Renungan hari ini:
BETAPA BANYAK PERBUATANMU, YA TUHAN
Mazmur 104:24 (TB) "Betapa banyak perbuatan-Mu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaan-Mu"
Psalms 104:24 (NET) "How many living things you have made, O Lord! You have exhibited great skill in making all of them; the earth is full of the living things you have made”
Tentu jika mencoba menghitung perbuatan TUHAN dalam hidup kita, maka tidak akan cukup waktu untuk menyebutkannya satu persatu. Intinya, jika kita mencoba menghitung perbuatan TUHAN bagi kita, maka kita akan kagum adanya. Sama dengan syair lagu Kidung Jemaat 439 yang dalam refrainnya mengatakan, “Berkat TUHAN, mari hitunglah, kau ‘kan kagum oleh kasih-Nya”. Rasa kagum yang akan muncul dari mulut kita.
Mazmur 104 tidak dapat dipisahkan dari rangkaian himne yang dimulai dari pasal 101. Di dalam pasal 101 dan 102 diungkapkan bahwa pemazmur sendiri adalah korban kejahatan. Itu sebabnya ia mengeluh, menderita, bahkan meratap. Tulang-tulangnya hancur remuk, hatinya (mind and heart) terpukul dan layu. Tidak ada lagi harapan hidup! Bahkan pada pasal 102 pemazmur sempat menganggap Allah kejam, menyembunyikan wajah-Nya. Lalu mengapa terjadi transformasi iman seperti di pasal 103 dan 104 sehingga ia dapat memuji Tuhan dengan segenap jiwanya?
Pemazmur rupanya mengalami transformasi iman karena ia mengalami Allah bekerja! Kata “asya” dalam bahasa Ibrani berarti bekerja (works) yang membuktikan bahwa Allah masih bekerja setelah Ia mencipta. Allah tidak berhenti bekerja! Ia terus dan tetap bekerja. Di dalam pasal 104 ini, ada lima ayat dengan kata “made” dan “work,” yaitu di ayat 4, 19, 24b, 13 dan 31. Pertanyaannya, apakah berarti Allah bekerja mendatangkan Covid 19, Banjir? Kebakaran hutan? Polusi lingkungan?
Menurut Mazmur 103, rupanya pekerjaan Allah bukanlah tindakan anarki. Allah tidak bekerja seenaknya! Apalagi, Allah tidak bekerja agar manusia celaka dan kena bencana! Melainkan Ia bekerja (asya) dalam rancangan: karya keselamatan Allah (God’s saving work). Bukan Allah yang mengerjakan Covid 19, tetapi dosa telah menyebabkan dunia ini menderita. Puji syukur bahwa Allah yang berkuasa, bekerja memulihkan, menyelamatkan, membebaskan, memberi yang baik.
Allah bekerja tetapi Allah juga ada. Mazmur 104 ini disebut juga “Hymne bagi Sang Pencipta” (A hymn to the Creator). Sebuah himne, pujian bagi Sang Pencipta yang ada (baca: hadir) di dalam ciptaan-Nya sampai hari ini. Allah exist, fisik-Nya tidak ada, tapi ada tanda-Nya.
Yang menarik, dekade ini orang sibuk meneliti tanda-tanda akhir zaman. Padahal pemazmur justru mengajak kita untuk fokus pada tanda kehadiran Allah, karena itulah yang dapat membuat kita tetap memuji Tuhan sekalipun Covid 19, bencana alam, kecelakaan dan hal-hal buruk terjadi silih berganti di mana-mana. Pemazmur tidak mengajak kita untuk fokus ke tanda-tanda akhir zaman yang membuat kita ketakutan, tidak bisa tidur, resah, benci, marah dan protes! Ia mengajak kita untuk fokus pada tanda kehadiran Allah, sehingga hati kita bisa diliputi pujian dan damai sejahtera. Allah tidak kelihatan tapi Allah ada: ayat 1-4 mengatakan bahwa Allah ada di surga; tapi ayat 4-13 mengatakan bahwa Allah ada di bumi.
Mengapa pemazmur menekankan tanda kehadiran Allah? Dulu Allah hanya dianggap berada di bait Allah, karena itu pemazmur membuka wawasan umat Tuhan dengan mengatakan bahwa Tuhan ada di mana-mana:di antara ciptaan-Nya dan di dalam ciptaan-Nya. Apalagi, orang Kanaan berpikir bahwa Allahnya orang Israel hanya ada di kemah (yeri’a) di bait-Nya di Yerusalem, sedangkan Baal ada di mana-mana: di angin, di badai, di hujan, di gunung. Itu sebabnya pemazmur perlu menekankan bahwa Allah hadir di mana-mana, dan tanda kehadiran-Nya adalah kestabilan (a stable world). Allah mengontrol alam, udara, api, air, langit dan bumi.
Ada kestabilan, ada Allah. Dulu air melayang-layang di udara, sekarang Allah yang membuat air mengalir ke tempatnya. Jadi stabil. Dulu gelap gulita menguasai bumi, sekarang Allah mengatur siang dan malam. Jadi stabil. Covid 19 mengacau dunia, tapi kemudian Allah membawa kestabilan kembali.
Pertanyaannya, mengapa pula tampaknya Allah membiarkan bencana itu terjadi kalau Allah ada dan bekerja? Allah Yahweh rupanya bukan seperti dewanya para ahli filsafat. Dunia tidak berputar secara mekanis seperti sebuah jam, sehingga manusia dan dunia ini seperti robot, baik terus. Satu-satunya yang membuat Allah tidak ada adalah dosa manusia. Dosa manusia yang membuat lingkungan menjadi kotor, dosa manusia yang mengakibatkan banjir karena sampah di mana-mana.
Lalu apa yang dapat kita lakukan sebagai orang percaya? Karena Allah senang–Allah suka. Allah suka bekerja, bahkan bekerja sampai tuntas. Ia bukan hanya sekadar mau menciptakan dunia ini, melainkan Ia mau agar kita memeliharanya sampai tuntas dan bukan sebaliknya mengotori alam ini. Karena itu, mari berjuang menunjukkan kehadiran Allah dengan cara melanjutkan dan memelihara karya Allah di alam yang Tuhan sediakan buat kita. (rsnh)
Selamat berakhir pekan dan besok beribadah kepada TUHAN