakan hidupnya kepada TUHAN sebagai sumber pertolongan, penghiburan dan kegirangannya. Ia memotivasi dirinya sendiri supaya tidak terlarut dan tenggelam kepada masalah yang ia hadapi.

Mungkin kita pernah mengalami masa-masa krisis seperti apa yang dialami Pemazmur, dan tidak menuntup kemungkinan juga bahwa kita akan mengalami situasi seperti itu. Jangan pernah berhenti untuk mempercayai TUHAN. Pandanglah TUHAN yang jauh lebih besar dan berkuasa untuk membebaskan kita dari setiap belenggu masalah yang kita hadapi. Jadikan dia sebagai sumber sukacita dan kegirangan untuk bangkit kembali melepas semua kegundahan dan kegelisahan dalam hati kita. (rsnh)

Selamat beribadah dan menikmati lawatan TUHAN

Renungan hari ini: “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH” (Daniel 3:3)

  Renungan hari ini:    “PENTINGNYA PATUH KEPADA ALLAH”   Daniel 3:3 (TB2) "Lalu berkumpullah para wakil raja, para penguasa, para bupa...